Pernyataan

Lala dan Sani buru-buru keluar ruangan begitu mata kuliah selesai.

Dengan hati penuh kekhawatiran. Raut wajah Lala tidak dapat membohongi diri. Dengan mempercepat langkahnya, Lala terhenti.

Tiba-tiba Kaki Bangkit menghalangi jalan Lala.

" Mau kemana? " Tanyanya.

" Bukan urusanmu. Minggirkan kakimu Kit !!! " Lala memandang Bangkit kesal.

" Aku tak mau !!! " Bangkit menantang.

Tanpa pikir panjang. Lala lagi-lagi menginjak kakinya Bangkit. Lalu Dia berlari keluar ruangan.

" Awas Kau La !!! " Lagi-lagi ucapan itu terdengar oleh Lala.

Sani hanya menggelengkan kepalanya. Di melihat tingkah Lala dengan Bangkit, yang hampir dua tahun ini tidak pernah berubah.

Sedangkan Lala melenggang dengan penuh kemenangan. Dia berhasil membuat Bangkit kesakitan.

Tanpa terasa mereka sampai dikelas Yuri. Jantung Lala mulai berdetak abnormal dari biasanya.

" Sepertinya Aku cancel saja. Aku mau pulang." Ucap Lala.

" Tidak usah ragu-ragu begitu. Ayolah!" Sani menarik tangan Lala. Lala terpaksa mengikutinya sampai diruangan.

Yuri dan Dimas terlihat masih diruangan.

" Akhirnya Kau sudah datang La. Ayo Kita keluar. Biarkan mereka berdua." Ajak Yuri ke Sani.

Sekarang hanya ada Lala dan Dimas.

Mereka terlihat Diam membisu. Saling salting sendiri.

" Maaf menggangu waktumu."ucap Lala malu, salting serta kaku dan ingin rasanya berlari kembali.

" Tidak kok La." Dimas tersenyum melihat tingkah Lala yang tidak seperti biasanya.

" Apa Kau mendengar ucapan Bangkit tadi pagi?" Lala penasaran seraya memastikannya kembali. Berharap Dimas menjawab tidak. Sehingga Lala tidak perlu terkesan agresif seperti ini. Dan melarikan diri.

" Iya." Dimas menganggukkan kepala. Hal itu membuat kaki Lala terasa lemas mendengarnya.

"Jadi apa tanggapanmu tentang itu?" Lala penasaran.

Dimas terdiam sejenak. Lalu memandang Lala.

"Aku jujur sangat senang begitu mendengar Kau menyukaiku . Tapi.., Aku terkejut mengetahui tentangmu. Maaf, Aku tak ingin menjadi korbanmu. Aku tidak suka wanita yang playgirls." Jelas Dimas membuat Lala sangat terkejut mendengarnya.

" Apa? Siapa yang bilang tentangku seperti itu?" Lala penasaran.

" Bangkit." Ucap Dimas dengan polosnya.

'Pantas saja Bangkit puas dan bilang cintaku bertepuk sebelah tangan. Dia ternyata memfitnahku di belakang.'Pikir Lala ingin sekali mengutuk Bangkit menjadi kodok.

" Dan apa Kau percaya padanya?" Lala sungguh tidak terima. Apalagi Dimas mempercayai ucapan Bangkit dan terpengaruh dengan ceritanya.

" Aku bingung. Aku tidak ingin mempercayai Bangkit. Tapi bukankah Dia satu kelas denganmu?" Dimas menatap Lala dengan rasa penasaran.

" Iya. Tapi Dia musuh bebuyutanku dari dulu. Apa Kau tidak berpikir ulang ceritanya tentangku? " Lala terlihat kecewa.

"Jadi kata-katanya tentangmu tidak benar?" Dimas penasaran.

" Jelas , sangat tidak benar." Lala menunduk.

" Kalau begitu, Maukah Kau berkencan denganku? " Tanya Dimas to the point, membuat Lala terkejut. Karena sebenarnya Dimas juga diam-diam menyukai Lala. Namun Dimas mengira sebelumnya kalau Lala dan Bangkit diam-diam saling menyukai. Karena mereka terkesan akrab. Walaupun Mereka bagaikan Tom and Jerry di dunia nyata.

" Apa Kau yakin?" Lala belum percaya.

" Apa Aku terlihat main-main?"

Dimas menatap Lala aneh.

" Tidak juga." Ucap Lala polos.

" Kalau begitu, Apa jawabanmu?" Tanya Dimas membuat Lala Malu.

" Baiknya kalau begitu." Ucap Lala malu.

Mereka keluar dari ruangan kelas.

Yuri dan Sani terlihat senyum-senyum menatap mereka berdua.

" Sepertinya sukses." Ucap Yuri menggoda dua sejoli yang baru saja mulai berkencan.

" Apaan sih." Ucap Lala malu.

Dimas tersenyum melihat ekspresi Lala yang seperti anak kecil dimatanya.

