Chapter 2

"Husna kamu kenapa? Sejak tadi ibu lihat kamu terus tersenyum." Bisik ibunya.

Husna lagi-lagi jadi tersentak saat mendapat pertanyaan seperti itu.

"Oh tidak bu, tidak apa-apa." Jawab Husna yang langsung menggeleng cepat.

Waktu terus bergulir, hingga akhirnya pak Pram dan bu Ani secara gamblang mulai menyampaikan maksud tujuan kedatangan mereka secara langsung pada Husna.

"Emm baik lah, sebaiknya kita tidak perlu lebih banyak membuang waktu lagi," Ucap bu Sari.

"Membuang waktu? Memangnya kenapa bibi?" Tanya Husna bingung.

"Begini Husna, sebenarnya maksud kedatangan kami kesini adalah untuk melamarmu untuk anak kami, Ardito." Ungkap bu Sari sembari menepuk pelan pundak Ardito, saat itu Ardito pun terlihat kembali tersenyum.

Namun Husna, saat mendengar hal itu sontak membuat matanya seketika jadi membulat sempurna.

"Ha?!! Melamar??!!"

"Hehehe kamu sepertinya sangat terkejut Husna, eem wajar saja jika kamu merasa kaget, karena rencana ini memang begitu mendadak. tapi yang perlu kamu tau Husna, sebelummya kami pun telah memberitahukan niat kami ini pada kedua orang tuamu, dan mereka pun juga telah setuju." Jelas bu Sari lagi sembari tersenyum tenang.

"Ta,,, tapi bi, aku..." Husna pun mulai gelagapan karena ia masih begitu shock.

"Ada apa Husna?" Bisik pak Awan.

"Ayah, aku sama sekali tidak mengenalnya, tapi bagaimana bisa mereka tiba-tiba ingin melamarku!!" Jawab Husna.

Namun nyatanya jawaban Husna itu bisa di dengar dengan jelas oleh semua orang yang ada di ruangan itu.

"Kamu benar Husna, kalian memang belum saling mengenal, tapi Ardito, dia sudah melihat fotomu dan langsung merasa penasaran denganmu. Itulah sebabnya ia ingin datang dan melihatmu secara langsung, dan ternyata dia benar-benar menyukaimu nak." Jelas bu Sari dengan nada ramah.

"Bukankah begitu nak?" Bu Sari kali ini mengalihkan pandangannya ke arah Ardito.

"Ibuku benar Husna." Jawab Ardito sembari kembali tersenyum dengan penuh percaya diri,

Tapi nyatanya, Husna memang tidak suka sama sekali pada Ardito, bahkan tidak ada getaran sedikit pun saat mereka berjabat tangan sebelumnya.

"Maaf sebelumnya paman, bibi, dan juga kamu Ardito, apa aku boleh berkata jujur??"

Sontak bu Sari, pak Pram, dan seluruh yang ada disitu jadi saling berpandangan sejenak.

"Tentu saja nak, bukankah jujur itu hal yang baik." Jawab pak Pram.

"Terima kasih paman, aku sangat berterima kasih atas kedatangan kalian semua yang memiliki niat cukup baik padaku. Tapi jujur saja, aku tidak memiliki perasaan apapun pada Ardito, selain kami memang tidak saling mengenal sebelumnya, aku juga tidak ada merasakan getaran apapun saat pertama kali bertemu dengannya. Jadi ku rasa, lamaran ini tidak bisa di teruskan, jadi ku mohon jangan buang waktu berharga kalian." Ungkap Husna secara terang-terangan tanpa ada rasa segan.

Pernyataan itu pun sontak membuat raut wajah ayah dan ibunya langsung berubah drastis, mata mereka langsung membesar, bahkan wajah mereka juga terlihat merah padam akibat menahan malu pada keluar pak Pram.

"Husna!! Apa-apaan kamu?! Kenapa berkata begitu pada tamu kita?!" Pak Awan pun mulai meninggikan suaranya.

"Maaf ayah, tapi ayah tau bagaimana karakterku, aku tidak bisa memberi harapan palsu, itu benar-benar jujur yang aku rasakan saat ini." Jawab Husna.

Sementara Aryo, saat itu ia hanya terdiam dan mulai menundukkan kepalanya. Di satu sisi entah kenapa ia merasa senang saat Husna mengungkapkan hal itu, ia merasa Husna adalah sosok wanita yang begitu tegas, hingga membuatnya semakin menyukai Husna dalam diam. Namun di sisi lain, ia pun turut bersedih saat melihat majikan sekaligus temannya dipermalukan dan terlihat sedih dan kecewa.

