Berita Hoax

Lala masih kesal. Sani terdengar cekikikan.

" Bisa-bisanya Bangkit bilang seperti itu." Ucap Sani.

" Entahlah. Buat badmood aja. " Lala mendengus kesal.

" Mungkin Dia suka denganmu La." Sani terkesan menebak.

" Sampai kapanpun bahkan kalau tak ada cowok lain. Aku tidak akan pernah suka dengannya. TITIK ! " Ucap Lala spontan tanpa pikir panjang.

Sani jelas langsung tertawa mendengar ucapannya.

" Ingat La. Tidak boleh Kau berkata seperti itu. "Sani terlihat serius memandang Lala. Lala terhenti didepan pintu ruangan BEM.

" Why?" Tanya Lala.

" Karena Kau terkesan sangat membencinya."Ujar Sani.

"Memang Aku membencinya. Bahkan sangat membencinya! " Ucap Lala mengakui dengan jujur bahwa Dia sangat membenci Bangkit. Iya kebencian teramat dalam yang kini Lala rasakan terhadap Bangkit.

" Tidak boleh Kau seperti itu. Jangan terlalu membencinya. Kata nenekku itu pamali." Jelas Sani.

Ucapan Sani langsung membuat Lala tertawa lepas. Bagaimana tidak, Sani sampai serius membawa-bawa neneknya untuk menasehati Lala.

" Aku serius La. Kalau Kau sangat membencinya bisa-bisa nanti terbalik Kau akan mencintainya." Ucap Sani tidak menerima sikap Lala yang menyepelekan nasehatnya itu.

Lala menghentikan tertawanya. Dia melihat Bangkit tengah berjalan menuju ke arah mereka.

" Ok, Ok San. Aku mengerti." Ucap Lala.

Bangkit terlihat menatap Lala dengan senyuman jahilnya sebelum membuka pintu ruangan BEM. Sedangkan Lala hanya cemberut kesal meresponnya.

Sani sebaliknya, Dia terlihat tersenyum menikmati pemandangan ekspresi wajah Lala yang bertemu dengan Bangkit.

" Ya San! Kenapa Kau malah senyum-senyum seperti itu?"

Lala tidak terima dengan ekspresi Sani. Yang terkesan mendukung senyuman jahilnya Bangkit.

" Kalian terlihat sangat lucu kalau sudah bertemu." Ucap Sani langsung berlari masuk ruangan BEM begitu pintu ruangan sudah dibuka oleh Bangkit.

Lala yang masih tidak menerima respon Sani langsung mengejarnya. Tanpa terduga, Jari kaki kanan Lala sedikit menekuk. Membuatnya hampir terjatuh. Bangkit yang masih tak jauh dari Lala spontan langsung menarik Lala kepelukannya, agar Lala tidak terjatuh ke lantai.

Jarak wajah mereka kini hanya lima inci. Bahkan debar jantung Mereka saling terdengar. Ekspresi Mereka sama-sama terlihat sangat terkejut dengan posisi yang terjadi saat ini. Senyuman jahil yang selalu Bangkit gambarkan saat dengan Lala, Itu tidak muncul diekspresi wajahnya saat ini.

" So sweet." Ucapan Sani langsung menyadarkan posisi Lala dan Bangkit yang seperti sedang berdansa.

Bangkit langsung melepas kedua tangannya dari pinggang Lala. Begitu dengan Lala yang langsung membalikkan tubuhnya menuju ke sebuah bangku disampingnya Sani. Sedangkan Bangkit langsung berjalan menuju alat proyektor yang masih belum sesuai dengan tempatnya.

Sani terlihat senyum-senyum kembali. Dia melihat Lala dan Bangkit yang saling salting.

" Apa Aku bilang tadi. Jangan terlalu membencinya. Apa sekarang Kau mulai berbalik menyukainya?" Ucap Sani setengah berbisik di telinga Lala

" No!" Lala mendengus kesal dan tak mau menerima pernyataan Sani. Tapi Lala merasa heran dengan detak jantungnya yang tiba-tiba berdebar tidak karuan. Dia melihat wajah Bangkit yang begitu dekat dari wajahnya.

