Sani sangat penasaran dengan ucapan Lala.
" Mimpi buruk apa?" Tanya Sani dengan wajah polosnya.
" Mimpi ketemu setan. Tuh setannya."Ucap Lala memandang ke arah pintu kelas. Sekaligus menunjukkan kepada Sani.
Sani mengikuti arah pandangan mata jari telunjuk Lala. Bangkit sedang berjalan memasuki ruangan kelas. Gaya so cool-nya membuat Lala langsung memutar bola matanya.
" Bangkit?" Tanya Sani bingung.
Lala langsung mengganggukkan kepalanya.
Bangkit masih terlihat senyum-senyum sendiri. Dan langsung mengarahkan pandangannya ke arah Lala. Kini senyumannya berubah menjadi tertawa. Lala semakin kesal.
Bangkit terlihat berjalan menghampiri Lala.
Sani semakin bingung melihatnya. Mereka benar-benar seperti Tom and Jerry. Sedangkan Lala hanya mendengus kesal melihat Bangkit. Lala teringat kejadian tadi. Kejadian yang membuat Lala sangat malu.
" Kenapa Bangkit begitu bahagia?" Tanya Sani membuat Lala tambah kesal.
" Nggak tau Aku. Mungkin Dia kehabisan obatnya." Ucap Lala seenaknya.
" Siapa yang kehabisan obatnya?" Bangkit tidak terima dengan ucapan Lala.
"Kau lah. Siapa lagi." Ucap Lala masih kesal.
Bangkit langsung tertawa ala devil.
" Tak apa, Aku kehabisan obatku, yang penting Aku bahagia." Olok Bangkit seraya masih tertawa.
" Iya Tertawa aja terus diatas penderitaanku." Lala benar-benar kesal.
" Oya sepertinya cintamu akan bertepuk sebelah tangan. Jadi jangan buang-buang waktumu untuk mengejarnya." Tambah Bangkit lalu melenggang pergi dengan gaya angkuhnya. Bangkit menghampiri Eko. Lala terpaku dan bingung dengan ucapannya. Sani lebih bingung sendiri.
" Apa maksud Bangkit? Apa Kau menyukai seseorang ?" Sani penasaran.
Lala menganggukkan kepala.
"Tapi Aku tidak tahu perasaannya. Mungkin Dia tidak menyukaiku. Atau sudah mempunyai kekasih. " Lala terlihat pesimis.
" Siapa? Kenapa Bangkit bisa tahu?" Sani semakin penasaran.
Akhirnya Lala menceritakan kronologi kejadian tadi. Kejadian yang membuat Lala malu setengah mati. Sani terlihat antusias dengan cerita Lala. Bahkan Dia tertawa terbahak-bahak mendengarkan ceritanya.
" Aiish Kau sama saja dengan Bangkit, Menertawakanku." Ucap Lala kesal.
" Maaf La. Tapi ceritamu benar-benar lucu. Aku sungguh merasa berdosa kalau harus membohongi diri sendiri. " Ucap Sani masih tertawa.
Lagi-lagi Lala hanya mendengus kesal.
" Jadi kau menyukai Dimas?" Tanya Sani. Lala mengakuinya malu-malu dan mengganggukkan kepala.
" Aku akan meminta Yuri untuk membantumu. Dia kan satu kelas dengan Dimas." Jelas Sani dengan penuh semangat.
" Tapi Bangkit bilang cintaku bertepuk sebelah tangan." Keluh Lala terlihat pesimis kembali.
" Apa Kau percaya sama ucapan cowok yang sejak semester 1 jelas-jelas menjadi rival-mu itu ?" Sanj mengingatkan Lala.
" Tidak." Lala spontan menggelengkan kepala.
"Kalau begitu semangat !!! Aku yakin Dimas juga diam-diam menyukaimu." Ucap Sanj seraya mengepalkan tangan kanannya. Dia memberikan rasa semangat untuk Lala.
" Benarkah?" Lala tidak percaya.
" Menurutku sih, Habis kadang diam-diam Dia suka melirikmu diruang BEM." Jelas Sani.
Dosen terlihat sudah masuk di ruangan kelas. Sehingga membuat Sani dan Lala menghentikan perbincangannya.
...***...
Lala dan Sani langsung keluar kelas begitu sudah tiba waktunya break. Mereka menuju kelas Yuri. Tentunya untuk mengetahui tentang Dimas.
Beruntung Lala tidak melihat Dimas diarea kelas itu. Membayangkan bagaimana wajahnya kalau bertemu Dimas saat ini. Malu setengah mati, pasti itu yang akan Lala rasakan.
" Yuri. " Sapa Sani.
Yuri menoleh ke arah Sani. Dia kelihatan terkejut.
