Pantai

Lala meletakkan dan menutup sebuah buku dihadapannya. Pada akhirnya Dia memutuskan menyerah mengerjakan soal-soal Statistik. Soal-soal yang membuat kepalanya terasa panas padahal kondisi malam hari. Sementara lagu Love in the week end yang dinyanyikan John Meyer terdengar menggema ditelinganya.

Lala teringat kegiatan riset besok pagi.

" Besok Minggu ada acara refreshing bersama anggota BEM. Tapi... " Lala terlihat kecewa. Kencan yang pernah Dia bayangkan bersama Dimas menyelusuri indahnya tepi pantai, kini seakan musnah dari harapannya.

" Mengapa jadi seperti ini?" keluh Lala seraya menghempaskan dirinya ke tempat tidur.

Pagi harinya...

Suasana jalanan yang cukup ramai di membuat Lala berkali-kali melirik jam ditangannya. Berharap Dia tidak begitu terlambat. Dan akhirnya Lala sampai kampus tepat pada waktunya.

Bus yang akan membawa rombongan fakultas itu telah siap di depan kampus.

Bangkit terlihat mondar mandir mengatur tempat duduk bagi anggotanya. Dimas terlihat berwajah seram pagi ini. Dia tak mau selintas pun memandang matanya ke arah Bangkit.

Bahkan ketika Bangkit mempersilahkan Dimas duduk sesuai aturan Bangkit.

Bangkit mengatur sesuai kelasnya.

" Silahkan duduk my princess." Ucap Bangkit seraya mengedipkan ke arah Lala.

Lala langsung merasa infeel.

Sani langsung menahan tawanya.

" Ingat! Jangan terlalu membencinya." Canda Sani membuat Lala langsung mengerucutkan bibirnya.

Bus kini telah bergerak meninggalkan kampus. Bangkit duduk berdampingan dengan Eko di deretan kursi paling depan. Tepat di depan Lala dan Sani

" Kudengar digrup, Kau kemarin berpelukan dengan Lala. Apa itu benar?" Tanya Eko setengah berbisik.

Bangkit langsung terdiam sejenak. Pikirannya membayangkan kejadian kemarin. Hal terjadi yang sangat tidak terduga.

" Iya." ucap Bangkit membuat Eko tidak percaya begitu saja.

" Lalu ... ?" Tanya Eko penasaran.

" Lalu Kau pikir sendiri apa yang terjadi." Jawab Bangkit kesal begitu melihat pikiran aneh Eko yang tersirat dari ekspresi wajahnya.

" Yaa!!! Tidak terjadi apa-apa?" Tebak Eko kecewa.

" Dasar mesum! " Ejek Bangkit seraya menoleh ke arah Eko

Eko langsung menyibukkan diri dengan hpnya. Sedangkan Bangkit menoleh ke belakang. Mengintip dari sela-sela kursi. Dia melihat Sani menyanyi-nyanyi sendiri seraya sibuk memainkan hpnya. Sedangkan

Lala terkantuk-kantuk dan sepasang headset terpasang ditelinganya.

" Sangat cantik." Ucap Bangkit membuat Eko menoleh kearahnya dan mengikuti pandangan Bangkit.

" Kemana Kau selama hampir dua tahun ini? " Tanya Eko mengolok Bangkit.

" Bodoh." Tambah Eko.

" Apa Kau bilang???"

" Stupid." Eko memperjelas kata-katanya.

" Yaa !!!! IPK selalu empat Kau anggap Aku bodoh?" Bangkit tidak terima dengan kata-kata Eko.

" Repot juga punya otak terang, wajah tampan, keluarga kaya tapi... bodoh dan lambat tentang cewek." Ucap Eko membuat Bangkit semakin kesal dan mengepalkan tangan kanannya, membuat retakan-retakan otot terdengar diantara mereka.

Eko yang ketakutan langsung ngacir ke belakang. Dia ke arah Yohanes dan Dimas yang duduk bersebelahan. Dan langsung menarik Dimas untuk pindah tempat duduk didekat Bangkit.

" Ayolah. Please. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan wajah tampanku ini." Pinta Eko.

" Jangan Aku!" Tolak Dimas mentah-mentah.

" Yohan!" Pinta Eko memelas.

Yohanes pun dengan enggan beranjak dari posisinya. Sudah terlanjur posisi enak.

" Ok." Yohanes beranjak dari tempat duduknya. Dan melangkah ke depan. Anggota lainnya terlihat asik sendiri.

Bangkit pun langsung tertawa melihat Yohanes duduk didekatnya.

" Kau apakan Eko sampai seperti dikejar setan saja." Ujar Yohanes seraya membenarkan posisi duduknya.

