Namun sungguh malang, seketika tangan kecil itu langsung di tahan oleh Husna.
"Jangan ambil yang ini, ini untuk kakakmu." Ucap Husna sembari mengambil alih ubi itu dan langsung memberikannya pada Melati.
"Ini untukmu sayang, ayo makan lah, agar kamu tidak lemas saat belajar di sekolah nanti." Husna pun tersenyum menatap putrinya.
Melati yang juga sangat menyukai ubi rebus langsung melebarkan senyumannya dan mulai memakan ubi itu dengan riang. Namun berbeda halnya dengan Rio, wajahnya kembali terlihat begitu murung saat memandangi kakaknya yang dengan lahap memakan potongan ubi yang paling besar itu.
"Rio, tunggu apa lagi? Ayo cepat makan." Ucap Husna yang menyadari Rio belum juga memakan ubi itu sedikit pun.
Rio yang malang, dengan lesu ia pun akhirnya meraih potongan ubi yang tersisa, ia memandangi nanar potongan ubi yang berukuran kecil itu, dan mulai bersiap ingin memakannya, namun Melati yang melihat itu sontak saja merasa kasihan pada adiknya.
"Hei Rio, apa kamu mau yang ini? Ini ambil saja." Ucap Melati tersenyum menatap adiknya sembari memberikan ubi miliknya.
"Benarkah boleh untukku?" Tanya Rio lirih.
Melati pun mengangguk penuh keyakinan.
Hal itu membuat Rio yang awalnya begitu sedih, jadi mulai tersenyum dan bergegas ingin mengambil ubi itu dari tangan sang kakak, namun lagi-lagi Husna kembali menarik tangan Melati seolah melarangnya untuk membagikan ubi miliknya.
"Sayang, sudah lah, ini jatah ubi untukmu, ayo cepat makan dan habiskan." Ucap Husna.
Membuat Melati akhirnya terdiam begitu pula dengan Rio yang kembali murung, ia kembali menundukkan kepalanya dan kemudian dengan perlahan mulai memakan ubi miliknya dengan perasaan sedih.
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari merapikan kembali pakaian yang baru di pakai olehnya.
"Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.
Melihat menu sarapan yang hanya itu dan itu saja setiap hari, sontak membuat dahi Aryo seketika mengkerut, begitu jelas bisa terlihat sorot mata Aryo yang nampak sangat jenuh memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring.
"Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Husna.
Husna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya.
"Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi hasil tanamanku sendiri di halaman belakang rumah kita."
"Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan hati suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.
Hal itu pun seketika membuat Husna jadi mulai menundukkan kepalanya, lalu diam-diam mulai meneteskan air matanya karena hatinya kembali terasa sakit dengan ucapan sang suami.
Begitu pula dengan kedua bocah malang itu, mereka pun hanya diam tercengang memandangi wajah ayah dan ibu mereka secara bergantian.
"Ayah, sudah ayah. Jangan marahi ibu terus." Ucap Melati pelan.
"Aaagh dan kau juga Melati, kau ini terlalu di manja oleh ibumu, makanya kau jadi membelanya seperti ini!" Ketus Aryo yang ikut membentak Melati.
Melati sontak terdiam, ia semakin takut dan akhirnya ikut menangis karena di bentak oleh ayahnya.
Hal itu pun akhirnya membuat Rio ikut syok, dan terus memandangi wajah ayahnya dengan raut wajah yang juga terlihat sangat ketakutan.
Husna, yang mendengar Aryo memarahi Melati, seketika langsung mengusap air matanya dan langsung memeluk Melati yang kala itu juga terus menangis tersengkuk-sengkuk.
"Berhenti membentak anakku! Kau boleh marah padaku, tapi tidak padanya!" Tegas Husna yang langsung menajamkan tatapannya pada Aryo.
Aryo pun hanya tersenyum sinis sembari mendengus kasar.
"Kau ini benar-benar tidak becus jadi ibu, sangat pilih kasih! Kau lihat dia!!" Bentak Aryo sembari menunjuk ke arah Rio.
"Dia masih kecil, dia yang seharusnya lebih kau perhatikan, bukan Melati yang sudah beranjak besar! Jika di lihat, Rio juga terlihat ketakutan, sama seperti Melati, tapi cuma Melati yang kau peluk, ibu macam apa kau ini?!"
"Tapi yang kau bentak adalah Melati! Melati sangat berharga untukku, dia adalah pengganti Karmila, dan tidak ada yang boleh menyakitinya termasuk kamu!" Tegas Husna yang kala itu seolah tak ada rasa segan lagi.
"Hahhh, lama-lama di rumah gubuk derita ini membuatku panas dan gerah!" Aryo pun pergi begitu saja sembari menabrak kasar pundak Husna.
Husna akhirnya hanya bisa terdiam, ia bahkan terus memejamkan matanya untuk menahan air matanya yang seakan ingin kembali tumpah saat itu.
"Ibu, kenapa ayah begitu jahat pada kita?" Tanya Melati lirih sembari mulai menatap wajah ibunya dengan tatapan sendu.
Melihat wajah lugu anak perempuannya, membuat Husna kembali mengukir senyuman dan kembali berlutut di hadapannya.
"Tidak sayang, ayah sama sekali tidak jahat, ayah mungkin hanya sedang emosi sesaat saja. Tolong maafkan ayah ya." Husna dengan lembut menyeka sisa air mata yang ada di pipi Melati.
"Emosi sesaat, tapi kenapa ayah memarahi ibu setiap hari?" Tanya Rio kemudian.
Husna pun mulai menoleh ke arah Rio.
"Sudah lah, kamu masih terlalu kecil untuk mengerti, ayo segera habiskan makananmu."
Rio lagi-lagi terdiam, ia semakin merasa jika ia sangat di bedakan oleh ibunya sendiri, ia merasa ibunya hanya sayang pada kakaknya saja karena perlakuannya yang terus menerus mengistimewakan kakaknya di atas segalanya.
Dengan mulai meneteskan air mata, Rio pun akhirnya terus memakan ubi rebus miliknya hingga kandas.
Sarapan yang penuh dengan drama pun selesai, kini giliran Husna untuk mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Menempuh perjalanan yang cukup jauh, tak membuat Husna maupun anak-anaknya merasa kelelahan. Bagaimana tidak, seolah sudah begitu terbiasa dengan berjalan kaki, mereka sama sekali tak pernah mengeluh atau pun merasakan pegal pada kaki mereka.
Saat itu Melati terus diam dan kembali memandangi wajah ibunya yang semakin terlihat menua dan lusuh. Ya, selama berumah tangga, Husna memang tak pernah lagi bisa merawat wajah mau pun tubuhnya seperti dulu saat ia masih tinggal bersama orang tuanya yang kaya. Ditambah pula dengan beban hidup yang harus ia tanggung selama menjadi istri Aryo, membuat wajahnya menjadi berkali lipat lebih tua dan mulai terdapat banyak kerutan pada dahi dan di bagian tepi matanya.
"Ibu, apa ibu tidak lelah setiap hari mengantar kami ke sekolah dengan berjalan kaki?" Tanya Melati di sela keheningan.
"Sama sekali tidak sayang, memangnya kenapa? Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?" Husna pun mulai melirik Melati sembari tersenyum tipis.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
M.azril maulana
jangan sampe udah gde nya rio di bikin benci sama husna ibunya,
menyesal nanti husna
2022-02-25
0
Nila Sari
kok kasian kali rioo😢
2022-02-16
2