Lala membantu Bangkit mengoperasikan laptopnya. Sedangkan Bangkit yang menerangkan secara detail proposal tersebut.
" Ok. Apa sekarang kalian sudah jelas? " Tanya Bangkit kepada semua anggota BEM.
" Jelaaaaaas. " Ucap mereka serentak.
" Kalo ada yang belum jelas silakan dipertanyakan." Bangkit masih memberikan kesempatan.
Semua terdiam dan hanya saling memandang. Sehingga ruangan terkesan hening.
" Ok. Sepertinya semuanya sudah benar-benar jelas. Kalau begitu kita bagi tugas untuk menyebar undangan buat sponsor acara kita. Eko dengan Sila. Heri dengan Sani. Yohanes dengan Fani. Dan Dimas dengan Yuri. " Bangkit menjelaskan patner tugas menyebarkan undangan kepada para sponsor.
" Terus Aku ma siapa? " Tanya Lala spontan disamping Bangkit.
Bangkit jelas mendengarnya.
" Kenapa?" Bangkit penasaran.
" Kenapa Kau tidak menyebut namaku?" Lala komplain.
" Apa Aku juga perlu menyebut namaku?" Bangkit menatap Lala heran.
'Oh my God. Berarti Aku menyebar undangannya dengan Bangkit? Menyebalkan.' Gerutu Lala dalam hatinya.
" Aiiish. Tidak bisakah Aku bertukar patner dengan yang lain?" Lala mencoba bernegosiasi.
" Tidak bisa." Ucap Bangkit ketus.
" Tidak bisakah kalian bertengkarnya nanti lagi. Aku buru-buru masih ada mata kuliah ini." Lagi-lagi Yuri komplain.
" Iya Aku juga masih ada mata kuliah ini." Yohanes ikutan komplain.
" Apalagi Aku ada tugas yang harus cepat kulaksanakan yaitu makaaaaan. Lapaaaaar." Ucap Eko mencairkan suasana.
Membuat semua anggota spontan tertawa.
" Ok. Kalian orang-orang sok sibuk. Aku hanya tinggal membagikan undangan ini saja ke kalian. Lalu kalian boleh melanjutkan aktivitas kalian lagi. Mau kuliah atau mau jungkir balik terserah kalian!" Jelas Bangkit mendengus kesal. Dia kesal menghadapi para anggotanya yang mempunyai alasan aneh-aneh.
" Sepertinya presiden kita sedang marah. Jadi diamlah. Aku tak mau mendapat amukannya yang seperti simba. " Eko lagi-lagi membuat para anggota tertawa.
Lala pun tertawa. Namun Dia tetap membantu Bangkit mengambil undangan yang sudah dicetak.
Bangkit membagikan kepada mereka. Lalu mereka keluar satu per satu.
" Sanj. Tunggu Aku!" Teriak Lala sambil merapikan semua berkas. Berkas yang buat presentasi tadi. Sedangkan Bangkit sibuk merapikan alat yang telah digunakan untuk presentasi.
" Ok." Sani terlihat duduk kembali seraya menunggu Lala yang masih sibuk.
Di organisasi ini hanya Sani, Bangkit dan Eko yang satu kelas dengan Lala. Dan kebetulan jadwal mata kuliah mereka hari ini sudah selesai.
" Apa Kau mau langsung pulang?" Tanya Bangkit.
" Jelas lah Kit. Kenapa emang?" Tanya Lala ketus merasa itu bukan urusan Bangkit.
" Tanya aja. Oya siapa yang Kau gambar seperti monster tadi La?" Bangkit masih mengingatnya dan tertawa.
" Mau tahu aja." Jawab Lala kesal.
" Aiiish. Benar-benar. Dasar kurus!" Olok Bangkit seraya menjitak kepala Lala dengan bolpoint.
" Yaa! Awas Kau Kit! " ucap Lala tidak terima.
Lala membalas menendang kakinya. Lalu Ia langsung berlari kearah Sani. Sani kebetulan sedang duduk dibangku dekat pintu keluar.
" Ayo San! Buruan!" Ajak Lala seraya menarik tangan Sani dan keluar dari ruangan.
" Awas Kau La!!!" Teriak Bangkit seraya mau mengejar Lala. Tapi mengurungkannya. Karena jelas Dia masih sibuk mengunci ruangan BEM, sebagai tanggung jawabnya.
" Syukur Aku selamat." Ucap Lala tersenyum penuh kemenangan.
" Aiiish. Kalian ini tidak bisakah bersikap dewasa? Jangan seperti Tom and Jerry melulu." Gerutu Sani sambil berjalan disamping Lala.
