Balas Budi Vs Amanah

Suasana sunyi, tak ada satupun percakapan. Bangkit diam membisu. Sedangkan Lala tak tahu harus membicarakan apa. Lala juga tidak ingin terjadi salah paham.

Bangkit terlihat sudah tertidur disofa. Mungkin efek obat demam yang Dia konsumsi.

Lala langsung pamit pulang ke Eko.

" Terima kasih banget loh La. Kau benar-benar telah banyak membantuku." Ucap Eko seraya membukakan pintu.

" Ok sama-sama." Lala tersenyum ramah.

" Jangan lupa besok kembali lagi." Pinta Eko.

Lala berpikir sejenak seraya memakai sepatunya.

' Ok lah. Aku hanya membalas budi neneknya.' Pikir Lala. Lalu Dia menganggukkan kepala tanda menyetujui.

" Hati-hati dijalan La." Teriak Eko.

Lala hanya mengkode dengan tangannya. Dan Dia menyalakan motornya. Motor melaju keluar dari rumah Eko, melewati security kompleks dan keluar ke jalan raya.

Hatinya sudah sedikit lega. Setidaknya Bangkit masih terlihat baik-baik saja. Dan tidak jauh-jauh menghilang.

Sebuah dering hp membuatnya terkejut.

' Nenek?'

" Hallo La. Apa Bangkit hari ini masuk kuliah?"

" Maaf Nek, Dia tidak masuk kuliah. Kalau boleh tahu Kenapa ya Nek?" Lala berpura-pura tidak mengetahuinya.

" Dia sudah 2 hari kabur dari rumah. Biasa, masalah dengan Ayah dan Kakaknya. Itu membuat Nenek sangat stres." Jelas Neneknya.

" Kalau Kau mengetahuinya, Tolong kabarnya ke Nenek yah." Pinta Beliau.

" Iya Nek."

Lala terlihat bingung. Bagaimanapun juga Dia tidak ingin ikut campur tangan dalam masalah keluarga orang lain. Namun disisi lain Dia juga tidak bisa tinggal diam terhadap kondisi Bangkit yang sedang lemah.

' Apa Aku bilang saja.' Pikir Lala masih menimbang-nimbang sebuah keputusan.

Hari-hari berikutnya sepulang kuliah Dia langsung menjenguk Bangkit dirumah Eko. Dia memastikan demamnya sudah turun atau belum.

Sesampainya dirumah Eko Dia mengetuk pintu.

Lala menunggu sedikit lama. Bangkit masih terlihat lemah. Langkah demi langkah Dia berjalan menuju pintu. Rambutnya masih acak-acakan seperti baru bangun dari tidur panjangnya.

" Masuklah!"

Pintu terbuka.

Lala masuk dan duduk disebuah sofa. Sedangkan Bangkit langsung terbaring disebuah sofa. Jelas rasa pusing kepalanya membuatnya semakin berat untuk duduk.

" Apa tidak sebaiknya Kau kerumah sakit?" Tanya Lala.

Bangkit tersenyum masam.

" Apa ini perintah Kakakku? Atau Nenekku?" Bangkit langsung menuduh Lala.

Lala langsung menggelengkan kepala.

" Bukan sama sekali." Lala langsung mengelak

" Lalu kenapa Kau peduli padaku?"

" Aku hanya kasian padamu." Jelas Lala berbohong.

Bangkit langsung tersenyum sinis.

" Tidak mungkin. Aku tidak percaya padamu."

Bangkit langsung mengalihkan pandangannya. Dia menatap ke sebuah jendela. Keduanya terlihat diam membisu. Tak ada satupun percakapan yang Mereka ucapkan. Suasana menjadi hening. Hanya suara detikan jam yang berbunyi dari ruang sebelah. Sampai suara perut Bangkit memecah keheningan.

" Aku masak bubur dulu." Lala langsung beranjak ke area dapur memasakkan bubur kembali.

Selang beberapa menit, Lala menaruh semangkuk bubur diatas meja, dekat pembaringan Bangkit. Bangkit terlihat pura-pura tertidur.

"Jangan lupa nanti makan bubur dan obatnya kembali."

Bangkit terlihat diam dan tidak merespon sam sekali.

" Jangan datang lagi dan jangan pedulikan Aku! " Suara Bangkit dibalik selimutnya.

Lala hanya menoleh dan langsung keluar. Lalu berpamitan dengan Eko. Eko langsung mendekati Bangkit.

" Kenapa wajah Lala muram begitu?"

" Entahlah."

" Kau tidak boleh seperti itu Kit. Dia peduli padamu."

" Aku tidak percaya padanya."

" Kenapa Kamu begitu?"

" Dia pasti disuruh Nenek atau Kakakku." Bangkit masih salah paham terhadap Lala.

Eko tidak mengerti. Bangkit ragu mau makan bubur buatan Lala. Namun Dia merasa lapar. Akhirnya Dia tetap memakannya. Lalau minum obat.

" Sepertinya Aku sudah baikan. Besok Aku mau mencari kos-kosan. Dan jangan ada yang memberitahu keberadaanku pada siapapun."Ancam Bangkit.

" Termasuk Lala."

Bangkit menganggukkan kepala.

...***...

Suasana siang hari yang sangat terik. Lala

"Datanglah ke Roof Top saat jam istirahat. Bangkit." Sebuah sms dari no. baru

" Kenapa tidak masuk kelas saja."

" Kau tahu sendiri, Aku sedang kabur."

Lala merasa ada yang aneh. Namun Dia tidak ingin berpikir macam-macam. Lala buru-buru keluar kelas begitu mata kuliah selesai. Sani dan Fani hanya saling pandang melihatnya.

" Kemana Dia?" Fani penasaran.

" Bagaimana kalau Kita ikuti?" Sani mengusulkan sebuah ide.

Lala berjalan melewati koridor gedung manajemen, akuntansi dan gedung perpustakaan.

Dia menuju Roof Top kampus. Sekali-sekali Lala melirik hpnya. Siapa tahu Bangkit sms lagi. Tapi jelas hpnya tiada tanda pesan masuk lagi.

Lala bingung begitu sampai di Roof Top belum ada Bangkit.

Lala duduk disebuah ayunan sambil sekali-sekali menoleh.

Lala melirik jam tangannya. Sudah hampir 10 menit menunggu, tetapi Bangkit belum terlihat sama sekali batang hidungnya.

Lala kembali membuka hpnya. Sebelum akhirnya sebuah suara mengejutkannya.

" Lala! Berani-beraninya Kau menyembunyikan Bangkit."

Andra terlihat jelas berdiri tidak jauh dari tempatnya. Lala terkejut. Jadi bukan Bangkit yang sms padanya. Tetapi kakaknya yang melakukannya. Lala sungguh menyesal tidak menyelidikinya dulu dengan telepon. Lala sangat menyesali kebodohannya sendiri.

" Kenapa  Kau yang datang. Jadi Kau menipuku?"

Andra tersenyum sinis seraya menghampirinya.

"Aku kira Kau tidak sebodoh ini. Tapi Kau jelas membuatku lebih mudah."

" Apa maksud dan tujuanmu melakukan ini semua?"

" Kau terlalu polos La. Kalian berkencan? Apa Kau merasa itu menyenangkan? Menyembunyikan Dia dari keluarga Kami."

" Kami tidak berkencan. Dan Aku tidak menyembunyikannya."Jelas Lala.

" Kau berbohong!"

" Lala! " Teriak Sani dan Fani membuat Andra langsung menarik Lala dan bersembunyi.

" Kalau Kau ingin tidak terjadi apa-apa padamu. Diamlah!" Ancam Andra.

Lala terpaksa diam. Sani dan Fani berjalan mengitari roof top. Namun sama sekali tidak menemukan sosok Lala.

" Perasaan Lala naik kesini loh." Ucap Fani penuh keyakinan.

" Iya, Aku juga melihatnya." Tambah Sani.

Mereka terlihat bingung dan melangkahkan kaki untuk turun kembali.

" Hei darimana saja Kalian?" Teriak Eko yang sedang mencari-cari sosok Lala.

Mereka pun bercerita tentang Lala. Bagaimana Mereka telah mengikuti Lala, Namun kenyataannya Lala tidak ada diroof top.

" Aneh sekali." Tanggapan Eko.

" Iya itu. " Sani masih berpikir ulang.

" Kalau boleh tahu, Kenapa mencari Lala?" Tanya Fani.

Eko memutar otak sejenak. Dia tidak mungkin jujur kalau dapat amanah dari Bangkit, untuk menjaga Lala.

" Aku ada urusan dengan Lala." Jelas Eko padat, singkat dan jelas.

Tanpa pikir panjang Eko langsung menuju roof top. Terlihat dengan mata kepalanya. Andra sedang mengancam Lala.

" Jangan bawa-bawa Lala Dra!" Teriak Eko.

" Dia tidak tahu apa-apa." Tambah Eko berbohong.

Lala terlihat lega. Andra sangat terkejut.

Eko langsung berlari mendekati Mereka.

" Jangan-jangan Kau yang menyembunyikan Adikku?"

Eko menatap tajam Andra.

" Harusnya Kau sebagai Kakak introspeksi diri. Kenapa adikmu sampai kabur dari rumah."

" Ayo La!" Eko langsung menarik Lala untuk turun dari rooftop.

Andra merasa kesal karena tindakannya tidak berhasil. Lala sedikit ketakutan namun lega begitu, karena sudah terbebas kelicikan Andra.

" Bagaimana Kalau Andra datang kerumahmu?"

Lala khawatir.

" Dia tidak tahu rumahku. Dan Bangkit juga sudah tidak ada dirumahku." Jelas Eko membuat Lala khawatir kembali.

" Terus dimana? Bagaimana keadaannya?"

Lala panik sendiri.

" Tenang la, Dia sudah sehat kembali. Biarkan Dia menyendiri dulu."

" Bagaimana dengan skripsinya?"

" Masalah itu mudah baginya La. Kamu jangan khawatir seperti itu."

Mereka menuju parkiran. Eko hanya memastikan Lala baik-baik saja.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!