Lala langsung menghela nafas dalam-dalam. 'Rasa terkejut karena hampir jatuh, mungkin itu penyebabnya.'pikir Lala. Dia tidak ingin memikirkan seperti yang Sani pikirkan.

Satu per satu anggota terlihat memasuki ruangan BEM. Tak terkecuali juga kekasihnya. Dimas terlihat berhenti sejenak begitu memasuki ruangan. Dia memandang ke seluruh anggota sebelum akhirnya berjalan menuju ke arah Lala. Dimas terlihat duduk disebuah bangku yang masih kosong disebelah Lala.

Sedangkan Bangkit terlihat lebih diam didepan. Dia memandang anggota yang lainnya satu per satu memasuki ruangan. Setelah merasa semua sudah datang. Bangkit langsung memandang ke Lala.

" Apa sebagai wakil. Kau akan selamanya duduk di situ tanpa membantuku?" Pertanyaan Bangkit membuat Lala tersadar dengan posisinya, Sebagai wakil Presiden BEM.

Semua anggota memandang kearah Lala. Lala menunduk sedikit malu. Sepertinya kejadian tadi membuat Lala tak sadar dengan posisinya dalam organisasi.

Lebih parahnya Sani terlihat sengaja tidak mengingatkannya. Sehingga Bangkit sampai menegurnya.

" Kenapa Kau tidak mengingatkanku San?" Tanya Lala setengah berbisik dan menoleh ke arah Sani dengan raut wajah kesal.

" That is not my bussines La! " Ucap Sani tersenyum jahil.

Lala mengalihkan pandangannya ke arah Bangkit kembali.

" Maaf Kit. Aku lupa." Ucap Lala setengah berteriak menjawab pertanyaan Bangkit.

" Ok. Ok. Kau ingatnya cuma dengan kekasihmu itu!" Ucap Bangkit jelas-jelas menyindir Lala dan Dimas. Dimas pun terlihat menajamkan matanya ke arah Bangkit. Kesal jelas terlihat di dalam dirinya.

Sedangkan Lala langsung beranjak dari tempat duduknya sambil mendengus kesal.

...***...

Sehari kemudian.

Desas desus kencan Lala dan Bangkit mulai tersebar luas dikampus. Gara-gara candaan Bangkit ke fans-fansnya kemarin.

Lala sedikit tidak nyaman dan merasa kesal dengan kondisi saat ini. Mengingat Dia sedang berkencan dengan Dimas.

" Itu kekasihnya." ucap gadis berambut pendek saat Lala dikantin bersama Sani.

"Pantas saja Bangkit tidak tertarik dengan kita sama sekali. Ternyata Dia sudah mempunyai kekasih. Patah hatiku." Sahut teman disampingnya.

" Aku sungguh iri padanya. Kau tahu sendiri kan, Bangkit selain tampan dan pintar. Dia juga putra dari Sanjaya Grup. Salah satu perusahaan terbesar." Tambah seorang mahasiswi yang sejak tadi ikut memperhatikan Lala.

" Yaitu. Makanya Kak Shabila jelas sangat beruntung. Dia juga pasti berpikir tentang materi keluarganya." Sahut temannya lagi.

Suara mereka terdengar jelas ditelinga Lala.

Dan Lala langsung meletakkan sendoknya. Selera makannya mendadak hilang seketika. Sani langsung melongo melihat perubahan sikap Lala yang tiba-tiba. Lala menggeser kursinya ke belakang dan langsung beranjak melangkah keluar.

"La!!! La!!! " Sani berteriak-teriak memanggilnya. Namun Lala sudah terlanjur kesal. Teriakan Sani tidak masuk ke dalam telinganya.

" Aiish! Semoga saja uangku cukup untuk membayar semua ini." Gerutu Sani seraya mengambil dompet ditasnya.

Lala menyelusuri koridor dengan tatapan mata tajam. Wajahnya yang selalu terlihat ceria, mata yang indah, kini tak terlihat lagi didalam diri Lala. Dia lagi-lagi menghela nafas panjang. Satu tujuan Lala saat ini yaitu menemukan Bangkit. Lala ingin menyuruhnya mengklarifikasi semua tentang berita hoax yang telah dibuatnya.

'Semua ini gara-gara Bangkit. Aku harus buat perhitungan terhadapnya.' Batin Lala.

' Kelas??? Perpustakaan??? BEM???' Lala berhenti sejenak memilih tujuannya untuk menemukan Bangkit.

" Kelas saja dulu.' Pikir Lala mempercepat langkahnya menuju ke kelas.

Lala berjalan memasuki ruangan kelas. Sebelum sebuah tangan menahannya. Dimas terlihat menghentikan langkah Lala. Wajahnya penuh dengan rasa penasaran dan kecemburuan.

" Apa maksud mereka La? Kenapa mereka semua mengira kau kencan dengan Bangkit?Jadi sebenarnya Kau kencan denganku atau dengannya? Atau jangan-jangan Kau diam-diam menghianatiku?" Tanya Dimas panjang lebar meminta penjelasan pada Lala.

Lala terlihat syok.

" Seharusnya Aku menyadari kedekatanmu dengannya. Dan tak seharusnya Aku mengajakmu berkencan. Kalau akhirnya sakit hati sendiri seperti ini." Tambah Dimas membuat Lala semakin syok dan bingung.

" Tidak Dim."Lala masih bingung bagaimana menjelaskan pada Dimas. Dia sendiri kesal melihat situasi saat ini.

" Maaf. Tapi ini tidak seperti yang Kau pikirkan. Tentu Aku kencan denganmu bukan dengannya. Semua ini karena candaan Bangkit kemarin ke penggemarnya." Lala berusaha menjelaskan kepada Dimas. Namun Dimas terlihat masih bingung.

"Aku tidak mengerti La. Apa hubungannya candaan dengan mereka mengira Kau kencan dengannya. Aku sungguh tidak mengerti La."Dimas terlihat frustasi dan masih belum mengerti.

" Begini ..." Lala terhenti sejenak mencari kata yang tepat agar Dimas mengerti. Tetapi wajah Dimas mengekspresikan kecurigaan.

"Kalau Kau ingin akhiri kencan kita. Tak usah Kau berkhianat seperti ini La." Tambah Dimas memotong ucapan Lala yang belum selesai.

" Tidak Dim. Bukan seperti itu. Jadi begini ceritanya ... ''

" Oh My God !!! " ucap Bangkit yang terkejut begitu keluar kelas melihat Lala dan Dimas yang sedang berdebat.

" Yaa Kit !!! Jelaskan padanya apa yang terjadi kemarin. Bilang bahwa berita yang beredar hanya hoax." Pinta Lala begitu melihat Bangkit yang keluar kelas dan seenak jidat memotong pembicaraan Mereka.

Bangkit bukannya langsung cerita. Dia malah tertawa. Lala semakin kesal melihat kelakuannya. Sedangkan Dimas benar-benar semakin cemburu.

Bangkit melihat Lala dan Dimas penuh keseriusan memandangnya. Bangkit menghentikan tawanya.

" Ok. Jadi begini ceritanya Dim. " Bangkit berhenti sejenak dan mengubah wajahnya menjadi serius. Berusaha membuat kedua orang didepannya bisa mempercayai ucapannya.

" Kemarin... Lala dengan manisnya bilang suka padaku." Ucap Bangkit asal dan langsung membuat Dimas beranjak pergi meninggalkan Lala.

Lala langsung terkejut dengan ucapan Bangkit yang lagi-lagi tidak terduga. Dengan wajah penuh kemenangan, Bangkit tersenyum devil ke arah Lala.

" Kau!!! Kau!!! Benar-benar KETERLALUAN!!!" Teriak Lala sangat emosi.

" Awas Kau !!! Kalau sampai Dimas memutuskanku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu!!! Aku sungguh tambah membencimu!!! Ingat Itu!!! " ucap Lala menunjukkan jarinya ke arah Bangkit dan langsung bergegas mengejar Dimas.

" Itu yang Kuharapkan La. Kau putus dengannya!!! " Teriak Bangkit tanpa merasa bersalah.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!