" Aku hanya bercanda menakutinya." Bangkit masih tertawa mengingatnya.

Akhirnya Bus sampai disebuah pantai Suwuk. Salah satu pantai yang terdapat kebun binatang kecil, helikopter sebagai pajangan rekreasi serta keindahan alam pegunungan disebelah barat.

Satu per satu Mereka turun.

Lala langsung memisahkan diri begitu melihat lautan dan ombak.Dia terus melangkahkan kakinya, menelusuri pinggiran pantai, menginjakkan kakinya diatas hamparan pasir seraya melihat ke semua arah. Dia sesekali membidik ke arah yang menurutnya menarik. Tanpa terduga kakinya menginjak sebuah kayu kecil dan membuatnya terjatuh.

"Aduhhh...." Ringis Lala ketika dirasa pantatnya menyentuh pasir dengan keras. Beruntung kamera tidak terjatuh dari tangannya.

"Makanya kalau jalan tuh lihat-lihat." Ujar Bangkit yang tiba-tiba terlihat dibelakang Lala dengan nada sok dewasanya.

Lala mendongak langsung. Dia melihat Bangkit suasana hatinya jadi tambah badmood.

"Aiiish!!! Kayaknya Kau bener-benar suka sama Aku. Seneng banget ngurusin hidupku." Ujar Lala sewot lantas berdiri.

' Deg!' Jantung Bangkit terasa seperti terhenti saat itu juga.

Bahkan kali ini tak ada bantuan sedikitpun dari Bangkit, Atau uluran tangan.

Bangkit hanya terpaku dengan kata-kata Lala.

Bangkit berdehem."Jadi Kau sudah percaya dengan kata-kata dan perasaanku  waktu itu?"

" Kata-kata apa?" Tanya Lala kesal.

" Aku su...ka... Kau La!" Ucap Bangkit terbata-bata, bagaimanapun juga gengsinya masih setinggi langit untuk mengulang kata itu. Lain halnya waktu itu yang spontan.

Lala langsung tertawa.

" Selamanya Aku tidak akan percaya ma ucapanmu itu ! Ingat ! You are my rival forever! " Tegas Lala kembali berjalan dan memotret sekitaran pantai sambil menunggu sunset. Sambil sesekali melihat Sani yang ternyata sudah jauh darinya. Dia sedang asyik bermain ombak.

" Lalu Kau kenapa bilang seperti itu tadi? " Bangkit kesal ternyata tidak sesuai pikirannya.

" Karena Kau selalu mengganguku seperti hantu, datang tak dijemput pulang tak diantar." Jelas Lala berhenti sejenak dan memotret ombak yang saling berkejaran.

" Aiiissh. Memangnya Aku jailangkung apa?" Protes Bangkit.

" Aku tuh lebih mirip hantu tampan tau. Casper misalnya. Tidak-tidak, lebih tepatnya vampir tampan. Mirip-mirip Edward cullen lah."Celoteh Bangkit masih terlihat mengganggu Lala yang sedang memotret.

" Edward Cullen dari mananya? sedotan?" Protes Lala mengingat sungguh jauh berbeda.

" Edward Cullen itu cool, cuek dan tidak TPCP kayak Kau!"

" Apa itu TPCP? " Bangkit penasaran.

" Tebar pesona cari perhatian. Bahasa kasarnya ganjen." Jelas Lala seraya memandang Bangkit dengan tatapan kesal.

" Aku???" Bangkit membelalakkan matanya dan ingin protes namun benar juga kata Lala.

" Minggirlah! Jangan tutupi pandanganku!" Pinta Lala lagi-lagi memotret sebuah pemandangan.

Namun tanpa sengaja Dia melihat sosok Dimas yang sedang duduk bersama Yuri. Dan Mereka terliha berpelukan.

Lala pun langsung terpaku. Perasaannya membingungkan. Nano-nano tidak karuan. Bahkan Dia tidak begitu percaya dengan pemandangan yang saat ini Dia saksikan. Dan ditambah Bangkit musuh bebunyutannya kini pasti ikut menyaksikannya. Dan Lala tidak tau harus bagaimana menyikapi semua ini.

Bangkit jelas langsung tertuju kearah pandangan Lala. Dia pun terkejut dan merasa simpati ke Lala. Walaupun itu menguntungkan baginya. Karena pasti Lala akan membenci Dimas sesuai dengan keinginannya. Namun Bangkit tau pasti rasa sakit hati yang Lala rasakan saat ini. Sama seperti yang pernah Bangkit rasakan.

Lala langsung melangkahkan kaki meninggalkan hamparan pasir putih tersebut. Dia terlihat menjauh sejauh mungkin dari pantai.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!