"Iy,,, iya mas, aku hamil lagi, maaf ya mas aku baru mengatakan hal ini padamu sekarang." Jawab Husna yang terlihat sedikit ketakutan namun tetap berusaha bersikap tenang.
"Untuk makan bertiga saja pas-pasan, hidup saat ini pun sudah sangat susah, dan kau... berani-beraninya kau hamil lagi! Mau dikasi makan apa anak itu nanti ha?!" Bentak Aryo sembari mengguncang-guncangkan tubuh Husna.
Sorot mata Aryo seolah begitu menusuk, sangat tajam menatap istrinya, membuat Husna semakin ketakutan dan kembali meneteskan air matanya.
"Benar-benar tidak tau diri! Gugurkan saja kandunganmu, karena aku tidak akan sanggup membiayainya kelak." Bentak Aryo lagi.
"Ta,,, tapi mas..."
"Hahh!! Diam dan turuti saja perintahku!" Tegas Aryo dengan nada tinggi.
Terus menerus di bentak oleh suaminya membuat Husna menjadi semakin menangis, ia begitu bersedih saat mendapat perlakuan yang kasar dari suaminya disaat dirinya yang kala itu sedang hamil muda.
"Mas, kenapa kamu jadi kembali kasar begini mas? Bukankah saat kematian Karmila kamu sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik?"
"Persetan dengan semua janji itu! Anggap aku tidak pernah mengatakannya!! Percuma aku bersikap baik padamu, istri sepertimu hanya bisa membuat hidupku jadi semakin susah!" Ketus Aryo yang terlihat begitu menggebu-gebu memarahi Husna.
Namun tiba-tiba saja Melati sembari mengucek-ngucek matanya, muncul di tengah-tengah mereka.
"Ayah, ibu, apa kalian bertengkar lagi?" Tanya Melati sembari memandangi ibu dan ayahnya secara bergantian.
Husna pun seketika mengusap dengan cepat air matanya, ia langsung menampilkan senyuman dan bergegas menghampiri Melati.
"Anak ibu sudah bangun? Maaf ya sayang, ayah bercandanya kelewatan sampai-sampai membuat anak ibu yang cantik ini jadi terbangun ya. Maaf ya nak." Ucap Husna dengan begitu lembut.
"Jadi ayah bercanda lagi ya bu?" Tanya Melati dengan begitu lugunya.
"Hehe iya sayang, ayah dan ibu kalau bercanda memang seperti ini."
"Oh begitu ya."
"Hehe iya, ya sudah kamu mandi dulu ya sayang, ibu akan menyiapkan sarapan untukmu dan ayah. Ok?"
"Baik ibu." Melati pun tersenyum.
"Anak pintar." Husna pun melebarkan senyumannya dan mencubit pelan pipi Melati yang chuby.
Melati pun beranjak memasuki kamar mandi, lalu Husna yang tak ingin memperpanjang masalah memilih untuk langsung beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
"Yang jelas aku tidak mau menggugurkan kandunganku ini. Titik!" Ucap Husna pelan sebelum akhirnya ia benar-benar beranjak dari sisi Aryo.
Namun Aryo seolah masih belum puas mengeluarkan amarahnya, ia pun menyusul langkah Husna dan kembali menarik tangannya.
"Heh, sampai kapan kau mau membohongi Melati ha?!"
"Sampai kamu berhenti mempertontonkan kekasaran mu di depannya mas. Kamu pikir sikapmu yang seperti ini baik untuk perkembangan mentalnya? Tidak mas! sama sekali tidak!" Tegas Husna sembari menatap nanar wajah suaminya.
Hal itu pun seketika membuat Aryo mendengus kasar, namun juga membuatnya jadi tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun lagi.
"Kamu boleh melakukan apapun terhadapku jika itu bisa membuatmu puas mas, tapi tolong jangan melakukannya di hadapan Melati. Dia masih sangat kecil mas, dia belum mengerti apapun, tolong jangan membuatnya takut apalagi sampai benci padamu." Tambah Husna lagi yang akhirnya kembali meneteskan air matanya.
"Ah sudah lah! berdebat denganmu membuat kepalaku jadi terasa mau pecah!" Ketus Aryo yang akhirnya langsung meninggalkan Husna begitu saja.
