Grandmother

"  Apa menurut kalian Andra tertarik padaku ?" Tanya Sani saat Kami berada di kantin.

"Entahlah." Ucap Fani.

" Dia playboy." Celetuk Lala tanpa sadar.

" Iya, apalagi Adiknya saja suka tebar pesona begitu. Pasti mirip-mirip." Tambah Fani.

" Sayang sekali, padahal Dia kriteriaku banget." Keluh Sani.

" Kalau begitu lanjut saja." Saran Lala.

" Tapi sepertinya Dia tidak tertarik denganku. Dia sama sekali belum menghubungiku lagi." Jelas Sani.

" Kalau begitu mending cari cowok lainnya saja." Saran Sani.

Kami melangkah ke kelas kembali begitu selesai makan dikantin.

Seperti biasa tepat pukul 15.45 Lala sudah berada di tempat kerjanya.

Selesai mengganti seragam. Dia duduk menunggu pergantian shif seraya memainkan hp. Suara dering hp membuatnya terkejut.

' Bu Ratih?'

" Hallo Bu?"

" Bisakah nanti malam temanin Saya? "

" Ok Ibu."

Tepat pukul 16.00 Lala mulai bekerja dan selesai tepat pukul 22.00

Lala mengganti seragam dan keluar dari tempat kerjanya. Dia terkejut, Terlihat Bangkit menunggu di samping mobil hitam yang biasa Andra pakai. Jelas Dia disuruh neneknya untuk menjemput Lala.Lala berlari kecil menghampirinya.

" Malam. Maaf membuatmu menunggu."

Bangkit merasa aneh jadinya, Dia melirik jam tangannya.

" Sepertinya benar Kau membuatku menunggu. Ayo! Nenek telah menunggumu." Ucap Bangkit seraya masuk ke mobilnya.

Lala masuk ke mobilnya dan memasang sabuk pengaman. Bangkit terlihat menyalakan mobil dan melajukannya.

Bangkit memutar musik kesukaannya. Dia lebih suka musik pop. Itu terlihat dari lagu-lagu yang Dia putar.

" Jadi Kau ternyata salah satu cucunya Nenek?"

Lala membuka pembicaraan terlebih dahulu.

" Iya." Ucap Bangkit merasa aneh jadinya.

" Jadi Kau kuliah sambil bekerja?" Tanya Bangkit masih penasaran.

" Iya." Hanya kata ini jawaban yang bisa Lala ucapkan.

" Kenapa Kau tidak memakai motormu saja?" Tanya Lala.

" Motorku disita." Jelas Bangkit tiba-tiba mendadak badmood.

" Kenapa Kau balap liar Kit?"

Bangkit terkejut. Bagaimana Lala bisa mengetahuinya. Padahal jelas teman-teman sekampusnya hanya Eko dan Yohanes yang mengetahuinya. Tidak mungkin Mereka ember kayak cewek. Karena selama ini tetap aman dan terjaga.

" Siapa yang cerita padamu?"

Lala terdiam. Bangkit menyetir sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya. Dia kelihatan berpikir

" Oya pasti si brengsek Kakakku." Bangkit langsung menebaknya.

Lala terkejut dan diam melihat Bangkit terlihat emosi. Dia merasa hubungan kakak beradik itu tidak harmonis.

Bangkit terdiam sejenak untuk meredakan emosinya. Dia tidak ingin kelihatan emosi didepan Lala karena kakaknya. Dia terlihat menoleh dan memandang ke arah Lala.

" Aku melakukan untuk kesenanganku." Jelas Bangkit.

" Apa nggak ada kesenangan lainnya yang tidak begitu membahayakan?" Tanya Lala pelan-pelan.

Bangkit langsung tertawa.

" Ada. Kau."

" Apa maksudmu?" Lala tidak mengerti.

" Just kidding."

Bangkit langsung membelokkan mobilnya.

" Apa gaji Ayahmu tak mencukupi buat kehidupan keluarga kalian dan pendidikanmu?" Tanya Bangkit tiba-tiba penasaran.

Lala terdiam sejenak.

" Ayahku hanyalah karyawan biasa. Dan Ibu meninggalkanku Dua tahun yang lalu. Ayahku menikah lagi."

Bangkit menganggukkan kepala tanda mengerti.

" Jadi ini yang membuatmu berubah setahun yang lalu? Kau sangat bekerja keras untuk memenuhi pendidikanmu."

" Iya. Aku tidak ingin menjadi beban Ayahku."

Bangkit kelihatan tersenyum dan sejenak terdiam.

" Kenapa Kau tidak menerimaku sebagai kekasihmu saja? Jelas Aku akan memberikan segala yang Kau inginkan itu. Bahkan biaya keluarga dan pendidikanmu bisa Kutanggung." Ucap Bangkit sungguh mengejutkan Lala. Sikap belagu dan songongnya muncul kembali.

