Chapter 17

"Ibu, apa tidak sebaiknya kita menunggu ayah?" Tanya Melati sebelum menyantap makanannya.

Husna pun seketika melirik ke arah jam yang tergantung di salah satu sisi dinding, saat itu jam pun terlihat sudah menunjukkan pukul 12:45 siang.

"Benar juga, tidak biasanya mas Aryo jam segini belum juga pulang untuk makan siang." Pikir Husna sembari mulai mengalihkan pandangannya ke arah pintu depan yang memang sengaja ia buka.

Namun benar-benar tak terlihat adanya tanda-tanda keberadaan Aryo di luar.

"Ah sudah lah sayang, tidak usah memikirkan ayahmu, karena sepertinya hari ini dia lembur." Jawab Husna yang kembali tersenyum menatap putrinya.

Melati pun patuh, dengan mata yang berbinar ia pun mulai menyantap makan siang miliknya. Sementara Rio, tak usah di tanya lagi, ia yang memang sudah sangat lapar, langsung saja menyantap makanan miliknya tanpa ingin menunggu lebih lama lagi.

"Bagaimana sayang? Enak tidak? Apa kamu suka?" Tanya Husna pada Melati sembari mulai mengelus-elus rambutnya.

"Sangat enak bu, andai setiap hari bisa makan ikan, pasti aku dan Rio akan sangat senang. Benar kan Rio?"

"Iya kak." Jawab Rio sembari terus mengunyah makanannya dengan sangat lahap.

Husna terus tersenyum memandangi Melati yang terlihat begitu bersemangat saat memakan masakannya, namun di sisi lain, hatinya sedikit merasa tidak enak hingga membuat selera makannya berkurang. Dia sangat gelisah karena hingga saat itu Aryo belum juga pulang, benar-benar tidak seperti biasanya.

"Ibu, kenapa ibu nampak gelisah?"

"Ah tidak sayang, ibu tidak apa-apa." Jawab Husna berbohong.

Hanya berselang beberapa detik, tak lama terdengar suara lelaki yang berteriak memanggil nama Husna.

"Hussnaaa!" Teriakan yang terdengar lebih dari satu orang.

Mendengar hal itu, membuat Husna sontak langsung terperanjat dari duduknya.

"Ada apa itu?" Tanya Husna seorang diri sembari memandangi ke arah pintu.

"Ibu, ada apa bu, kenapa kedengarannya ada banyak orang di luar?" Tanya Melati.

"Sayang, kamu lanjutkan saja makan siangmu, dan jangan keluar ya, biar ibu yang melihat keluar." Husna mengusap ujung kepala Melati.

Melati pun hanya bisa mengangguk patuh.

Husna pun bergegas keluar dari rumah, untuk menemui segerombolan orang yang datang sembari memanggil-manggil namanya.

"Ada apa ini?" Tanya Husna begitu keluar dari rumahnya.

Namun sebelum di jawab oleh orang-orang itu, Husna seolah sudah mengetahui jawabannya sendiri. Matanya sontak dibuat terbelalak saat mendapati Aryo yang sedang di gotong oleh beberapa orang dan terlihat terus merintih kesakitan.

"Ya tuhan, mas Aryo!!" Pekik Husna yang langsung berlari menghampiri Aryo.

"Aaaghhh sakit, sakittt!!" Ucap Aryo meringis.

"Mas, apa yang terjadi? Kenapa kakimu di perban begini?" Tanya Husna yang masih terlihat begitu panik bercampur bingung.

"Aryo tertembak Husna." Jelas salah seorang yang ikut menggotongnya.

"Apa?!! Tertembak?!" Kedua bola mata Husna pun semakin terbeliak, nyaris keluar dari sarangnya.

"Sudah jangan banyak tanya dulu, tolong dudukkan aku dulu." Keluh Aryo sembari terus meringis.

"Ah iya, ayo ayo, tolong dudukkan dia." Husna bergegas mengambil sebuah kursi yang terbuat dari papan, lalu membawanya ke teras.

Aryo dengan perlahan mulai di dudukkan, ia masih terus meringis kesakitan sembari terus mengusap-usap sebelah kakinya yang sudah di perban.

"Tolong ceritakan padaku, bagaimana ceritanya mas Aryo bisa tertembak? Siapa yang menembaknya?" Tanya Husna lagi pada teman-teman Aryo.

Salah seorang teman Aryo pun mulai menjelaskan secara detail pada Husna. Jika sebenarnya peristiwa naas yang menimpa Aryo adalah salah sasaran. Ya, saat itu Aryo seperti biasa sedang bekerja di salah satu proyek pembangunan di perbatasan desa, di saat yang sama pula, ada beberapa kawanan narapidana yang berhasil kabur dari penjara dan menyusup ke proyek tempat dimana Aryo bekerja. Aryo yang panik melihat ada beberapa orang yang berlari ke arahnya, secara spontan langsung ikut berlari tanpa tau penyebabnya.