"Ardito, aku sungguh-sungguh minta maaf padamu, tapi aku memang tidak bisa memaksakan perasaanku. Apalagi saat kamu berani untuk langsung melamar untuk menikahiku, kurasa aku tidak bisa bayangkan bagaimana nantinya aku menikah dengan orang yang tidak kusukai bahkan tidak ku kenal sama sekali. Bukankah itu aneh?" Ungkap Husna lagi yang membuat Ardito semakin kecewa.

Tak bisa menahan malu lebih lama lagi, akhirnya keluarga Ardito pun memilih untuk pamit pulang dengan membawa raut wajah mereka yang masam seolah tak senang. Sementara kedua orang tua Husna yang juga merasa malu atas sikap dan tindakan Husna saat itu, langsung memarahi Husna habis-habisan. Mereka bahkan mengancam akan menghukum Husna dengan cara menarik semua fasilitas seperti handpone, mobil, serta memblokir semua kartu kredit dan akan menyita kartu ATM Husna jika Husna tidak bersedia untuk datang meminta maaf pada Ardito.

Tak rela kehilangan semua fasilitas yang ia punya saat itu, dengan berat hati akhirnya Husna pun setuju untuk mendatangi rumah kediaman Ardito.

Ke esokan harinya...

Husna dengan di antar oleh seorang supir, mulai bergerak menuju rumah Ardito, saat itu di tangannya sudah memegang bingkisan yang sengaja diberikan oleh ibunya untuk diberikan pada Ardito dan juga keluarganya.

"Huh, benar-benar sangat mengesalkan." Ketus Husna dalam hati.

Waktu 40 menit pun berlalu, kini mereka pun telah sampai di depan rumah mewah milik keluarga Ardito. Husna turun perlahan, saat itu kebetulan ada Aryo yang terlihat sedang mencuci mobil di depan pekarangan rumah mereka yang cukup luas. Husna mendadak kembali salah tingkah saat melihat Aryo, ia bergegas mengecek kembali seluruh dandanan dan penampilannya agar tidak ada hal-hal yang sekiranya bisa membuatnya malu.

"Eemmm." Husna berdehem.

Membuat Aryo seketika menoleh ke arahnya, dan ya, Aryo pun terlihat begitu terkejut saat menyadari keberadaan Husna yang sudah berdiri di belakangnya, dengan cepat ia langsung membuang selang yang ia pegang ke tanah.

"Mba Husna??!"

"Hehehe iya, ini aku. Tidak di sangka kita akan kembali bertemu disini."

"Hehehe iya, jujur saya sangat kaget melihat mba Husna ada disini. Tapi kalau boleh tau ada keperluan apa mba?"

"Ardito, aku ingin menemuinya, apa dia ada di rumah?"

"Yahh sayang sekali mba, mas Dito sudah pergi, hari ini dia memilih untuk menyetir sendiri."

"Oh benarkah? Lalu kemana dia?"

"Tentu saja ke kantor mba."

"Boleh aku tau dimana kantornya?!" Tanya Husna lagi.

Saat itu, bertepatan pula dengan munculnya seorang wanita paruh baya dari dalam rumah dengan sudah membawakan sebuah rantang. Wanita paruh baya yang mereka panggil dengan sebutan mbok Darmi, asisten rumah tangga yang sudah berpuluh tahun mengabdi pada keluarga Ardito.

"Dito." Panggil wanita paruh baya itu.

"Iya mbok." Jawab Dito cepat.

"Ini, disuruh bu Sari antar ke kantor untuk pak Pram dan mas Dito." Ucap wanita itu sembari menyerahkan rantang yang ia pegang pada Aryo.

Aryo bersigap meraihnya sembari mengangguk patuh.

"Oh siap mbok, segera laksanakan."

Sebelum kembali masuk, mbok Darmi tak sengaja melirik ke arah Husna yang saat itu berdiri terdiam tak begitu jauh darinya.

"Maaf, anda siapanya Aryo? Apakah pacarnya?"

Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Husna seketika tersenyum. Sementara Aryo, matanya langsung nampak terbelalak.

"Haaaiss mbok, tentu saja bukan, mana mungkin juga wanita sekelas mba Husna jadi pacarku, ada-ada saja si mbok. Ini mba Husna, wanita yang kemarin ingin di lamar oleh mas Dito." Jelas Aryo yang mendadak jadi kikuk.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

🥀Acihlicious 🥀

🥀Acihlicious 🥀

💪💪💪💪💪💪💪

2022-03-10

0

Faridah Usman

Faridah Usman

masih nyimak

2022-03-05

0

Nila Sari

Nila Sari

lanjut thorrr

2022-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!