Chapter 5

Aryo segera ingin beranjak pergi dengan membawa hatinya yang dibuat begitu sakit atas perkataan kedua orang tua Husna yang ternyata tidak bisa menerima dengan baik kedatangannya kala itu.

Namun, dengan cepat Husna menahan tangannya memintanya agar tidak pergi dulu.

"Tidak! Aku mohon jangan pergi."

"Aku tidak mau terjadi keributan di rumahmu Husna, biarkan aku pergi, lagi pula ucapan kedua orang tuamu ada benarnya juga."

"Tidak!! Jika kamu pergi, maka bawa juga aku, aku ingin ikut denganmu!" Tegas Husna.

"Husna, apa-apaan kau!!" Bentak pak Awan saat mendengar keinginan Husna.

"Ayah yang apa-apaan?! Kenapa bisa memperlakukan tamu seperti ini?! Aryo datang baik-baik!"

"Tindakan kalian berdua benar-benar sudah kelewatan!! Husna, masuk kamu ke kamar!" Tegas pak Awan yang langsung bangkit dari duduknya.

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Husna, sejak kapan kau berubah menjadi anak pembangkang seperti ini ha?!" Nilam pun ikut menggeram dan ikut bangkit.

Kini keributan pun benar-benar terjadi, seolah tak bisa di hindari lagi, adu mulut antara Husna dan kedua orang tuanya juga terus terjadi hingga suara tinggi mereka pun kian terdengar begitu menggelegar di ruangan itu.

"Ku bilang masuk, ya masuk!!" Tanpa ingin berdebat lebih lama, pak Awan pun langsung mencengkram kuat lengan Husna.

"Ayah tidak! Lepaskan aku ayah." Pinta Husna yang mulai menangis.

"Ayo, masuk kamar!!" Pak Awan terus menarik lengan Husna untuk membawanya masuk tanpa memperdulikan Aryo yang masih berada di sana.

"Lepaskan aku ayah!! Aryo tolong aku!! Jangan pergi, tolong bawa aku bersamamu!!" Pekik Husna.

Namun apakan daya, Aryo tak bisa berbuat apapun saat itu karena mengingat yang menarik Husna adalah orang tuanya. Iya pun hanya terdiam, memandang nanar ke arah Husna yang terus menangis saat di geret masuk oleh ayahnya.

"Kamu lihat itu Aryo! Sebelum mengenalmu, Husna adalah anak yang begitu patuh pada kedua orang tuanya, tapi sekarang Husna berubah jadi anak pembangkang, dia berani melawan kedua orang tuanya hanya demi lelaki yang baru beberapa bulan ia kenal." Ketus Nilam yang terus menatap tajam ke arah Aryo.

Aryo sekali lagi hanya bisa menundukkan kepalanya, meski merasa sakit hati dan kecewa atas perkataan kedua orang tua Husna, tentu hal itu tidak mungkin membuatnya bisa mengamuk.

"Maafkan saya bu, saya tidak bermaksud."

"Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukn setelah melihat kejadian barusan?"

Aryo pun perlahan mulai mengangkat kembali kepalanya untuk menatap wajah bu Nilam.

"Jauhi Husna! Karena kamu cuma memberi pengaruh buruk bagi anak saya!" Tegas Nilam lagi.

Hal itu pun semakin membuat perasaan Aryo terluka bahkan ia merasa semakin di rendahkan oleh bu Nilam. Ia pun dengan berat hati akhirnya pergi meninggalkan rumah megah itu dengan perasaan yang begitu tersakiti. Segala yang ia rasakan kala itu, hanya bisa ia pendam sendiri.

Sementara pak Awan, ia terus menggeret Husna hingga ke kamarnya.

"Ayah kejam!!" Pekik Husna saat pak Awan menghempas kasar tangannya ketika mereka telah tiba di dalam kabar Husna.

"Kau yang keterlaluan!! Demi lelaki itu kau bahkan rela melawan orang tuamu sendiri??!!" Suara pak Awan pun terdengar begitu menggelegar di ruangan itu.

"Tapi aku mencintainya ayah!"

"Kau jatuh cinta pada orang yang salah! Ayah dan ibumu tidak akan pernah setuju!!"

"Tidak perduli kalian setuju atau tidak, yang jelas aku akan tetap mencintainya dan akan tetap berhubungan dengannya!" Tegas Husna yang masih tetap bersikukuh pada pendiriannya,

"Oh baik lah, kalau begitu kau akan tetap ayah kurung di kamar ini, dan jangan harap kamu bisa menemui lelaki itu lagi!"