" Yaa!! Kalau Bangkit tidak menggangguku. Aku juga tidak akan membalas mengganggunya San. Jadi jangan menasehati Aku tapi nasehati Bangkit." Jelas Lala tidak menerima nasehat Sani.
" Aiiish, Percuma. Kalian sama saja." Ucap Sani.
...***...
Hembusan angin pagi membuat Lala merapatkan sedikit jaketnya. Dia celingak celinguk begitu sampai kelas.
' Sepertinya belum ada yang datang.' Batin Lala.
Lala berjalan menuju bangku bagian belakang. Dia sedang tidak terlalu mood hari ini. Lala pun melangkahkan kakinya. Ia langsung duduk begitu sampai disebuah bangku.
Lalu Lala mengambil bukunya dan alat tulis ditas. Dia membuka bukunya seraya mencoret-coret tidak jelas. Lala tidak sengaja melihat kembali gambar kemarin. Memang terlihat sangat buruk. Bahkan masuk kriteria jelek.
'Pantas saja Lala bilang seperti monster. Tapi tidak mengapa. Bagusnya aku menaruh namanya digambarku.' Pikir Lala iseng.
" Wow pagi sekali Kau datang La." Suara Bangkit mengejutkan Lala.
Lala hanya tersenyum masam padanya. Bangkit langsung penasaran dan menghampiri Lala. Lala terlihat sudah sibuk di pagi hari. Namun Dia langsung tertawa. Ia melihat Lala masih sibuk dengan gambarnya yang kemarin.
" Jadi Kau masih menikmati gambar monstermu itu?" Bangkit meledek Lala.
" Setidaknya ini hasil karyaku sendiri." Ucap Lala ketus. Tanpa diduga Bangkit mengambil kembali bukunya. Bahkan Dia berlari keluar kelas. Lala terlihat panik dan langsung mengejarnya.
Di Koridor kampus mereka berkejaran. Sangat mirip seperti Tom and jerry.
" Bangkit! Kumohon kembalikan bukuku !" Teriak Lala.
" Tidak akan! Sebelum Aku tahu siapa yang Kau gambar itu La." Ucapnya sambil menghindarkan bukunya. Lala terlihat sangat berusaha mengambilnya.
Bangkit jelas lebih tinggi dari Lala. Lala terlihat berusaha keras, namun tidak bisa merebutnya. Sampai Dia melompat-lompat mencoba meraihnya. Tetap tidak bisa. Bahkan sekarang Bangkit berusaha membuka bukunya. Sambil tangannya terus menghindarkan buku tersebut dari raihan Lala. Lala semakin panik. Dia mengingat telah menulis nama cowok tersebut. Akhirnya Lala mempunyai ide. Dia menginjak kaki kanannya Bangkit. Hal tersebut membuat Bangkit lansung menjatuhkan bukunya, karena Ia kesakitan.
" Yaa! Sakit tahu La!" Protes Bangkit langsung memegang kakinya.
Tapi Lala terkejut dengan posisi buku itu terjatuh. Buku tersebut terjatuh dalam keadaan terbuka tepat digambarnya. Dan dengan jelas sebuah tulisan nama seorang cowok yang Lala maksud.
Bangkit lagi-lagi tertawa. Lebih parahnya Lala melihat Cowok yang dimaksud berjalan kearah mereka. Sepertinya Dimas baru datang.
' Mati Aku. Semoga saja Bangkit tidak menyebut namanya.' Batin Lala seraya langsung mengambil buku tersebut.
" Jadi cowok yang Kau sukai. Dan Kau gambar seperti monster itu Dimas?" Tanya Bangkit masih tertawa. Bangkit tidak menyadari Dimas ternyata dibelakangnya. Ia berdiri terpaku mendengarnya.
Sedangkan Lala yang melihatnya tidak bisa berkutik lagi. Ia langsung membalikkan tubuhnya. Lala langsung berlari ke kelasnya. Ia sangat malu. Itu yang Lala rasakan.
" Lala! Kenapa Kau lari ngacir seperti itu. Seperti dikejar setan saja." Teriak Bangkit seraya tertawa. Suara Bangkit masih terdengar jelas ditelinga Lala.
Akhirnya Lala sampai kelas. Nafasnya tersenggal-senggal. Ia merasa lelah.
" Aiiish! Semua gara-gara Bangkit. Aku jadi menanggung malu seperti ini." Gerutu Lala seraya duduk.
" Pakai acara lari maraton pula." Lala mengeluh.
Tidak selang lama, Lala melihat Sani sudah datang. Sani terlrlihat masuk ke kelas.
" La pagi benar Kau datang. Mimpi apa semalam?" Tanya Sani seraya melangkahkan kaki kearah Lala.
" Mimpi buruk." Ucap Lala seenaknya.
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments