The Rival Beside Me

The Rival Beside Me

Pemilihan Ketua BEM

Sorot matanya penuh dengan ketegangan.

Tangannya terus bergerak memainkan sebuah pulpen diatas meja. Detak jantungnya berdetak lebih cepat. Bahkan sesekali terlihat membenarkan kacamatanya. Ia adalah Shabila Anastasya. Dan biasa dipanggil Lala. Ia adalah salah satu mahasiswi, sekaligus salah satu kandidat presiden BEM tahun ini. Wajahnya terlihat sangat serius. Dia mendengarkan dengan seksama hasil point pemilihan presiden BEM tahun ini. Tak hanya Lala, Kandidat lainnya juga merasakan hal yang sama. Tanpa terkecuali seorang mahasiswa yang menjadi pesaing beratnya. Mahasiswa itu bernama Bangkit. Mereka terlihat sama-sama tegang menunggu hasilnya. Dengan penuh kesabaran, Akhirnya hasilnya keluar.

" Dan yang mendapatkan point terbanyak sebagai presiden BEM tahun ini adalah Bangkit Sanjaya." Ucap Ketua Prodi jurusan Manajemen sebagai pembaca hasil seleksi.

Tepuk tangan langsung menggema diruangan BEM. Lala terlihat sangat kecewa. Dan Bangkit jelas terlihat begitu bangga. Mahasiswa yang Lala benci. Karena Dia adalah saingan Lala yang paling berat baginya.

" Sedangkan untuk posisi wakil presiden BEM yaitu Shabila Anastasya." Lagi-lagi suara tepuk tangan menggema kembali.

Lala sungguh terkejut mendengarnya. Lala berharap sebagai presiden BEM. Tetapi Ia tidak berharap jadi wakil presiden BEM. Apalagi sebagai wakilnya seorang Bangkit Sanjaya. Lala sangat membencinya. Dia cowok yang paling Lala benci dikampus ini. Gayanya yang sok segalanya.  Membuat Dia infeel melihatnya. Apalagi saat gaya sok gantengnya muncul. Oh my God, sungguh Lala ingin muntah melihatnya.

Namun apa daya, Ternyata takdir berkehendak Bangkit yang menjadi Ketua BEM. Lala harus menerimanya dengan ikhlas. Walaupun itu sangat sulit. Lala menghela nafas panjang. Tanda kalau Dia sedang berusaha bersabar atas hasil kali ini. Sedangkan Bangkit terlihat sangat antusias dan semangat.

" Selamat ya! Selamat!" Ucapan itu terdengar bergantian ditelinga Lala.

Bangkit menoleh ke arah Lala dengan senyum penuh kemenangan. Lala hanya menanggapi dengan senyuman sinisnya. Jelas Lala masih sedikit kecewa. Sani yang melihatnya terlihat sedih. Bagaimanapun juga, Sani salah satu teman terdekat Lala.

" La! Ayo sudah. Kita ke kelas! " Ajak Sani.

Lala menuruti ajakan Sani. Dia melangkahkan kaki dengan tatapan penuh kekecewaan. Sesekali Lala menendang batu kerikil yang menghalangi jalannya.

" Kenapa Dia." Keluh Lala ditengah perjalanan.

" Kenapa juga Aku yang jadi wakilnya." tambah Lala terkesan masih tidak terima.

" Sudah lah La. Syukurin aja. Banyak cewek yang menginginkan dekat dengan Bangkit loh." Sani menghiburnya.

" Kau menghibur atau mengolokku?" Tanya Lala.

" Dua-duanya." Jawab Sani langsung nyengir kuda.

...***...

Pagi-pagi Lala sudah menekuk wajahnya.

Lala melangkahkan kaki menuju kelas. Dia habis mengurungkan niatnya untuk ke kantor Ketua Prodi. Semua itu karena Bangkit. Bangkit terlihat sedang berada diruangan Ketua Prodi.

"Aku sungguh membencinya.

Dia pikir kepintaran, ketampanan dan kekayaannya bisa dibangga-banggakan seperti itu. Dasar cowok belagu." Gerutu Lala seraya menyelusuri koridor kampus.

" La!!!" Suara itu memanggilnya.

Bangkit terlihat jalan terburu-buru menghampiri Lala

" Apa Kau tahu ideku kemarin? Aku merencanakan acara musik di kampus. Sekaligus mengumpulkan dana untuk anak-anak yatim. Ternyata mendapat respon positif dari Ketua Prodi Manajemen." Jelas Bangkit panjang lebar.

'Lihatlah betapa senangnya Dia memamerkan keberhasilannya itu.' Pikir Lala.

" Tidak tau. Bukankah Kau baru mengatakannya? " Lala menggelengkan Kepala dan mengingatkannya.

