Chapter 3

"Oh, iya-iyaa, ternyata memang cantik ya, mas Dito tentu tidak salah pilih jika begini." Celetuk mbok Darmi.

Saat itu Husna memilih untuk bungkam dan hanya bisa menunjukkan senyuman ramahnya saja.

"Mba, ini kebetulan saya mau ke kantor, kalau begitu ikuti saja mobil saja." Ucap Aryo kemudian.

Entah kenapa, saat itu Husna merasa itu adalah kesempatan untuk dia bisa lebih dekat dengan Aryo. Ia pun berinisiatif untuk ikut nebeng di mobil yang di kendarai oleh Aryo, sementara supirnya, ia suruh pulang. Sementara Aryo, ya tentu saja ia tidak mungkin menolak, justru sebenarnya ia pun senang.

Setibanya di kantor, ternyata Ardito sedang tidak berada di tempatnya, menurut penjelasan dari resepsionis, Ardito sedang keluar bersama sekretaris pribadinya untuk meeting bersama klien. Sebuah kebetulan, justru dengan tidak adanya Ardito sebenarnya membuat Husna senang, karena ia tidak perlu repot untuk memohon maaf hari itu.

Ia pun menelpon ayahnya, untuk memberitahukan hal itu.

"Ayah, aku sudah ke rumah Ardito dan dia tidak ada di rumah, bahkan aku juga sedang berada di kantornya saat ini, dia juga tidak ada, dia sedang keluar bersama sekretarisnya." Jelas Husna singkat.

"Kamu tidak sedang berbohong pada ayah kan?"

"Astaga, tentu saja tidak, jika tidak percaya aku akan rekam video yang menunjukkan jika aku memang sedang berada di kantor rekan bisnis ayah ini."

"Eemm tidak perlu, jika Ardito tidak ada, setidaknya kamu harus tetap menemui pak Pram, minta maaf padanya!"

"Ta,, tapi ayah..."

"Tidak ada tapi-tapu Husna!" Tegas pak Awan yang sontak membuat Husna kembali berwajah masam.

Mau tak mau, ia pun meminta untuk dipertemukan dengan pak Pram, beberapa menit saja menunggu akhirnya pak Pram pun datang untuk menemuinya secara khusus di ruang tunggu.

"Paman." Ucap Husna yang langsung bangkit dari duduknya.

"Ya Husna, aku cukup terkejut saat mengetahui kedatanganmu ke kantor kami, ada apa?"

Husna pun tanpa banyak basa-basi, langsung menyampaikan permohonan maafnya pada pak Pram dan keluarganya. Tidak melulu karena desakan dari kedua orang tuanya, dari lubuk hatinya pun ia memang ingin kembali meminta maaf karena ia benar-benar tidak bisa membohongi perasaannya.

Dengan menyimpan sedikit rasa kecewa, akhirnya pak Pram pun bersedia memaafkan Husna.

"Oh ya Husna, kamu kesini sendiri?" Tanya pak Pram di sela obrolan mereka.

"Sebenarnya sebelum kesini aku ke rumah paman bersama supir, tapi karena katanya Ardito dan paman sedang berada di kantor, maka dari itu aku ikut bersama Aryo kesini,"

"Ah iya, kebetulan memang Aryo sering ditugaskan mengantar makanan kesini, jadi dimana dia sekarang?"

"Eeemm tadi setelah menitipkan makanan pada resepsionis, katanya dia ingin ke toilet paman." Jawab Husna singkat.

Pak Pram pun mengangguk. Dan pucuk di cinta ulam pun tiba, baru di bicarak beberapa detik yang lalu, Aryo nampak muncul melintasi loby.

"Nah itu dia paman."

Pak Pram pun menoleh ke arah Aryo.

"Aryo!" Panggil pak Pram.

Aryo pun bergegas datang menghampiri majikannya.

"Iya pak,"

"Kamu mau kemana?"

"Saya? Saya mau kembali ke rumah pak, karena makanan bapak sudah saya titipkan di resepsionis seperti biasa."

"Kamu jangan pulang dulu, tolong kamu antar Husna pulang ke rumahnya ya." Pinta pak Pram.

Tidak mungkin menolak, apalagi ini perintah dari majikan, Aryo pun dengan cepat langsung mengangguk patuh.

"Baik pak."

Husna yang sebelumnya terdiam, sontak langsung bersorak gembira di dalam hati, bagaimana tidak, ia memiliki waktu lebih lama bersama Aryo, lelaki yang diam-diam sudah ia sukai.

"Kalau begitu saya tunggu di mobil ya mbak."

"Oh tidak perlu, kebetulan aku juga sudah selesai mengobrol dengan paman, aku sebaiknya segera pulang."

Husna pun pamit dan memilih untuk langsung ikut pergi bersama Aryo. Dan dari situ lah kisah Husna dan Aryo berawal.

"Apa kamu sudah makan siang Aryo?"

"Belum mbak, nanti saja saat sudah tiba di rumah mas Dito." Jawab Aryo sembari tersenyum.

"Tapi, aku mulai merasa lapar, ini sudah masuk jam makan siang, apa kamu bisa mencari restoran di dekat sini dan temani aku makan?"

"Ta,, tapi mba."

"Bisa tidak?" Tanya Husna to the point.

Aryo pun akhirnya langsung mengangguk.

"Bisa mba, bisa."

Itu pertama kalinya Husna dan Aryo makan siang bersama, hanya berdua, dan Husna saat itu benar-benar merasa sangat nyaman berada di dekat Aryo. Ia sama sekali tidak memandang Aryo dari segi materi, karena ia sudah memiliki segalanya. Begitu pula dengan Aryo, lelaki mana yang tidak terpikat dengan keelokan paras dari Husna, Aryo bahkan juga sudah menyimpan rasa kagum dan suka pada Husna saat pertama kali melihatnya.

Husna dan Aryo banyak bercerita tentang banyak hal, anehnya mereka terlihat sangat nyambung, dan yang lebih aneh lagi, Husna bisa tertawa lepas saat bersama Aryo, yang padahal baru ia kenal sehari yang lalu. Hingga tak terasa waktu terus bergulir, jam sudah menunjukkan pukul 14:10 siang, sudah waktunya Aryo harus mengantar Husna pulang dikarenakan ia yang masih dalam jam kerja memang harus tetap standby di rumah bila sewaktu-waktu bu Sari membutuhkannya.

"Boleh aku bertanya?" Tanya Husna di tengah perjalanan mereka.

"Tentu boleh mba, mau bertanya apa?"

"Tadi kamu bilang sama si mbok, aku tidak mungkin jadi kekasihmu, memangnya kenapa?"

"Oh itu hehe, iya rasanya memang tidak mungkin, mengingat kehidupan kita yang sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Mba Husna layaknya putri kerajaan yang sangat jelita, tidak mungkin juga mau menjadi kekasih dari lelaki yang hanya pesuruh." Jelas Aryo.

" Tapi aku adalah tipe perempuan yang tidak memandang materi, jadi kurasa mungkin saja hal itu terjadi."

Aryo seketika terdiam, dengan wajahnya yang mulai memerah, entah kenapa ucapan Husna itu membuatnya merasa seolah Husna memberinya harapan.

"Oh ya, boleh aku meminta nomor ponselmu?" Tanya Husna lagi.

Tak tunggu lama, Aryo pun langsung setuju untuk memberikan nomor ponselnya pada Husna.

Sejak saat itu, komunikasi di antara mereka tidak pernah terputus. Di malam hari, Husna ternyata sering teleponan dengan Aryo hingga larut malam, seolah tak pernah kehabisan topik pembicaraan, bahkan mereka pun sudah beberapa kali melakukan pertemuan untuk sekedar menghabiskan waktu untuk makan siang dan berbincang singkat, dan tentunya tidak ada siapapun yang tau, terutama Ardito.

Seiring waktu, semakin seringnya pertemuan dan perbincangan yang mereka lalui, membuat perasaan yang mereka rasakan satu sama lain kian membesar dan semakin susah untuk di tutupi. Hingga akhirnya Aryo memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Husna, dan tentu saja perasaan itu di sambut dengan suka cita oleh Husna yang juga memiliki perasaan yang sama pada Aryo, hingga akhirnya mereka pun resmi berpacaran secara diam-diam.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Faridah Usman

Faridah Usman

seru jugaa

2022-03-05

0

Nila Sari

Nila Sari

semangat thorrr

2022-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!