Dimas terus berjalan menuju ke kelasnya. Dan melewati Yuri yang baru keluar kelas begitu saja. Dimas tampak tidak peduli. Sedangkan Lala terlihat buru-buru menyusulnya. Dia berharap dapat menjelaskan semuanya ke Dimas. Dan menghilangkan kesalah pahaman diantara Mereka. Lala terlihat ngos-ngosan habis berlari.
"Ada apa La? Kenapa wajah Dimas kelihatan ditekuk seperti itu?" Tanya Yuri yang melihat Lala terhenti didepan kelasnya.
" Dia marah padaku. Bagaimana ini? Dan Semua ini gara-gara Bangkit."Jelas Lala membuat Yuri belum mengerti duduk permasalahannya.
Lala menghirup udara dalam-dalam sebelum menjelaskan lagi ke Yuri. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lala kelihatan frustasi. Lala pun menceritakan panjang kali lebar duduk permasalahannya dengan Dimas. Yuri lagi-lagi tertawa mendengarnya.
"Oh my God. Kenapa semua masalahmu selalu ada kaitannya dengan Bangkit?" Yuri heran.
" Entahlah. " ucap Lala dengan raut wajah masamnya.
" Sepertinya kalian jodoh loh." kata Yuri semakin membuat Lala kesal dibuatnya.
" Aiish. Jam berapa ini? Kenapa dosen sudah datang." Yuri melihat jam ditangannya.
Lala terkejut dan kecewa melihatnya. Pak Robi sudah datang.
" Sampai nanti La." ucap Yuri langsung ngacir ke kelasnya.
Sedangkan Lala tersenyum dan menyapa Pak Robi lalu melangkah kembali ke kelasnya.
Suara cekikikan, teriakan dan kebisingan kelasnya masih terdengar ditelinga Lala. Jelas Dosen belum datang jika keadaan kelas masih terdengar seperti pasar begitu. Dengan kesal Lala masuk ke kelasnya. Dia masih frustasi karena belum bisa menjelaskan ke Dimas. Berharap Dia dapat meringkus Bangkit hidup-hidup. Lala celingak celinguk saat batang hidung Bangkit sedikitpun tidak terlihat dikelasnya. Dia benar-benar mencari dengan teliti.
Lala pun langsung tanya Eko yang terlihat sedang nge-dance tidak jelas didepan kelas, seraya cekikikan dengan teman-temannya.
" Eko! " Panggil Lala membuat Eko berhenti dari aktivitasnya.
" Why?" Eko menoleh ke arah Lala seraya menaikkan alisnya.
" Apa Kau melihat Bangkit?" Tanya Lala to the point.
" Sepertinya Dia lima belas menit yang lalu keluar kelas. Belum kembali lagi." Jawab Eko lalu cekikikan kembali dengan teman-temannya.
" Hmmm," gumam Lala. Lala pun berencana keluar dari kelasnya kembali, dan mencari Bangkit diruang BEM atau perpustakaan.
" Yaa!!! Mau kemana Kau La? Ikut aku!!!" ajak Sani yang tiba-tiba masuk kelas dan menggandeng erat tangan Lala. Mengajak kembali masuk ke kelas mereka.
" Aku masih ada urusan San. Lepaskan Aku!!!" Pinta Lala.
" Tidak akan kulepaskan sampai Kau kembalikan uangku La!!!" Ancam Sani masih menggandeng Lala menuju bangku mereka. Terpaksa Lala mengikuti langkah Sani yang begitu semangat menggandengnya.
" Maaf tadi buru-buru. Jadi Aku lupa. Akan kukembalikan sekarang. Lepaskan tanganku!!" Pinta Lala.
Namun Sani tidak melepasnya sampai Lala terduduk dibangkunya. Begitu Lala sudah duduk. Sani pun melepasnya dan Lala langsung mengeluarkan dompetnya.
" Perhitungan betul Kau San."
" Namanya juga calon emak-emak." Ucap Sani.
Selang beberapa menit terlihat Bangkit masuk ke kelas.
" Akhirnya." ucap Lala seraya berdiri.
Bangkit langsung memandang ke arah Lala dengan santainya. Tanpa merasa bersalah,Dia berjalan menuju ke bangkunya.
Baru mau melangkahkan kakinya, Lala langsung terhenti melihat Pak Joni memasuki ruangan. Lagi-lagi Lala terlihat kecewa. Angan-angan untuk membuat perhitungan terhadap Bangkit tertunda kembali.
Lala mendengus kesal. Padahal Lala sudah benar-benar tidak sabar. Dia ingin berita hoak yang Bangkit buat hilang dari edaran pengghibahannya di kampus.
" Aman." Guman Bangkit membuat Eko langsung menoleh kearahnya.
" Apanya yang aman? Hari ini Pak Joni mau mengadakan kuis. Aku harus bisa menjawabnya untuk menambah pointku." Gerutu Eko langsung membolak-balikkan bukunya.
" Maksudku aman Aku sudah belajar." Ucap Bangkit tersenyum sumbang.
Sedangkan Lala terlihat sangat dendam.
" Jangan Kau harap dikuis ini lebih baik dariku Bangkit." Batin Lala penuh kekesalan.
Lagi-lagi Bangkit dan Lala terlihat bersaing dalam menjawab kuis yang pak Joni berikan.
" Aiish!!! Kenapa Dia cepat betul mengangkat tangannya!" Gerutu Bangkit tidak terima.
Lala tersenyum. Dia senang telah membuat Bangkit kalah darinya.
...***...
Tepat pukul 13.30 mata kuliah pengantar bisnis berakhir. Dan ini merupakan mata kuliah terakhir hari ini. Lala benar-benar puas karena telah berhasil membuat Bangkit kesal.
Dengan cepat-cepat Lala merapikan bukunya. Rencana membuat perhitungan ke Bangkit masih terukir di benaknya. Berharap Bangkit kali ini tak kan bisa lepas darinya.
' Tapi tunggu!Bagaimana caranya?' Lala berhenti sejenak.
Dia berpikir ulang, bagaimana membuat perhitungan dengan Bangkit.
'Memukul? Menendang? Menyeretnya dan mencemburkan Bangkit ke got?' Lala menggeleng-gelengkan kepalanya.
' Tidak bisa.'batin Lala menolak. Kekuatannya jelas dibawah rata-rata.
" Yaa!!! Apa Kau tidak ingin pulang?" Tanya Sani melihat Lala yang masih termenung sambil memegang bukunya.
"Hah! Pulang. Iya Aku pulang lah San." Ucap Lala langsung memasukkan bukunya saty per satu.
" Ya sudah, Aku duluan La." Pamit Sani.
"Iya San." ucap Lala masih sibuk merapikan bukunya. Seraya matanya mengamati Bangkit yang masih sibuk mengemasi bukunya juga.
Bangkit memasukkan satu per satu buku dan juga laptopnya. Sambil sesekali Dia mengobrol dan bercanda dengan Eko disampingnya.
" Oya tadi Lala mencarimu." Eko memberitahu disela-sela obrolan mereka.
" Serius?" Bangkit memastikan ucapan Eko. Dia kelihatan antara khawatir dan senang. Tidak jelas rasanya.
" Iya serius, Sepertinya Dia sangat kesal padamu. Apa Kau benar-benar berkencan dengannya?" Eko terlihat penasaran dengan desas desus yang sudah beredar seharian ini.
Bangkit tersenyum jahil. Dia berusaha membuat Eko penasaran.
" Menurutmu?" Bukannya menjawab, Bangkit malah berbalik tanya ke Eko.
" Aku meragukannya. Kalian hampir dua tahun saja tidak pernah akur. Bagaimana bisa berkencan." ucap Eko bergantian memandang Bangkit dan Lala.
Lala yang sejak tadi diam-diam mengamati Bangkit, langsung terkejut begitu Ia melihat Eko memandang ke arahnya. Lala langsung pura-pura merapikan resleting rangselnya diatas meja. Pikirannya masih berkecambuk. Semuanya tentang bagaimana membuat perhitungan terhadap Bangkit.
Sedangkan ucapan Eko membuat Bangkit mengingat kembali. Dia mengingat hubungannya dengan Lala selama ini. Dari semester satu hingga kini semester empat.
Berawal dari bayangan Lala yang selalu membuatnya kesal. Saat mereka terlibat perdebatan sengit dalam sebuah presentasi. Hingga perdebatan sengit Mereka disebuah forum organisasi. Saat mereka masih sama-sama menjadi anggota jurnalistik. Sebuah ide dan gagasan yang berbeda saat itu membuat mereka perang teori. Dan terakhir persaingan dalam merebutkan kedudukan presiden BEM di Kampus ini. Dan kini rasa ingin selalu menang dari Lala pun masih ada dihatinya. Tetapi semenjak mengetahui Lala menyukai Dimas. Bangkit pun rasanya tidak rela. Apalagi Mereka berkencan. Bangkit semakin tidak rela.
' My Rival or My Love ?' Batin Bangkit tiba-tiba bertanya terhadap dirinya sendiri.
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments