" Andra. Bisakah Kau berkata sedikit lebih menyenangkan terhadap seorang wanita?" Tegur Beliau.
" Tidak Nek. Aku tidak mau seperti tahun lalu. Saat Karyawati yang mendapatkan penghargaan ini. Aku menunjukkan keramahan. Lalu Dia mengangguku di sosmed dengan pamer ke karyawan lain. Bahwa sudah makan malam denganku diluar penghargaannya. Dan menyatakan Aku dekat dengannya. Aku tidak mau itu terjadi lagi Nek. Itu sangat menggangguku." Jelas Andra panjang lebar ke neneknya.
" Tapi Lala berbeda sayang. Dia kuliah sambil bekerja. Lihatlah Dia , selain cantik juga mempunyai attitude yang baik dalam menghadapi orang lain. Apa Kau tidak tertarik dengannya? Aku sungguh senang jika Lala bisa dekat denganmu." Ucapan Beliau membuat Lala terkejut setengah mati. Dan Andra terlihat memandang wajah Lala sedikit lebih lama. Membuat Lala tidak nyaman dibuatnya.
" Cantik dan muda. Sepertinya tidak masalah kalau Nenek ingin Aku dekat dengannya. Asalkan Dia tidak menuntut sebuah komitmen dariku." Ucap Andra seraya memandang neneknya.
Tidak menuntut komitmen? Jadi Dia hanya ingin menjadikan wanita seperti boneka, yang akan melayani kesenangannya. Apa bedanya sama wanita penghibur. Gila, Lala tak mau memikirkannya.
Lala lagi-lagi terkejut mendengar percakapan malam ini. Ingin rasanya cepat selesai makan malam lalu pulang ke rumah.
Bagaimanapun juga Lala tidak suka cowok seenaknya seperti Dia. Bangkit saja buat Dia infell. Setampan dan sekaya apapun, Lala jelas lebih memilih cowok yang baik dan mempunyai attitude yang bagus.
" Sampai kapan Kau akan main-main seperti itu? Jelas tidak ada wanita yang mau diposisi seperti itu. Kecuali kalau Dia hanya mengincar ketampanan dan kekayaanmu. Lala tidak cocok untuk sasaran permainanmu itu.
Dan dengarkan kata-kataku ini sebagai seorang wanita. Cewek itu untuk dilindungi, bukan hanya untuk menyalurkan cinta sesaat." Jelas Beliau panjang lebar.
Lala sungguh terpana mendengar ucapannya. Beliau benar-benar seorang nenek yang baik hati dan sangat berkarisma sebagai seorang wanita. Tapi entah mengapa Beliau mempunyai cucu seperti Dia. Itu sungguh disayangkan.
" Berkali-kali Nenek mengatakan ceramah itu. Aku sudah bosan." Ucapnya seraya memainkan sendok dimeja makannya seperti anak kecil.
" Kenapa adikku belum pulang sih." Gerutu Andra disela-sela menunggu makanan siap semua.
" Kau tahu sendiri adikmu suka ngeluyur sampai malam. Dan itu pasti Kau yang mencontohkannya."Celoteh Bu Ratih.
Andra hanya tersenyum mendengarnya.
Akhirnya makan malam pun dimulai. Dan ruangan terkesan hening. Hanya suara gesekan sendok dan piring yang kadang kalanya saling membentur.
...***...
Setelah selesai makan malam.
Beliau mengantar Lala sampai halaman. Andra terkesan menuruti neneknya yang memintanya untuk mengantar Lala pulang.
Dengan rasa sedikit rasa enggan, Lala masuk ke mobilnya dan duduk disampingnya.
Andra menyalakan mobilnya.
Dia memutar musik di mobilnya. Sebuah lagu bergenre jazz Dia putar. Sekali-sekali Dia asyik mengikuti musiknya.
" Apa Kau tipe cewek yang seperti Nenekku bilang?" Andra membuka pembicaraan.
" Iya." Jawabku dingin. Lala menampakkan sifat aslinya.
" Sayang sekali. Padahal Aku tertarik padamu. Apa Kau tidak tertarik padaku?" Tanyanya yang menurut Lala tidak penting.
" Tidak sama sekali." Ucap Lal lagi-lagi terdengar datar dan dingin.
" Wow ... Sungguh baru kali ini Aku ditolak seorang cewek.
Apa ini sifat aslimu? Kau terkesan sangat dingin. Atau Kau hanya ingin membuatku penasaran terhadapmu dan menggambarkan kemunafikanmu itu." Ucap Andra kali ini membuat Lala sedikit emosi mendengarnya.
Lala sedikit bertahan untuk menjaga sikapnya. Lala terdiam, daripada menjawab pertanyaannya, yang sungguh tidak penting sama sekali.
" Ok Kau terdiam. Berarti Kau seakan menjawab iya." Ucapnya sok tahu. Membuat Lala sangat emosi.
Tiba-tiba Andra menghentikan mobilnya. Lala melihat sekitar jelas itu bukan tempat kerjanya.
" Ini bukan tempat kerjaku." Ucap Lala seraya menoleh dan memandangnya.
" Tapi apa Kau tak melihat sebuah hotel didepan kita. Ayo!" Ajaknya sungguh membuat Lala emosi.
" Ok. " Jawab Lala penuh emosi dan turun dari mobilnya.
Lala melangkahkan kakinya menyelusuri trotoar jalan raya. Masih terlihat dari sudut matanya, Andra terlihat keluar dari mobilnya dan terkejut melihat Lala setengah berlari meninggalkan halaman hotel. Dimana Dia memarkirkan mobilnya disana.
Lala tak menoleh kembali. Pandangannya hanya lurus ke depan. Rasanya begitu emosi Bisa-bisanya bertemu dengan seorang cowok yang tak bertanggung jawab seperti itu. Menilainya sangat buruk. Tanpa terasa airmata mengalir dipipinya. Sebuah rasa yang sangat terhina. Lala merasa harga diri ini terinjak sebagai seorang cewek.
Lala melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 23.00. Hampir tengah malam.
Lala menghapus keringat didahinya dengan tangan. Dan sekarang Lala hanya berharap masih ada taxi atau bus yang melewati jalanan ini.
Sebuah klakson mengejutkan Lala.
Dia menoleh dan melihat sebuah motor CBR yang tak asing baginya.
" Beneran? Lala? " Suara tidak asing dibalik helmnya.
" Bangkit?" Lala terlihat bingung. Tiba-tiba Bangkit muncul.
Bangkit langsung berhenti dan mematikan motornya.
" Kau mau kemana?" Tanya Lala.
" Pulang lah. Kau yang mau kemana?" Bangkit bertanya balik.
" Pulang juga. "
"Kenapa jalan kaki? Jadi rumahmu disekitar sini?"
"Bukanlah. Ceritanya panjang."
Lala terlihat bingung.
Bangkit lebih bingung melihatnya.
" Sudahlah. Ayo Kuantar! " Bangkit menawarkan tumpangan.
" Kalo begitu, Ke supermarket dekat kampus saja."
" Ngapain kesana malam-malam?"Bangkit terlihat bingung.
" Motorku disana." Ucap Lala.
Bangkit masih bingung dan penasaran. Tapi akhirnya hanya mengikuti kemauan Lala.
" Ini sudah malam. Apa nggak sebaiknya Kuantar saja Kau kerumah." Tawaran Bangkit membuat Lala bingung juga.
" Tapi motorku. Tidak-tidak! Bisa-bisa nanti dipertanyakan sama Ibuku." Jelas Lala.
" Ya sudah kalau begitu. Paket jaket ini!" Bangkit menyerahkan jaketnya ke Lala.
Lala terpaksa memakainya. Bangkit menyalakan motornya.Namun Lala dengan ragu naik ke motor musuh bebuyutannya kali ini.
" Cepetan!"
" Iya-iya sabar napa."
" Habis Kau mau naik aja kayak siput gitu." Ledek Bangkit.
" Huh. Dasar cowok belagu." Lala mengumpat.
Bangkit tersenyum, setidaknya Lala sedikit kembali meresponnya. Dan tidak datar seperti sebelumnya.
" Kenapa motormu disana?"
" Aku kerja."
" Iyakah? Jadi Kamu kerja disupermaket?"Bangkit terkejut.
" Iya. Kenapa? "
" Tidak apa-apa." Bangkit langsung berpikir.
Begitu sampai, Lala langsung turun dan mengucapkan terima kasih. Dia langsung berjalan masuk dan ijin ke security untuk mengambil motornya diparkiran.
Bangkit masih terdiam didepan supermarket. Terlihat security mendekatinya.
Security itu terkejut dan langsung menyapanya.
" Den Bangkit kenapa malam-malam kesini?" Suara Pak Toni jelas sangat mengenali Bangkit. Dan terheran-heran Kenapa sampai didepan supermarket saja.
" Ngantar teman Pak. "
" Owh Jadi Mba Lala tadi teman Den Bangkit?"
Bangkit menganggukkan kepala.
" Apa Dia sudah lama kerja disini?" Bangkit penasaran.
" Sudah setahun Den. Kenapa memang Den?"
" Tidak apa-apa Pak. Dan jangan bilang-bilang tentang Saya ya Pak." Pinta Bangkit.
" Ok Den."
To be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments