6 Bulan kemudian...
Tak terasa, setengah tahun sudah mereka berdua menjalin hubungan tanpa ada seorang pun yang tau. Kini perasaan ingin memiliki seutuhnya semakin nyata dirasakan oleh kedua insan yang tengah dilanda asmara itu. Husna pun mulai jenuh menyembunyikan hubungan mereka, ia ingin hubungan yang normal seperti orang-orang pacaran pada umumnya, ia ingin bebas pergi kemana pun bersama Aryo tanpa adanya rasa takut akan ketahuan oleh keluarganya maupun keluarga Ardito.
"Aku ingin mengenalkanmu secara resmi pada kedua orang tuaku, sebagai kekasih!" Tegas Husna mendadak.
Hal itu sontak membuat raut wajah Aryo berubah menjadi tak biasa, bisa terlihat dengan jelas adanya ketegangan di wajahnya saat mendengar permintaan Husna.
"Kenapa wajahmu tegang begitu? Apalagi kali ini alasanmu? Jika beberapa waktu lalu alasanmu belum siap untuk bertemu keluargaku sebagau kekasihku, sekarang apa alasannya?"
"Tidak sayang, bukan begitu."
"Lalu??"
"Bagaimana nanti jika kedua orang tuamu tidak setuju? Mengingat aku hanyalah seorang supir, di tambah pula aku adalah supir dari keluarga yang pernah ingin melamarmu. Tentu itu bukan lah hal yang mudah untuk di terima." Ungkap Aryo pesimis.
"Dengar! aku mencintaimu tulus, aku sama sekali tidak peduli apa pekerjaanmu. Dan aku pun siap menerima segala konsekuensi atas rasa cintaku ini, asal aku bisa terus bersamamu, selamanya."
"Benarkah? Tapi yang ingin kita hadapi ini adalah keluargamu, sayang."
"Aku tidak perduli, bahkan aku akan sangat merasa malu jika keluarga tidak menyetujui kita hanya karena masalah materi." Jelas Husna penuh keyakinan.
Mendengar hal itu Aryo pun jadi terdiam sejenak, lalu ia mulai menghela nafas panjang dan mulai menatap Husna dengan begitu lekat.
"Baiklah, ayo kita temui orang tuamu, untuk mengatakan jika kita saling mencintai."
"Kamu setuju??!" Mata Husna seketika langsung berbinar.
Aryo pun tersenyum dan mengangguk.
"Benarkah kamu setuju?! Kamu setuju untuk menemui keluargaku?" Tanya Husna yang seolah masih sulit percaya.
"Iya sayang."
"Apa itu artinya setelah ini kita bisa menjalin hubungan normal, tanpa di tutupi pada siapapun lagi?"
"Iya sayang!!!!" Tegas Aryo yang kemudian mulai mencubit pipi Husna.
Husna pun semakin melebarkan senyumannya, lalu langsung memeluk erat tubuh kekasihnya itu.
Kediaman keluarga Hartawan...
Ini terhitung kedua kalinya Aryo menginjakkan kakinya di rumah keluarga Husna, sangat berbeda rasanya saat dulu waktu pertama kali ia datang ke rumah itu sebagai pendamping Ardito, kini perasaannya begitu berkecamuk, perasaan gugup serta cemas seolah menari-nari memenuhi isi kepalanya.
Semakin mendekati pintu utama, langkah kaki Aryo semakin pelan, jantungnya juga semakin menderu, disertai keringat dingin yang mulai memenuhi dahi saat membayangkan jika sebentar lagi ia akan bertemu dengan kedua orang tua Husna.
"Kenapa berhenti? Ayo kita masuk." Husna dengan senyuman pun menarik lengan kekasihnya.
"Ta,,, tapi Husna ak,, akuu..."
"Sudah tidak perlu cemas, apapun yang terjadi, percayalah aku akan tetap di sisimu. Ya??"
"Kamu bisa pegang kata-katamu itu?" Tanya Aryo memastikan.
"Tentu saja, sejauh ini, kapan aku pernah berbohong? Tidak pernah kan!"
Akhirnya Aryo percaya, dengan sekali tarikan nafas panjang, ia pun akhirnya memberanikan diri untuk melanjutkan langkahnya memasuki rumah kediaman keluarga Husna yang terlihat sangat megah dan mewah.
Husna duduk di sisi Aryo yang kala itu masih saja terlihat gugup, tak lama kedua orang tua Husna terlihat menuruni anak tangga dan terus melangkah ke arah mereka.
"Ayah, ibu, ayo duduk lah." Ucap Husna dengan wajah berbinar.
Kala itu kedua orang tua Husna masih nampak bingung, namun mereka memilih untuk ikut arahan Husna dan mulai duduk berhadapan dengan Husna dan Aryo.
"Ada apa ini Husna? Kenapa tiba-tiba kamu ingin berbicara penting dengan kami berdua?" Tanya pak Awan.
"Dan ini, pemuda ini,, bukankah dia supir Ardito? Benarkan?" Tanya bu Nilam.
"Benar bu." Jawab Aryo mengiyakan.
"Ada perlu apa nak? Apa kedatanganmu kemari di utus oleh Ardito?" Tanya bu Nilam lagi.
"Tidak bu, sama sekali tidak."
"Lalu??!" Kali ini pak Awan yang bertanya, dengan dahinya yang mulai mengkerut.
"Saya kesini,,,, eemmm." Lagi-lagi perasaan gugup Aryo yang kian membesar seolah mengunci lidahnya untuk berbicara.
"Ada apa??" Tanya bu Nilam lagi.
"Ayah, ibu, aku dan Aryo saling mencintai!" Ucap Husna spontan tanpa ragu.
Mendengar hal itu, sontak membuat Nilam dan Awan jadi terbelalak.
"Apa??!!" Ucap mereka secara bersamaan.
"Iya, aku mencintai Aryo, hanya dia yang bisa membuatku nyaman dan bahagia saat ini. Bahkan kami sudah menjalin hubungan sejak setengah tahun belakangan ini, itulah sebabnya Aryo datang kesini, kami ingin memberitahukan hal ini, kami tidak ingin sembunyi-sembunyi lagi!" Ungkap Husna lagi.
Saat itu kedua orang tuanya masih nampak begitu syok, dan tercengang.
"Benar begitu Aryo?!" Tanya Nilam yang mulai menatap Aryo dengan tajam.
"Benar bu!" Aryo pun mengangguk.
"Benar-benar keterlaluan!!" Ketus pak Awan.
Hal itu pun membuat Aryo semakin gemetar, bagaimana tidak, apa yang ia pikirkan sebelumnya, sepertinya akan benar-benar terjadi, ia bahkan merasa jika sebentar lagi ia akan di usir oleb kedua orang tua Husna yang tak terima dengan kenyataan yang ada,
Sementara Husna, saat itu ia pun sontak menatap wajah ayahnya dengan sorot mata yang tak biasa.
"Ayah! Tolong jangan menatap Aryo seperti itu, dia orang baik ayah, dia berbeda dengan lelaki kebanyakan!" Tegas Husna membela kekasihnya.
"Lelaki yang berani mengencani seorang perempuan tanpa sepengetahuan orang tuanya, dan bahkan sudah berlangsung cukup lama, apa masih bisa di sebut lelaki baik???!!!" Pak Awan pun semakin meninggikan suaranya.
"Benar Husna, apa-apaan kau ini?! Kau tau kan siapa dia? Dia adalah supir Ardito, lelaki yang pernah secara baik-baik ingin melamarmu, bukan mengencanimu secara diam-diam seperti dia!" Tambah Nilam yang juga sama tak terimanya dengan sang suami.
"Berhenti menyangkut pautkan hal ini dengan Ardito, dia tidak ada urusan dengan ini semua, sudah ku katakan aku tidak mencintainya." Jawab Husna menegaskan.
"Dan kau Aryo! Bukankah kau sudah bekerja cukup lama pada Ardito, bahkan kau pun sudah di anggap sebagai teman dekat bahkan saudara, bisa-bisanya kau tega menusuk Ardito dari belakang. Sungguh memalukan!" Ketus Awan yang semakin menohok, tatapannya pun semakin tajam, membuat Aryo semakin merasa terindimidasi.
"Cukup ayah! Ibu!" Bentak Husna yang langsung bangkit dari duduknya.
"Aryo niat baik untuk datang kesini, kenapa kalian justru bersikap seolah sedang mengintimidasinya?!" Kali ini gantian Husna yang merasa tidak terima dengan perkataan kedua orang tuanya.
"Husna, sudah! Tenang lah, jangan berkata begitu pada orang tuamu." Ucap Aryo pelan.
"Saya sungguh minta maaf pak, bu, jika memang kehadiran saya disini hanya membuat keributan, sebaiknya saya pergi." Aryo pun perlahan ikut bangkit dan membungkukkan singkat badannya di hadapan kedua orang tua Husna.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nila Sari
lanjutt lanjuttt
2022-02-16
0