Chapter 9

Kini rasa bersalah pada diri Aryo kian membesar, apalagi saat melihat keadaan bayinya yang terlihat begitu memprihatinkan, membuat Aryo menjadi semakin ingin menangis dan merasa hancur. Aryo merasa sejak kepergian ibunya, hidupnya sudah hancur, namun bodohnya ia justru membuat hidupnya bahkan istrinya jadi semakin hancur karena sikapnya mereka harus kehilangan calon anak mereka.

3 hari kemudian...

Ini adalah hari ketiga selepas kepergian bayi perempuan yang ia beri nama Karmila itu. Sejak hari pertama penguburan anaknya, Husna terlihat terus datang ke makam itu setiap hari. Husna duduk termenung di depan makam anaknya dengan keadaan wajahnya yang masih terlihat begitu sembab dan pucat. Dengan tatapannya yang kosong, ia pun mulai memeluk batu nisan anaknya dan kembali menangis.

"Kenapa kamu tidak membawa ibu ikut ke surga bersamamu nak?" Tanya Husna lirih di pusaran sang anak.

Namun tiba-tiba saja, seorang lelaki terlihat datang menghampiri Husna yang kala itu masih terus menangisi makam anaknya, lelaki itu berdiri di hadapan Husna dengan tatapannya yang sendu, dan lelaki itu tak lain tak bukan ialah Aryo.

Tangisan Husna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Husna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah.

"Mau apalagi kau kesini?! Apa masih belum cukup puas menyakiti fisik dan batinku?!" Bentak Husna yang saat itu masih meneteskan air mata.

Aryo pun seketika langsung meraih tangan Husna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar ia di beri kesempatan untuk menebus semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Husna dan calon anak mereka.

Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, nyatanya mampu meluluhkan hati Husna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.

Husna dengan lapang dada akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih tampak pucat itu.

"Haaaiss, kamu masih terlihat sangat pucat, seharusnya saat baru beberapa hari melahirkan, kamu baiknya beristirahat dulu di rumah." Ucap Aryo lirih sembari terus mengusap-usap punggung Husna.

Saat itu Husna hanya diam sembari mulai menyeka sisa air matanya.

"Ayo kita pulang, biarkan Karmila beristirahat dengan tenang disini." Ucap Aryo lagi sembari akhirnya melepaskan tautan tubuh mereka.

Husna dengan tatapan yang masih terlihat sendu pun memandangi lagi sejenak makam putrinya, lalu ia beralih menatap suaminya dan akhirnya mengangguk patuh. Aryo pun mengusap lembut ujung kepalanya dan mulai menggandeng tangannya untuk keluar dari area pemakaman.

Setelah setengah jam lamanya mereka berjalan kaki, kini tibalah Husna dan Aryo di depan rumah mereka. Perlahan Husna pun membuka pintu, suasana rumah itu terasa begitu sunyi layaknya hati Husna saat itu yang sungguh terasa begitu sunyi semenjak di tinggal pergi oleh anak yang bahkan belum sempat ia gendong ketika lahir.

"Sudah jangan banyak melamun, lebih baik kamu istirahat saja, kamu jangan banyak bergerak dulu, ingat kamu itu baru saja melahirkan." Ucap Aryo dengan lembut.

Saat itu Husna merasa Aryo yang begitu ia cinta dan kagumi dulu telah kembali, sikapnya yang lembut dan perhatian telah kembali, tidak lagi menjadi Aryo yang kasar dan tempramental. Membuat Husna setidaknya merasa sedikit lebih baik meskipun hatinya masih terasa hancur berkeping.

4 Tahun kemudian...

Hari berganti hari, bulan demi bulan juga mereka lewati, hingga tanpa terasa tahun demi tahun pun ikut berganti. 4 tahun seolah berlalu begitu saja dan mereka melewatinya hanya dengan hidup berdua. Namun tepat di usia Husna yang kini menginjak usia 30 tahun, Husna akhirnya kembali hamil dan berhasil melahirkan kembali seorang bayi perempuan yang begitu cantik dan lucu.

Kehadiran seorang bayi perempuan seolah membawa Husna ke atas puncak kebahagiaannya, kesedihan yang ia rasakan selama bertahun lamanya kini seolah sirna dan di gantikan dengan rasa gembira yang tak terhingga.

Husna dan Aryo pun menamai anak mereka dengan nama Melati, berharap kelak anak itu akan selalu putih berseri, suci, dan harum layaknya bunga Melati.

"Anak ibu, uuuu sayang, cantiknya anak ibu." Gumam Husna saat bermain dengan putri kecilnya.

Melati yang kala itu masih bayi pun hanya bisa tersenyum dan tertawa sembari terus memandangi wajah ibunya. Kini hidup Husna terasa telah begitu lengkap dengan kehadiran Melati disisinya, dia pun seolah tak ingin meminta apapun lagi karena adanya Melati saja sudah sangat membuatnya bahagia.

Namun nyatanya, kehadiran Melati pun tak serta merta membuat masalah dalam keluarganya hilang begitu saja, justru masalah pun kembali muncul saat Husna menjadi terlalu fokus pada Melati. Husna yang menyerahkan hampir seluruh dunianya untuk Melati, membuatnya lupa jika ia pun adalah seorang istri yang harus melayani suaminya.

Sampai pada usia Melati menginjak 4 tahun, sikap Aryo pun kembali berubah, Aryo kembali menjadi lelaki yang kasar dan pemarah. Bahkan ia terkesan tidak betah di rumah dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain kartu bersama rekan-rekannya di sebuah pendopo yang ada di dekat sebuah perkebunan sayur yang ada di desa.

Hingga pada suatu hari, tepatnya ketika sore hari, Husna terlihat sedang menemani Melati bermain di pekarangan rumah mereka, tak lama Aryo yang baru pulang kerja pun muncul dengan membawa wajah lelahnya.

"Yeay, lihat lah Melati, ayah sudah pulang." Celetuk Husna yang semakin melebarkan senyumannya sembari menunjuk ke arah Aryo yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Ayahhh..." Teriak Melati yang langsung berlari ingin memeluk ayahnya.

Namun Aryo seketika menahan tubuh mungil Melati agar tak memeluknya, dengan berdalih bajunya sangat kotor.

"Jangan peluk ayah! baju ayah kotor dan bau." Ucap Aryo datar dan langsung kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

Melati pun terdiam, hanya bisa memandangi kepergian ayahnya dengan wajahnya yang jadi melesu. Husna yang menyadari hal itu pun langsung menghampiri Melati, ia tersenyum sembari mengusap lembut rambut anaknya yang mulai panjang sembari berkata,

"Sudah, jangan cemberut begitu dong sayang, nanti cantiknya hilang." Pujuk Husna dengan begitu lembut.

"Tapi Mel mau peluk ayah, tapi kenapa ayah tidak mau Mel peluk? Ayah gak sayang Mel ya bu?" Tanya Melati yang terlihat begitu polos.

"Justru karena ayah sayang, makanya ayah seperti itu, ayah kan baru pulang kerja dan bajunya sangat kotor, ada banyak kuman dan bakteri yang menempel di bajunya, coba bayangkan kalau Melati peluk ayah, pasti kumannya bakal menempel juga ke Melati." Jelas Hasna pada anak kesayangannya itu.

"Oh jadi di baju ayah ada banyak kuman ya bu? Ayah takut Mel sakit ya bu?"

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Risky Arif

Risky Arif

😢 sedih tak di restui

2022-02-28

0

Nila Sari

Nila Sari

gitu ya kalo ga direstui ortu bakalan susah haha

2022-02-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!