" Oya, Aku lupa La. Aku begitu senang ideku selalu berhasil. " Ucap Bangkit seraya tersenyum kepada semua teman-teman yang mereka lewati. Tentunya kebanyakan teman wanita yang menjadi sasaran Bangkit, untuk mencari perhatiannya.

" Bisakah Kau mengubah sikapmu itu. Gayamu itu membuatku infeel dan semakin membencimu." Ucap Lala jujur dan blak-blakan.

Bangkit tertawa.

" Beruntung kalau Kau membenciku. Aku juga membenci cewek kuat, suka usil dan kurus sepertimu." Ucap Bangkit sambil tersenyum meledek.

'Bisa-bisanya Aku mempunyai saingan seperti ini.' Pikir Lala

Seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Iya, Bangkit menyainginya dalam segala hal dikampusnya ini. Tidak hanya diorganisasi tetapi juga di prestasi. Dan Lala berharap cukup di Kampus ini Dia bersaing dengannya. Jangan sampai kehidupan selanjutnya. Lala bertemu sangat berharap.

...***...

Seminggu kemudian. Disebuah ruangan BEM.

Semua anggota BEM terlihat sudah masuk ke ruangan. Mereka mau mendiskusikan proposal rencana kegiatan BEM.

Bangkit, Heri, Yohanes, Yuri, Sila, Fani, Sani dan Lala sudah terlihat batang hidungnya diruangan ini.Mereka tinggal menunggu Eko dan Dimas. Mereka belum terlihat batang hidungnya sama sekali.

Satu per satu anggota sibuk masing-masing. Mereka terlihat ada yang celingak celinguk. Ada yang tetap santai. Ada pula yang sedang ngantuk.

Sedangkan Lala iseng menggambar cowok yang diam-diam Dia sukai. Lala tersenyum sendiri melihat hasilnya. Gambarnya jujur terlihat sangat buruk. Namun Lala  terkejut. Bangkit tiba-tiba mengambil bukunya. Lala pun langsung berlari mengejarnya.

" Yaa! Kembalikan bukuku!" teriak Lala di ruang BEM.

Bukannya berhenti, Bangkit malah berlari memutari deretan bangku, yang tertata rapi diruang BEM. Dia spontan berhenti dan langsung tertawa saat melihat gambar Lala. Lala langsung merebutnya.

" Gambar apa itu La? Kau menggambar seorang cowok? kenapa seperti monster?" Tanya Bangkit tertawa.

" Mana ada kayak monster." Ucap Lala seraya kembali duduk didekat Yuri dan Sani.

Sila, Fani dan Heri yang sedang sibuk dengan hpnya masing-masing merasa terganggu. Mereka mengalihkan pandangan ke arah Lala dan bangkit.

" Yaa! Kalian berdua. Bisakah jangan berisik diruang BEM. Kalian Ketua dan wakil, tapi kayak Tom and Jerry kalau sudah berdua." Ucap Sila kesal mendengar kebisingan Mereka.

" Iya ribut terus." Tambah Fani.

" Iya itu, buat Aku lapar saja." Heri ikutan menegur.

" Jangan salahkan Aku. Bangkit yang mengusiliku." Lala tidak terima dengan teguran Sila.

" Kit, Tidak bisakah Kau cari perhatian dengan mahasiswi-mahasiswi diluar sana?" Tambah Sila menyarankan.

" Nggak ah, Aku lagi bosan." Ucap Bangkit terlihat duduk kembali dengan tenang.

Tidak lama kemudian Eko dan Dimas baru terlihat batang hidungnya.

" Yaaa! Dari mana saja kalian? Kami menunggu kalian sejak tadi untuk memulai rapat." Ucap Bangkit seraya menggerakkan tangan menunjuk ke Eko dan Dimas.

" Maaf Boss. Kami sedikit lupa." Ucap Eko cengengesan.

Dan Dimas kelihatan hanya tersenyum manis dan bersikap cool. Lala diam-diam memperhatikannya. Dan merasa senang melihat cowok yang tidak banyak tingkah sepertinya. Lala senyum-senyum sendiri.

Bangkit mengerutkan dahinya. Dia melihat Lala bersikap aneh.

" Bangkit! Cepetan rapatnya dimulai. Aku masih ada mata kuliah sebentar lagi." Komplain Yuri membuat Bangkit langsung mengalihkan kefokusannya.

" Ok. Ok." Ucap Bangkit seraya membuka laptopnya dan menyambungkan ke proyektor.

Bangkit menampilkan dokumen proposalnya di layar proyektor. Itu sebagai dasar presentasi rencana kegiatan BEM. Ini dilaksanakan dalam rangka pengumpulan dana, untuk anak-anak yatim piatu.

Semua anggota terlihat memperhatikan dengan seksama. Bangkit menerangkan tahapan demi tahapan disetiap slidenya.

To be Continued

Terpopuler

Comments

Siti Fatimah

Siti Fatimah

minyak

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!