Chapter 20

Di sisi lain, Aryo yang saat itu sedang mengemudikan angkutan umum, tiba-tiba saja merasa sedikit kurang enak badan hingga membuatnya memilih untuk tidak terlalu mengebut saat mengemudi. Namun hal itu nampaknya sedikit menjadi masalah bagi para calon penumpangnya yang sudah cukup lama menantikan kedatangan angkutan umum yang di tungganginya.

Mobil Aryo mulai berhenti perlahan saat di tepi jalan ada dua orang lelaki yang melambaikan tangan, hal itu memang sudah menjadi layaknya kode, jika seseorang ingin menyetop angkutan umum.

Kedua lelaki itu rupanya adalah teman kerja Aryo pada saat masih bekerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek yang sedang berjalan di desanya, mereka bernama Tono dan Ian.

"Akhirnya kau datang juga, kau tau, kami sudah sangat lama menunggu angkutan umum ini. Kenapa kau lama sekali?" Ucap Tono sembari mulai menaiki angkutan umum itu.

"Memangnya sebelum aku, apa tidak ada angkutan lain yang melintas?" Tanya Aryo yang nampak sedikit heran.

"Tidak ada. Lagi pula bukankah kau tau angkutan umum di desa ini sangat sedikit, bahkan masih bisa dihitung jari." Jawab Tono

Aryo pun pun hanya tersenyum dan memilih kembali diam.

"Kau ini apa-apaan? Kenapa malah menanyakan hal yang kau sendiri sudah tau jawabannya." Celetuk Ian sembari tersenyum mengejek.

"Apa maksudmu?" Tanya Tono yang nampaknya masih belum paham dengan ucapan Ian.

"Tentu saja dia lambat, dia kan pincang, mungkin dia sedikit kesulitan menginjakkan gas dengan atabil hahaha." Jawab Ian mengejek sembari tertawa terbahak-bahak.

Tono pun akhirnya ikut menertawakan Aryo.

"Benar juga, eemm kalau begitu aku akan memakluminya hahaha." Ucap Tono kemudian.

Aryo yang mendengar hal itu menjadi sangat marah, namun lagi-lagi ia juga tidak bisa berbuat apapun selain terus mengemudikan angkutan umum yang di bawanya.

"Apakah kepincangan ku ini sangat lucu bagi kalian, hingga membuat kalian tertawa?" Tanya Aryo sembari tersenyum lirih.

"Eemm maaf Aryo, kami tidak bermaksud menertawakanmu, tapi..." Celetuk Ian yang mencoba menahan tawanya.

"Tapi apa?" Aryo nampak semakin kesal.

"Tapi bukankah memang benar kalau kakimu yang pincang itu, membuatmu lambat dalam segala hal, hahaha." Tambah Ian lagi yang kembali tertawa.

Aryo pun melirik ke arah kaca spion yang terletak di atas kepalanya, melihat ada beberapa penumpang lain yang juga ikut menertawakannya, membuatnya semakin merasa malu dan kehilangan harga diri. Di tertawakan membuatnya semakin merasa di kerdilkan oleh banyak orang, hal itu mambuat kekesalannya bertambah tapi entah kenapa tetap tidak mampu menunjukkan kekesalannya itu.

Tak terasa, kini waktu sudah beranjak dan telah menunjukkan pukul 15:20 petang, saat itu, Melati sedang mengerjakan tugasnya bersama dengan Rio di depan teras rumahnya yang terbuat dari papan, ya jelas saja karena rumah mereka adalah rumah panggung. Kala itu Melati nampak begitu fokus, sementara Rio, bukan malah mengerjakan PR, ia justru malah memain-mainkan penanya.

"Hei, belajar yang benar!" Tegur Melati pada adiknya.

Hal itu seketika membuat Rio mendengus dan cemberut.

"Iss kakak, aku tidak bisa mengerjakannya, ini sangat susah." Keluh Rio.

"Haaaiiss kau ini, benar-benar ya!" Melati pun mulai melototi adiknya.

"Kakak kan pintar, tolong ajari aku." Pinta Rio memelas.

"Iya, iya, mana bukumu? Sini ku lihat." Ucap Melati sedikit kesal, namun tetap saja ia tak pernah bisa tega pada adiknya itu.

Tak lama Husna keluar dari rumah dan ikut duduk di teras bersama mereka.

"Astaga Rioo, kau ini selalu saja mengganggu kakakmu yang juga lagi belajar." Keluh Husna.

"Tapi aku sungguh tidak mengerti dengan tugasnya bu."

"Makanya kamu rajin belajar, jangan terlalu banyak main. Lihat kakakmu, dia sangat pintar sehingga selalu mendapat beasiswa di sekolahnya." Husna pun terus mengomel.

Melati hanya diam, begitu juga dengan Rio yang akhirnya juga memilih untuk diam.

"Melati, apa kamu lapar?" Tanya Husna kemudian dengan lembut.

Melati pun mengangguk.

"Iya bu, aku juga lapar." Tambah Rio dengan semangat.

"Haaiis kau ini memang tidak pernah kenyang!" Husna kembali melotot pada Rio.

Membuat Rio kembali menunduk takut.

"Eeemm baik lah, kebetulan ini kali pertama ibu memanen jagung yang tempo lalu ibu tanam di kebun belakang, tunggu lah sebentar, akan ibu rebuskan."

Melati pun kembali mengangguk cepat sembari tersenyum tipis. Sementara Rio, ya Rio hanya bisa kembali memasang wajah cemberut.

"Sudah tidak usah cemberut, ibu juga pasti akan memberimu jagung rebus," Ucap Melati sembari mengusap singkat ujung kepala adiknya yang terlihat sedih.

"Iya kan bu?" Tanya Melati yang kali ini menatap ibunya.

Husna hanya menghela nafas sembari memutarkan kedua bola matanya.

"Eemm iya, iya." Jawab Husna sembari mulai ingin bangkit dari duduknya.

Namun baru saja Husna ingin masuk kembali ke dalam rumah, Aryo tiba-tiba pulang dan memanggil Husna dengan cara berteriak.

"Husna!!"

Husna pun seketika menoleh ke arah suaminya yang sedang berjalan terhengkot-hengkot ke arahnya.

"Kakiku terasa kebas, tolong masakkan air hangat untuk merendam kakiku!!" Serunya lagi.

"Oh baik, akan aku masakan." Jawab Husna patuh.

"Nak, tungku kita cuma ada satu, ibu memasakkan air untuk ayah dulu ya."

"Iya bu tidak apa." Jawab Melati.

Husna pun akhirnya melangkah masuk menuju dapur, sementara Aryo, dengan membawa wajahnya yang nampak masam, ia terus saja melangkah melewati anak-anaknya, tanpa menyapa mereka sama sekali, dan memilih duduk menunggu di halaman samping rumah.

"Sudahkah Husna??! Harus berapa lama lagi aku menunggu?" Tanya Aryo dengan nada tak senang.

"Sebentar sayang, aku bahkan baru meletakkan air di atas tungku." Jawab Husna dengan lembut.

Aryo kali ini memilih untuk diam dan menunggu, namun pikirannya kini kembali terbayang tentang perkataan dua orang penumpang yang ia kenal, yang telah menertawakan kondisi fisiknya yang cacat. Hal itu membuat Aryo kembali tersulut emosi dan kesal bukan kepalang.

Disaat yang sama pula, Husna datang dengan membawa sebaskom air hangat ke hadapan Aryo.

"Ini air hangatnya sayang." Ucapnya dengan lembut.

Aryo pun bergegas mencecahkan tangannya ke dalam air, namun entah kenapa setelah itu matanya seketika begitu tajam menatap Husna.

"Apa ini?!!" Bentaknya.

"Air hangat yang kamu minta." Jawab Husna pelan dengan raut wajah sedikit bingung.

"Ini sama sekali tidak hangat!!!" Bentak Aryo yang semakin meninggikan suaranya sembari langsung menghempaskan kasar baskom itu.

Husna sontak terkejut dan terheran-heran, bagaimana bisa air yang jelas-jelas hangat, bisa dikatakan tidak hangat oleh suaminya. Tidak hanya Husna, kedua anak mereka yang masih berada di teras depan rumah, juga ikut terkejut saat mendengar suara amukan serta suara barang yang di hempaskan dengan kuat.

"Tapi itu sungguh air hangat sayang." Jelas Husna yang nampak ketakutan namun tetap berusaha untuk menenangkan Aryo.

"Aaaghhhh, apa kau juga ingin menghinaku ya? Iya?! Kau sudah jenuh hidup bersama orang cacat sepertiku? Iya?!" Aryo pun membanting semua benda-benda yang ada di dekatnya.

Membuat Husna semakin ketakutan dan menangis.

"Kau bosan hidup dengan orang cacat kan? Iya kan? Kau sama saja seperti mereka, kau ingin mengejekku juga kan?!" Aryo terus mengamuk melampiaskan kekesalannya yang sejak tadi ia tahan.

"Tidak, sama sekali tidak sayang." Jawab Husna sembari menangis dan ingin mendekati Aryo yang tengah terlalap api emosi.

"Aaaaggh pergi kau sana!! Tinggalkan aku yang cacat ini!! Pergi!!" Aryo lagi-lagi menolak kasar tubuh Husna, hingga membuatnya terpental ke tanah dan tak sengaja jidat sebelah kanannya membentur batu kerikil yang ada di tanah, hingga membuatnya berdarah.

Melati dan Rio, saat itu benar-benar sangat ketakutan melihat ayahnya yang kali ini terlihat jauh lebih mengerikan di bandingkan kemarin. Mereka pun berlari masuk ke dalam rumah lalu bersembunyi di balik pintu.

"Kakak, ayah sangat menyeramkan, aku takut kak." Ucap Rio lirih sembari terus menangis.

Melati pun segera memeluk tubuh adiknya, ia yang juga merasa takut dan sedih, akhirnya ikut menangis bersama adiknya.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

M.azril maulana

M.azril maulana

kok ada kdrt thor?

2022-02-25

0

Nila Sari

Nila Sari

aryo ni pun dirumah baru ngamok

2022-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!