"Jangan ayah, jangan kurung aku!!" Husna kembali menangis histeris, berharap ayahnya bisa luluh hatinya.

Namun hal itu nyatanya tidak membuat pak Awan bergeming, ia bahkan menyita ponsel milik putrinya itu, agar Husna tak bisa lagi menghubungi Aryo untuk meminta bantuan atau semacamnya.

"Dengan begitu, kau tidak akan bisa lagi berhubungan dengan lelaki itu!"

"Ayah kejam, ayah jahat, aku benci ayah!!"

"Kau dengar Husna, tidak ada yang bisa kau banggakan dari lelaki itu, apa yang kau lihat darinya ha? Dia hanya supir dari Ardito, apa kau bisa membayangkan bagaimana masa depanmu jika bersamanya kelak??!"

"Aku tidak perduli, aku tetap mencintainya!"

"Ya sudah, nikmati saja hari-harimu di sini."

"Aku benci ayah, sangat benci!!" Pekik Husna ketika pak Awan mulai melangkah keluar dari kamarnya.

Pak Awan sama sekali tak bergeming, ia terus saja melangkah menjauhi Husna, lalu menutup rapat pintu kamar itu dan menguncinya dari luar. Menyadari hal itu, Husna pun langsung berlari menuju pintu, ia menggedor-gedor itu itu dengan keras, berharap ayahnya tidak benar-benar mengurungnya di dalam kamar.

"Ayah!! Buka pintunya ayah!! Ayak tidak bisa mengurungku seperti ini karena aku mencintai seorang lelaki yang tidak kalian suka!!" Teriak Husna sembari terus menggedor pintunya.

Pak Awan yang masih berdiri di balik pintu itu pun hanya terdiam, tanpa berniat untuk membukakan pintu itu kembali.

"Ayah, buka pintunya!!! Cinta bukanlah sebuah kejahatan ayah!!"

Tak tahan mendengar teriakan putrinya yang seolah begitu menggebu melawan dirinya, pak Awan pun langsung pergi begitu saja untuk kembali ke kamarnya, karena kepalanya terasa sedikit pusing akibat memikirkan Husna yang sudah berani melawannya.

Tak lama bu Nilam pun ikut masuk ke kamar menyusul suaminya.

"Apa lelaki itu sudah pergi?!"

"Sudah, aku sudah menyuruhnya untuk menjauhi Husna!"

"Eeemm bagus lah, apa dia melawan?"

"Dia tidak akan berani!" Jawab bu Nilam sembari mulai duduk di tepi ranjang.

"Sepertinya aku harus menelpon Ardito, biar dia tau bagaimana kelakuan sopir kepercayaannya itu di belakangnya."

"Apa kamu yakin ingin memberitahunya sekarang?!"

"Eemm sepertinya itu memang keputusan terbaik, dengan begitu Ardito mungkin saja akan marah dan akan memecatnya, dengan begitu lelaki itu tentu akan pergi dari rumah Ardito dan semakin menjauh dari Husna."

"Benar juga, ya sudah jika memang begitu."

Pak Awan pun mulai mengeluarkan ponselnya dari saku celana, tanpa pikir panjang lagi, ia pun langsung menghubungi Ardito, tak tanggung-tanggung, pak Awan pun mulai menceritakan semua yang baru saja terjadi. Hal itu pun sontak membuat Ardito terkejut bukan kepalang, bagaimana tidak, sopir kepercayaannya yang telah ia anggap sebagai teman sekaligus saudara, tega menusuknya dari belakang.

Bahkan yang membuat Ardito lebih tidak terima lagi ialah, Husna wanita yang ia incar berani menolaknya dan lebih memilih Ardito yang berstatus sebagai supirnya.

"Dimana harga diriku? Kenapa aku bisa kalah telak dengan supirku sendiri?!" Gumam Ardito dalam hati.

Ardito begitu murka dengan kabar yang baru ia dengar, begitu pula dengan kedua orang tuanya yang juga jadi sangat kecewa terhadap Aryo yang sama sekali tidak jujur pada mereka. Aryo pun akhirnya di pecat, ia pun di suruh untuk segera mengemasi seluruh barang-barangnya agar bisa segera pergi dari rumah mereka.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

M.azril maulana

M.azril maulana

harusnya si Aryo mengundurkan diri sebelum di pecat,,

2022-02-25

0

Nila Sari

Nila Sari

kasian nya si aryooooo

2022-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!