" Kenapa kalian kesini?" Tanya Yuri terkejut melihat Lala dan Sani muncul dikelasnya.
" Kami ada perlu sebentar denganmu." Jelas Sani.
Sani mengajak Yuri menjauh dari kelas. Mereka menghentikan langkah begitu sampai di taman sekolah.
" Aku mau tanya. Apa Dimas sudah mepunyai kekasih?" Spontan pertanyaan Lala membuat Yuri terkejut.
" Setahuku belum. Kenapa memang ?" Yuri menatap Lala penasaran.
" Lala menyukainya. Dan Dia sudah terlanjur malu karena ketahuan. Tadi pagi Dia lari terbirit-birit menahan malu. Dan sekarang Dia bingung harus menyatakan duluan, atau berpura-pura seperti biasanya. Lalu tersandung-sandung jika didepannya." Jelas Sani spontan membuat Yuri tertawa.
" Apa Kau yakin ingin memulai duluan? Bukankah banyak yang menyukaimu La? Kenapa Kau malah kelihatan mengejar seorang cowok? Apa itu tidak menjatuhkan pamormu sebagai wakil presiden BEM?" Yuri menggoda Lala. Lebih tepatnya meledeknya.
" Aiiish. Kalau saja bukan karena Bangkit. Aku tidak akan terang-terangan seperti ini. Jujur ini sangat membuatku malu setengah mati." Lala mengeluh lagi.
" Apa hubungannya sama Bangkit?" Yuri penasaran.
Lagi-lagi Lala menceritakan kronologi kejadian tadi pagi. Dan jelas Yuri langsung tertawa lepas mendengarkan ceritanya. Sani juga masih tertawa terpinggkal-pingkal mendengarkannya.
" Aiiish. Kalian sama saja." Gerutu Lala seraya menghela nafas karena kesal.
" Maaf La. Ini terdengar lucu, tapi menjadi rumit karena kekonyolanmu dengan Bangkit." Ucap Yuri masih tertawa.
" Terus Aku harus bagaimana sekarang? Apa solusinya? Apalagi kita satu organisasi. Bisa-bisa Aku benar-benar tersandung-sandung didekat Dimas karena salting. Belum lagi Bangkit pasti akan meledekku terus. Aku mau pindah kampus saja." Ucap Lala spontan tanpa pemikiran panjang.
" Whatt? Cuma gara-gara itu Kau mau pindah kampus dan mengulang tiga semester? Kalau Aku NO !!! " Yuri mengeluarkan pendapatnya.
Lala terdiam. Benar juga kata Yuri.
" Terus solusinya seperti apa ini?" Lala frustasi.
" Ya sudah Kau menyatakan duluan saja pada Dimas. Bukankah tadi pagi sudah terlanjur ketahuan? " Saran Yuri.
" Iya sih. Tapi Aku malu, masa Aku bilang duluan." Ucap Lala penuh kesadaran.
" Zaman sekarang sudah tidak ada masalah lagi soal itu. Nanti Aku akan bilang dengan Dimas. Kalau Kau ingin menemuinya dan mengatakan sesuatu padanya. Jadi Kau nanti jangan langsung pulang. Tapi ke kelasku dulu, begitu semua mata kuliahmu sudah selesai. Ok!" Yuri menjelaskan idenya.
" Ok dah." Lala menerima idenya Yuri. Walau serasa sangat mendadak buatnya. Antara siap dan belum siap, menerima konsekuensi jawaban dari Dimas nanti.
Yura, Sani dan Yuri langsung kembali ke kelas masing-masing.
Bersyukur sampai kelas, tidak bertemu dengan Dimas sama sekali.
Jujur Lala belum siap bertatap muka dengan Dimas
Waktu break selama 15 Menit telah berlalu. Mereka masuk keruang kelas kembali. Terlihat Bangkit penasaran dengan Lala dan Sani. Mereka masuk tepat saat Dosen memasuki ruang kelas.
Terlihat dari sudut mata Lala. Pandangan Bangkit mengikuti langkahnya sampai Dia terduduk. Benar-benar membuat Lala ingin menonjoknya. Seandainya Dia lebih kuat dari Bangkit. Sayang, sepertinya kekuatannya tidak sebanding dengan Bangkit. Apalagi kalau Lala menonjoknya. Bisa-bisa Bangkit melemparnya duluan. Lala mengeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Lala memandang ke arah Bangkit. Tapi Dia sudah fokus menyimak mata kuliah saat ini.
Lala merasa makin membencinya. Ingin rasanya Lala menonjok hidungnya. Namun itu sangat tidak mungkin. Hanya bayangan semu untuk menenangkan diri saja.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments