Chapter 13

Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Husna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.

Bagaimana tidak, meskipun Husna baru saja melahirkan seorang bayi lelaki yang mereka beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Husna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang sebenarnya jauh lebih membutuhkannya saat itu.

"Heh Husna! apa kau tidak dengar itu Rio terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.

Saat itu Husna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur dan terus menangis.

"Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.

Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang masih saja terus menangis. Aryo dengan hati-hati mulai menggendong bayi lelakinya, mencoba untuk menenangkannya agar tidak terus menangis.

"Cup cup cup, sudah ya jagoan ayah jangan menangis terus." Pujuk Aryo sembari menepuk-nepuk pelan bokong bayi mungil itu.

Namun Rio yang sudah sangat kehausan sama sekali tak mau mendengar bujukan dari sang ayah, ia bahkan semakin mengeraskan suara tangisannya, berharap kemauannya dapat di mengerti oleh orang tuanya.

"Husnaa... Rio tidak mau diam, ayo cepat lah kemari dan biarkan Melati makan sendiri." Teriak Aryo dari kamar.

"Iya sebentar lagi." Jawab Husna.

Sejenak Melati hanya terdiam, sampai pada akhirnya ia pun mulai membuka suara karena mendengar adiknya yang terus menerus menangis.

"Ibu. Adik bayi terus menangis, sepertinya dia juga lapar dan ingin sarapan, kenapa ibu tidak memberinya sarapan?" Tanya Melati dengan begitu polosnya.

"Adik bayi belum bisa makan sayang, dia hanya bisa minum susu ibu." Jawab Husna dengan lembut.

"Kalau begitu, kenapa ibu tidak memberinya susu sekarang? Mungkin saja dia haus."

"Ah sebentar lagi saja, ibu yakin ayahmu bisa mengatasinya, lagi pula kamu juga belum selesai sarapan kan?"

Melati pun hanya bisa kembali terdiam sembari memandangi wajah ibunya dan menoleh ke arah Rio.

"Sudah, tidah usah di pikirkan, saat ini sudah ada ayahmu yang menggendong adik, ayo lanjut makan lagi, buka mulutnya sayangg aaaaa."

Melati pun akhirnya mengangguk patuh dan kembali membuka lebar mulutnya untuk menikmati nasi goreng sederhana yang dimasak oleh ibunya.

Hal semacam itu pun terus berlanjut hingga usia Melati menginjak 10 tahun sedangkan Rio telah berumur 5 tahun.

5 Tahun kemudian...

Hari itu, suasana pagi terbilang begitu cerah, burung-burung camar terdengar terus berkicau begitu anggunnya dari atas pohon rindang yang berada tepat di depan rumah mereka.

"Sudah selesai mandinya sayang?" Tanya Husna pada Melati yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Melati pun mengangguk.

"Ya sudah, ayo kemari, biar ibu bantu pakai seragam sekolahnya." Husna pun mengulurkan kedua tangannya ke arah Melati sembari tersenyum.

"Tidak usah bu, bukankah aku sudah besar, harusnya aku sudah bisa memakai pakaianku sendiri." Jawab Melati yang mulai keberatan jika di bantu memakai baju oleh ibunya.

"Ah tidak masalah sayang, usia berapa pun kamu saat ini, kamu tetaplah anak kesayangan ibu. Ayo cepat kemari."

Tak lama, Rio pun terlihat keluar dari kamar sembari mengucek-ngucek matanya.

"Ibu, aku mau mandi." Ucapnya.

Husna pun melirik singkat ke arah Rio.

"Ya sudah, pergi lah mandi."

"Tapi aku mau mandi menggunakan air hangat, pagi ini terasa dingin sekali ibu." Ucap bocah kecil yang kini telah duduk di bangku TK.

"Sudah lah Rio, kamu itu jadi anak tidak boleh manja ya, mandi air biasa saja, bukankah itu akan lebih menyegarkan." Jawab Husna sembari mulai memasangkan baju pada Melati.

Mendengar hal itu, Melati pun mulai menoleh ke arah adiknya, saat itu wajah Rio jadi terlihat begitu murung karena keinginannya tak dikabulkan oleh sang ibu. Kemudian Melati pun kembali menoleh ke arah ibunya dan berkata,

"Ibu selalu memasakkan air panas untuk mandi ku di pagi hari, tapi kenapa ibu menyuruh Rio mandi air dingin bu? Ayo bu, masakkan air panas untuk Rio bu, kesian Rio bu." Ucap Melati sembari menggoyang-goyangkan lengan ibunya.

"Sudah lah sayang, tidak perlu membela adikmu. Rio itu anak laki-laki dan dia tidak boleh tumbuh besar menjadi anak yang manja." Jelas Husna pada Melati dengan nada begitu lembut.

"Tapi bu..." Ucap Rio yang mendengar penjelasan sang ibu pada kakaknya.

Husna pun seketika kembali menoleh ke arah Rio dengan tatapannya yang sedikit tajam.

"Sudah lah Rio, ayo cepat lah mandi, jika tidak kamu akan terlambat masuk TK." Tegas Husna.

Perkataan ibunya itu membuat Rio seketika terdiam dan mulai menundukkan kepalanya, dengan langkah lesu, ditambah pula dengan wajahnya yang semakin terlihat murung, ia pun akhirnya masuk ke kamar mandi.

"Ibu, bukankah Rio lebih kecil dari pada aku? Kenapa ibu tidak memandikannya seperti aku waktu itu ibu?" Tanya Melati lagi.

"Tidak apa sayang, bukankah ibu sudah bilang Rio adalah anak lelaki, jadi dia harus kuat dan mandiri." Jawab Husna sembari memasangkan tali pinggang pada Melati.

"Ibu juga tadi bilang, jika mandi dengan air dingin, akan lebih menyegarkan. Tapi kenapa sampai sekarang aku masih mandi dengan air hangat bu?" Tanya Melati lagi yang seakan tak ada habisnya.

Husna seketika jadi terdiam sejenak, pertanyaan Melati kali ini benar-benar membuatnya seolah mati kutu, hingga membuatnya sulit untuk mencari alasan lagi. Namun setelah beberapa saat terdiam, Husna pun mulai menghela nafas, lalu dengan tatapan lembutnya dan penuh kesabaran, Husna kembali menatap ke arah wajah polos Melati.

"Nak, sudah ya. Jika kita bicara terus, kamu juga akan terlambat masuk ke sekolah." Jawab Husna akhirnya.

Beberapa puluh menit pun berlalu, kini Melati dan Rio telah siap dengan baju seragam mereka masing-masing. Aryo yang kala itu baru bangun, tanpa menyapa Husna maupun anak-anaknya, langsung saja melangkah menuju kamar mandi.

"Sarapan datang." Celetuk Husna sembari meletakkan sebuah piring yang berisikan ubi kuning rebus ke atas meja.

Hidup dalam keluarga yang serba kekurangan, membuat kedua anak kecil itu sudah sangat merasa bahagia saat bisa memakan ubi rebus buatan ibunya.

"Yeay ubi rebus." Ucap Rio yang langsung bersorak kegirangan sembari memandangi ubi rebus dengan sorot matanya yang begitu berbinar.

Dengan penuh semangat, Rio pun bersiap untuk segera mengambil sebongkah ubi kuning yang begitu digemarinya itu. Tangan Rio pun segera ia tujukan pada potongan ubi yang paling besar.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Risky Arif

Risky Arif

Husna kejam

2022-02-28

0

M.azril maulana

M.azril maulana

disini husna juga salah,,kenapa bisa bisanya pilih kasih sama anak sendiri,, harus nya yg lebih kecil yang lebih membutuhkan

2022-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!