" Kau beruntung. Bisa menakhlukkan hatinya Lala, yang keras bagaikan batu karang didalam ikan paus."

Sani terlihat menggoda Dimas. Sedangkan Yuri langsung tertawa mendengarnya.

" Aiish kalian jangan menggoda kami lagi." Ucap Lala langsung berjalan menjauh dari mereka.

" Awas Kau La. Sudah dibantu lalu seenaknya begitu!!!" Teriak yuri terdengar menggema di koridor.

Dimas langsung ikut berjalan mengikuti Lala.

" Jadi Kau mau langsung pulang? " Tanya Dimas.

" Iya." Lala mengangguk.

" Apa perlu kuantar?"

" Tidak usah. Aku bawa kendaraan sendiri." Lala menolak tawaran Dimas

...***...

Lagi-lagi Lala datang kepagian.

" Huuamm..." Lala menguap, matanya masih terlihat ngantuk. Lala meletakkan tangan dan kepalanya diatas meja dan sedikit mulai tertidur lagi.

" Brakk !!! " Lala terkejut.

datang dan langsung mengagetkannya.

Bahkan Dia tertawa melihat Lala yang terkejut dibuatnya.

'Tidak tahukah jantungku rasanya mau copot karenamu. 'batin Lala mendengus kesal.

" Kau sungguh lucu kalau terkaget seperti itu." ucap Bangkit.

" Aiish! Aku lagi malas melihat wajahmu."

Lala memalingkan wajahnya dan

beranjak dari tempat duduknya.

" Mau kemana?"

" Ke kelas Yuri." Ucap Lala melangkahkan kakinya dan melewati Bangkit.

" Ngapain?" Tanya Bangkit saat Lala tepat didepannya.

" Yaa!! Kau kepo sekali. Aku mau menemui kekasihku."

Ucap Lala pamer.

" Siapa?" Bangkit terlihat terkejut.

Tiba-tiba Bangkit berlari dan menghadang Lala.

" Why?" Lala menatapnya penasaran.

" Siapa Kekasihmu? Kapan Kalian jadian? "Bangkit penasaran.

" Kau benar-benar kepo sekali Kit."

Lala menyingkirkannya.

Lagi-lagi Bangkit menghadang Lala kembali.

" Bisakah Kau tidak menggangguku sehari saja?" Lala mulai kesal.

" Oh tidak bisa." ucap Bangkit membuat Lala semakin kesal.

Bangkit terlihat masih penasaran dan bingung. Lala merasa menang. Secara faktanya tidak sesuai kata-katanya kemarin.

" Bukankah Dimas tidak menyukaimu?" Akhirnya Bangkit menebak sendiri.

" Kata siapa?" tanya Lala sinis.

" Seharusnya Dia tidak menyukaimu dan membencimu. " ucap Bangkit terlihat aneh. Dia mau menyembunyikan kelicikannya itu. Lala berpura-pura tidak mengetahuinya.

" Kenapa Dia harus membenciku?"Tanya Lala memancing kelicikan Bangkit.

Bangkit semakin kelihatan bingung.

" Aiiish! pokoknya Kau tidak boleh menemuinya! "Bangkit melarangnya. Dan jelas-jelas membuat Lala semakin kesal.

" Why? " Lala menajamkan matanya kearah Bangkit.

Bangkit terlihat bingung. Bahkan Dia tak yakin ingin menjawabnya.

Lala yang sudah kesal merasa tak penting mendengar jawabannya.

" Karena Aku menyukaimu La." Ucapan Bangkit membuat Lala langsung tertawa lepas.

" Aiiish!!! Bercandamu sungguh tidak lucu. Minggirlah!!! Kau semakin membuatku kesal saja." Lala menyingkirkan Bangkit. Walaupun beratnya seperti menyingkirkan batu es besar, dipinggir samudra atlantik. Lala langsung keluar dari kelasnya.

Dan meninggalkan Bangkit yang masih kebingungan dan terpaku mendengar Lala dan Dimas berkencan.

' Rasain kata-katamu kemarin tidak berhasil. Dasar cowok sok tahu, banyak gaya, belagu. semoga saja tidak jadi batu dikelas.' Pikiran Lala lagi-lagi mengutuknya tanpa alasan.

Sani yang baru datang terlihat bingung. Bangkit terlihat melongo seperti orang yang sedang syok.

' Apa Dia kesambet setan pagi-pagi?' pikir Sani.

" San! Apa benar ucapan Lala itu? " Tanya Bangkit masih tidak percaya.

" Ucapan apa?"

" Dia dan Dimas berkencan."

Sani hanya menganggukkan kepalanya.

" Wah ada yang tidak beres" ucap Bangkit.

Dia terlihat memikirkan sesuatu.

Tangannya memainkan sebuah pulpen. Sambil sesekali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

" Kok bisa." Celetuk Bangkit pada dirinya sendiri.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!