" Sepertinya Aku salah cerita kepada cowok sepertimu."Ucap Lala sedikit emosi seraya memandang jalanan didepan.

Entah mengapa Bangkit menjadi emosi semenjak Lala membahas tentang hobinya. Dia menoleh kearah Lala. Tapi Lala tak menghiraukannya.

" Tenang saja. Aku hanya bercanda." Ucap Bangkit dengan santainya.

" Bercanda atau mengujiku?" Lala semakin emosi.

Bangkit mengangguk.

" Biasanya Andra seperti itu ke cewek-cewek. Siapa tau Kau termasuk salah satunya." Jelas Bangkit.

" Brengsek." Ucap Lala merasa sangat terhina.

" Kalian kakak beradik sama saja. Kasian Nenek mempunyai cucu-cucu seperti Kalian."

Bangkit langsung tertawa.

" Kau terlalu bodoh menilai orang. Jelas Aku berbeda dengan Kakakku."

" Tapi Kau benar-benar membuatku infell."

Bangkit lagi-lagi tersenyum.

" Aiiish. Bisa-bisanya Nenek yang baik hati mempunyai cucu seperti Kalian."

Lala mengarahkan pandangan ke Bangkit kembali.

" Ngomong-ngomong soal Nenek. Apa Kau tak merasa Nenek menyukaimu?" Bangkit menoleh ke arah Lala.

Lala terkejut dengan penilaian Bangkit terhadap neneknya.

" Apa Kau tak mempunyai tujuan hidup sampai balapan liar? Percuma prestasimu itu." Lala mengalihkan topik pembicaraan.

" Ada." Bangkit terlihat mantap. Dan itu membuat Lala penasaran.

" Apa?" Lala menoleh ke arahnya.

" Kau." Ucapnya seraya menoleh ke arah Lala.

" Kau sungguh tidak lucu."Lala tersenyum sinis.

" Aku serius. Kau bisa dapat segalanya tanpa kerja keras kalau Kau mau." Ucapan Bangkit kali ini membuat Lala emosi kembali.

" Aku tidak bisa." Lala sedikit menekankan suaranya agar terdengar lebih jelas.

" Kenapa? Kau masih menyukai Dimas? Atau sekarang Kakakku?"

" Aku tidak suka padamu." Jelas Lala.

" Ok. Fix. Sudah sampai." Bangkit langsung memarkirkan mobilnya.

Lala melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil.

Nenek terlihat sudah menunggu kedatangan Mereka.

" Malam Nek." Sapa Lala.

" Ayo Kita nonton film kesukaanku dibioskop. Aku sudah memesan 3 tiket." Ucap Beliau dan menggandeng kembali tangan Lala menuju mobil.

' Malam-malam?' Pikir Lala.

Bangkit tersenyum masam

" Maklum lansia. Beruntung Dia menyukaimu." Bisik Bangkit.

Sedangkan Bangkit hanya terlihat menuruti permintaan neneknya.

Lagi-lagi Lala memasang sabuk pengamannya. Dia dan nenek duduk dibelakang. Terlihat Bangkit sesekali melihat spionnya.

" Terima kasih. Kau menerima undanganku ini Lala. " Ucap Beliau.

" Saya yang seharusnya berterima kasih pada Anda."

" Tidak. Ini Aku yang memintamu secara pribadi. Oya, Apa Kau tak sedikitpun tertarik pada cucu-cucuku? " Pertanyaan yang sungguh membuat Lala sangat terkejut. Sepertinya Bangkit pintar menilai gelagat neneknya sendiri.

Bangkit terlihat antusias menanti dan mendengarkan jawaban Lala kembali. Itu terlihat dari spion didepannya.

"Maaf.Bukannya tidak suka tapi sungguh saya tidak bisa. Saya masih fokus kuliah dan belum ingin memikirkan ketertarikan pada seorang cowok." Lala membuat alasan berbelit-belit dan klasik.

" Berarti Kau memiliki rasa suka pada salah satunya?" Tanya Beliau.

Alasan Lala tadi jelas namun sangat tersirat. Sehingga Beliau salah paham. Padahal Lala takut kalau to the point bilang tidak suka. Jelas ini akan menyakiti hati neneknya.

" Mungkin." Lala ragu menjawabnya.

" Stupid."Bangkit mengalihkan pandangannya ke depan.

Suasana hening melanda sejenak.

" Kata Andra, Kau satu kampus dengan Bangkit."

" Iya Nek. Bahkan satu kelas."

" Wow , kebetulan sekali. Tidak bisakah Kau nasehatin Dia untuk tidak balapan liar." Ucap Neneknya membuat Bangkit sedikit emosi. Dia terlihat mudah emosi apabila membahas tentang hobinya.

" Maaf Nek. Kami hanya sekedar teman dikelas saja. Teman biasa. Saya tidak bisa ikut campur dengan pergaulannya." Jelas Lala panjang lebar dan takut menyinggung Nenek atau Bangkit.

Bangkit tersenyum sinis.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!