Di saat itu juga lah, polisi yang mengejar para narapidana itu dari belakang, langsung saja menembakkan timas panas ke arah mereka, dan naasnya, bukan salah satu dari narapidana itu yang terkena tembakan, melainkan Aryo, orang yang sebenarnya tak tau apa-apa lah yang harus merasakan bagaimana sensasinya timah panas ketika menembus permukaan kulitnya kakinya.

Setelah mendengar semua kronologisnya, Husna nampak semakin syok, dari matanya perlahan mulai mengalir bulir air mata saat memandangi suaminya yang terlihat begitu memprihatinkan.

"Itu sebabnya pihak polisi langsung melarikan Aryo ke puskesmas terdekat, dan meminta kami untuk mengantarkannya pulang setelah di obati." Tambah salah satu dari mereka.

"Lalu bagaimana dengan lukanya? Apa akan segera sembuh?" Tanya Husna lirih.

Sejenak teman-teman Aryo terdiam dan saling pandang satu sama lain.

"Ada apa? Kenapa raut wajah kalian mendadak berubah?" Tanya Aryo yang juga ternyata belum terlalu paham dengan kondisinya.

"Eeemm kami juga tidak tau pasti, tapi dokter tadi bilang, kemungkinan Aryo akan menjadi pincang."

"Iya aku tau itu, tentu saja dia akan pincang sementara, mengingat kakinya yang masih terluka." Ucap Husna.

"Bu,, bukan Husna, bukan untuk sementara."

Mendengar hal itu, Husna sontak terdiam, kini raut wajahnya yang seketika berubah.

"Apa maksudmu?" Kedua bola mata Husna pun mulai membesar,

Begitu pula dengan Aryo, matanya juga nampak membulat sempurna mendengar penjelasan dari temannya yang masih terkesan ambigu.

"Iya, apa maksudmu berkata begitu?" Tambah Aryo yang juga jadi begitu penasaran.

"Dokter menjelaskan, kemungkinan kau akan pincang Aryo, pincang permanen." Jelas salah satu temannya dengan sedikit ragu-ragu.

Aryo terkejut, matanya semakin terlihat membulat hingga membuatnya sontak langsung berteriak histeris.

"Tidak!!!" Pekiknya dengan nada tinggi.

Begitu pula Husna, ia nampak semakin menangis sesenggukan, saat mengetahui suaminya akan pincang seumur hidupnya.

"Tidak!!! Tidak mungkin, aku tidak mau jadi orang cacat!!!" Teriak Aryo tak terima.

"Ya tuhan, kenapa bisa begini?" Gumam Husna begitu lirih.

"Ini Husna, ada titipan dari kepolisian," Ucap salah satu teman sembari memberikan sebuah amplop berwarna coklat.

"Apa ini?" Tanya Husna bingung sembari mulai meraih amplop itu dan memandanginya.

"Itu adalah uang ganti rugi Husna dan untuk biaya berobat Aryo."

"Tidak!! Aku tidak butuh uang!!" Bentak Aryo yang langsung menepis kasar amplop itu dari tangan Husna.

"Aku tidak butuh uang!! Aku mau kakiku kembali seperti sedia kala!!!" Pekiknya lagi yang terlihat semakin histeris.

Aryo mulai mencampakkan seluruh benda yang ada di dekatnya ke sembarang arah, hal itu pun cukup membuat teman-teman Aryo mulai ketakutan, hingga akhirnya mereka pun memilih untuk langsung pamit pulang karena tak ingin jadi sasaran amukan Aryo.

Sementara Husna, Husna yang juga sangat terpukul atas peristiwa yang menimpa suaminya, tetap mencoba untuk menenangkan suaminya yang kala itu seolah tak terkendali.

"Sayang, tolong tenangkan dirimu. Nanti anak-anak takut." Ucap Husna yang sembari mengusap-usap pundak Aryo.

"Aaghhh! Singkirkan tanganmu!" Bentak Aryo menepis kasar bahkan menolak Husna hingga ia terduduk.

"Aku tau, dalam hati kau pasti ingin mengejekku kan, kau ingin menertawakan aku yang sekarang sudah menjadi cacat ini. Iya kan??!" Ungkap Aryo dengan nada tinggi, bahkan sorot matanya pun sangat tajam saat menatap Husna.

Husna semakin menangis sembari menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak sayang, aku tidak mungkin mengejekmu, kamu suamiku, dan aku sudah pasti ikut merasa hancur dengan kejadian ini." Jelas Husna lirih.

Mendengar adanya keributan dari luar, yang mereka tau itu adalah ayahnya yang kembali mengamuk, sontak membuat Rio dan Melati jadi ketakutan, mereka mulai menangis dan saling berpelukan satu sama lain.

"Kakak, aku takut." Ungkap Aryo gemetaran.

"Iya, kakak juga."

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

M.azril maulana

M.azril maulana

moga jadi sadar si Aryo,dan memperbaiki sifatnya

2022-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!