Aryo yang kesal akhirnya kembali masuk ke kamarnya, ia kembali berbaring di atas ranjang sembari terus memijiti pelipisnya. Hari itu Aryo libur kerja karena kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Suasana rumah yang harusnya menjadi tempat paling nyaman untuk menetap, kini seolah terasa seperti neraka bagi Aryo, ia selalu merasa panas setiap pulang ke rumah itu.
9 bulan kemudian...
Tanpa terasa waktu sembilan bulan begitu cepat berlalu, kini tiba waktunya Husna untuk melahirkan anak ketiga mereka. Aryo mau tak mau membawa Husna ke puskesmas tempat dimana ia melahirkan Melati dulu.
"owek.. owekk.. owekk.." Suara tangisan bayi pun akhirnya terdengar begitu melengking di dalam ruangan persalinan.
"Selamat pak, bayinya laki-laki." Ucap perawat yang membantu proses persalinan Husna.
Mengetahui jika anak ketiganya adalah lelaki, membuat Aryo akhirnya mulai bisa tersenyum, mendapat bayi lelaki membuat perasaannya sedikit lebih bisa menerima kenyataan bila di banding mendapatkan bayi perempuan lagi.
Saat itu Husna masih terlihat terbaring lemas di atas tempat tidur, Aryo menghampirinya untuk menanyakan kondisinya. Ya, meski bagaimana pun kasarnya Aryo terhadap istrinya, tidak sepenuhnya menghilangkan rasa kemanusiaannya.
"Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah jauh lebih baik?" Tanya Aryo meski dengan nada datar.
"Aku masih sangat lemas dan sedikit pusing mas."
"Ya, wajar saja, namanya juga baru melahirkan, nanti kau juga akan kembali baik-baik saja."
"Eemm ya, tapi kenapa raut wajahmu sepertinya ada yang aneh mas, ku perhatikan sejak tadi kamu terlihat lebih tenang dan banyak tersenyum." Tanya Husna yang sedikit merasa heran.
"Kau baru saja melahirkan anak lelaki, itu membuatkan sedikit merasa lebih baik dan setidaknya tidak terlalu sulit menerima kenyataan ini."
"Eeemm ya mas, syukurlah jika kamu merasa lebih baik dengan hadirnya anak lelaki. Tapi..." Tiba-tiba saja raut wajah Husna berubah menjadi terlihat sedikit murung.
"Tapi apa?" Tanya Aryo sembari mengerutkan dahinya.
"Ah tidak, tidak. Oh ya, dimana Melati mas? Aku merindukannya."
"Melati ku titipkan di rumah Ridwan, dan kurasa saat ini dia sedang asik bermain dengan Nana, anak Ridwan,"
"Kenapa tidak dibawa kesini mas?"
"Haais, akan sangat repot bila aku membawanya disaat kau mau melahirkan. Apa kau sudah gila?!"
"Eeem ya sudah mas, tidak perlu marah begitu."
"Oh ya, aku masih penasaran, apa yang ingin kau katakan tadi ha?! Ayo katakan! Tapi, tapi apa??"
"Tidak, aku hanya sedang memikirkan apa Melati tetap akan senang ya, saat nanti dia tau jika adiknya adalah lelaki dan bukan perempuan. Karena dia pernah mengatakan akan sangat senang bila adiknya juga perempuan." Ungkap Husna lirih.
Aryo yang mendengar hal itu sontak kembali merasa kesal pada Husna, Aryo sungguh heran, di saat hari dimana ia melahirkan anak, namun masih saja memikirkan perasaan Melati, bahkan seolah tidak memikirkan bayi lelakinya.
"Kau ini sungguh sudah gila Husna, kau masih saja memikirkan kesenangan Melati dan bukan memikirkan bayi lelakimu yang baru saja lahir??"
"Tidak mas, bukan begitu maksudku."
"Sudah, sudah! Ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat denganmu. Lebih baik aku melihat putraku, dari pada harus disini dan berdebat denganmu." Ketus Aryo yang kemudian langsung beranjak pergi begitu saja.
Meninggalkan Husna yang kala itu hanya bisa terdiam, namun entah kenapa ia tetap tidak bisa membohongi perasaannya jika Melati masih menjadi nomor satu di hatinya.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments