Minggu Kelabu

Lala menyelusuri jalan setapak berbatuan disebelah kanan.

" La! Stop! Come back please! " Pinta Bangkit yang ternyata diam-diam mengikutinya dari belakang. Bangkit takut Lala terjun ke laut.

Lala langsung menoleh begitu mendengar suara Bangkit. Dengan penuh keringat Bangkit menghampiri Lala yang kini sudah berhenti.

" Kenapa Kau mengikutiku?" Tanya Lala.

'Karena Aku khawatir bodoh!' Ingin rasanya Bangkit bilang begitu.

" Aku takut Kau bunuh diri." Ucap Bangkit ngawur.

" Aiisssh." Lala terlihat mau kembali melangkah. Namun tangan Bangkit menggandengnya secara paksa. Menuntunnya kembali ke pantai agar tidak terpisah dengan rombongan.

" Yaaa! Lepaskan tanganku!!!" Pinta Lala berkali-kali. Namun Bangkit tidak memperdulikannya.

" Sudahlah! Tidak usah bawel!"

" Lagian ngapain juga memisahkan diri dari rombongan? Kau mau hilang kah?" Bangkit masih menggandeng tangan Lala dengan erat agar tidak melarikan diri.

" Itu bukan urusanmu! Lepaskan Aku!" Lala masih berusaha memberontak dari gandengan tangan Bangkit.

Dan sekarang mereka sudah sampai dipinggir pantai kembali.

Melewati pasir putih dan mendengar deruan ombak yang saling berkejaran.

Lala terlihat menunduk. Wajahnya muram. Benar-benar badmood.

" Aku tau Kau sakit hati melihatnya. Tapi melarikan diri bukan hal yang pantas untuk Kau lakukan. Kau harus bisa menghadapinya." Ucap Bangkit mengeluarkan pendapatnya dan Lala masih tertunduk malu dihadapan musuh bebuyutannya saat ini. Bagaimanapun juga Lala tidak ingin terlihat begitu menyedihkan.

" Bagaimana Aku bisa melihatnya Kit? Yuri yang membantuku, tapi Dia ternyata juga diam-diam menyukainya tanpa bil ... " Ucapan Lala langsung terhenti saat Bangkit tiba-tiba memeluknya.

Ada alasan kenapa Bangkit melakukannya tanpa seijin Lala. Bangkit melihat Dimas dan Yuri sedang melihat kearah mereka. Sedangkan Lala langsung membelalakan matanya. Namun Bangkit terlihat tidak peduli. Bahkan kini Dia memeluknya lebih erat. Membuat Jantung Lala langsung berdetak kencang dibuatnya. Bahkan desiran darah dalam tubuh terasa panas. Lala langsung mendorong Bangkit.

" Yaa! Apa yang Kau lakukan." Ucap Lala seraya menatap tajam Bangkit.

" Aku harap sakit hatimu sudah terbalas." Ucap Bangkit seraya langsung buru-buru melangkahkan kakinya. Tanpa niat mengganggu Lala lagi. Bahkan Dia berniat mencari tempat untuk menenangkan diri. Karena kini Bangkit sendiri yang terlihat bingung dan canggung menghadapi Lala. Setelah Dia memeluknya tanpa permisi. Dan jelas itu sengaja.

" Aiiiisssh!!! Apa Kau bilang?" Lala tidak mengerti.

" Bangkit! Berhenti Kau! " teriak Lala seraya mengejar Bangkit.

Lala berusaha mengejar Bangkit dan ingin memukulnya.

Bila perlu memukul dan menendangnya lalu melemparnya ke laut. Namun Bangkit belum juga terlihat berhenti. Lala memutar otak dan mencari akal agar bisa memberi pelajaran kepada Bangkit. Tanpa pikir panjang Dia langsung berhenti dan melepas sepatu kanannya.

" Bangkit!!!!!!" Teriak Lala seraya melemparkan sepatunya kanannya. Berharap bisa menimpuk Bangkit.

Namun bukan Bangkit kalau sampai tertimpuk. Begitu mendengar teriakan Lala yang khas. Dia sudah felling pasti ada yang tidak beres dengan musuh bebuyutannya itu. Bangkit langsung menoleh, dan seketika langsung menundukkan badannya.

Eko yang tadi niatnya mau menghampiri Bangkit, terlihat langsung membelalakkan matanya. Saat bingung melihat Bangkit yang tiba-tiba menoleh ke belakang dan langsung menunduk. Sedangkan Dia melihat  sepatu melayang kearahnya. Bahkan tangannya belum sempat  menutupi wajahnya.

"Duugggg!!!" Suara sepatu Lala mendarat mulus dihidung Eko.

" Huaaaa... Hidungku!!!" Eko langsung memegang hidungnya yang seketika terasa pesek untuk sepersekian detik.

Lala langsung menutup mukanya begitu melihat Eko yang tertimpuk sepatunya.

"Lalaaaaa!!!!!!! " Teriak Eko.

" Bagaimana ini." Spontan Lala langsung  pura-pura membenarkan tali sepatunya.

Bangkit langsung tertawa terbahak-bahak. Eko kesal melihat Bangkit yang menertawakan penderitaannya.

Dengan kekuatan ekstra Eko melempar sepatu Lala ke Bangkit. Bangkit pun tak sempat menghindar dan mengenai lengan tangannya.

" Untung tidak mengenai wajahku. " Gerutu Bangkit masih bersyukur dengan kondisinya.

Eko yang tak ingin terkena konsekuensi dari kelakuannya langsung melarikan diri. Takut Bangkit melemparnya balik.

Sedangkan Lala langsung menutup mulutnya menahan tawa.

Dia terdiam sejenak. Kemudian melangkahkan kakinya, berniat mengambil sepatu miliknya.

Namun Bangkit tiba-tiba sudah beranjak dari tempat. Dia mngambilkan sepatu milik Lala.

" Terima kasih." Ucap Lala seraya menerima sepatu miliknya dan memakainya.

" Maaf yang tadi. Aku hanya melihat Dimas dan Yuri sedang melihat Kita." Jelas Bangkit.

Lala langsung terdiam. Niat mau memberi pelajaran pada Bangkit tidak jadi kembali. Kali ini jelas keusilan Bangkit ada alasannya.

" Sudah sore. Ayo kembali ke bus saja!" Ajak Bangkit serius.

Lala hanya menurut saja.

Mereka terlihat kembali ke bus bersama. Anak-anak terlihat aneh melihat Mereka.

Sani langsung menghampiri Lala.

" Dari mana saja Kau?" Sani penasaran karena daritadi mencari Lala.

" Hampir lompat tebing tuh Lala." Celetuk Bangkit.

" Sembarangan!" Lala yang masih badmood tetap merasa tak terima dengan celetukan Bangkit.

" Habis foto-foto dan ambil video pantai saja kok." Jelas Lala.

" Bohong tuh Lala." Lagi-lagi Bangkit nyeletuk.

" Sudah sana! Jauh-jauh! " Lala mendorong Bangkit agar menjauh darinya.

Dan Lala langsung menggandeng tangan Sani menuju ke bus.

Mereka langsung duduk dibangku awal Mereka duduk. Satu per satu anggota terlihat masuk Bus. Tidak terkecuali Dimas. Lala langsung mengalihkan pandangannya ke jendela begitu Dimas masuk Bus.

Sani yang melihatnya langsung penasaran.

" Kalian bertengkar?"

Lala mengangguk.

" Gara-gara berita hoak itu?"

Lagi-lagi Lala menganggukkan kepalanya.

" Masa Dia nggak percaya ma Kau sih La." Sani ngedumel sendiri.

" Entahlah. Mungkin Dia juga menyukai cewek lain." Jelas Lala membuat Sani tambah bingung.

" Maksudnya?"

" Tadi nggak sengaja Kulihat Dia dan Yuri berpelukan."

" What!!!" Teriak Sani membuat semua mata memandang kearahnya.

" Ya San! Suaramu membuat solusi ditelingaku." Celetuk Eko.

" Polusi dodol." Bangkit mengoreksinya.

" Iya maksudku itu."

Sani langsung berdiri meminta maaf.

" Maaf guyss. Maaf. Keceplosan." Ucap Sani langsung duduk kembali.

Dia terlihat masih syok dan terkejut mendengar cerita Lala.

Lala hanya memegang keningnya dan sesekali membenarkan posisi duduknya.

" Apa Kau yakin dengan penglihatanmu?" Tanya Sani pelan-pelan.

Lala mengangguk.

" Apa bukan kesalahpahaman juga?" Sani masih memastikan.

Lala menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Sani. Dengan enggan Dia menunjuk Bangkit yang duduk tepat didepannya.

" Bangkit melihatnya juga." Jelas Lala.

Sani terlihat tambah syok. Dan langsung meminum air minumnya. Dia masih merasa tidak percaya dengan cerita Lala. Namun bukti Bangkit melihatnya juga, Membuatnya sangat percaya.

Semua anggota terlihat sudah masuk semua. Bangkit mengabsen satu per satu. Akhirnya bus berjalan kembali menuju ke kampus Mereka.

Suasana libur membuat perjalanan macet. Mereka sampai kampus sedikit lebih lambat dari perkiraan. Bus mulai memasuki area kampus dan memarkirkan diri tepat di depan Gedung Fakultas Ekonomi tepatnya jurusan Manajemen. Begitu bus berhenti, satu per satu Mereka semua turun.

Lala langsung bergegas menuju parkiran dan pulang ke rumah. Dinginnya jalanan dimalam hari membuat Lala sedikit menggigil.

Sampai rumah Lala hampir tengah malam.

" Lala sudah jam berapa ini? " Suara Ibu tirinya membuat Lala terkejut.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!