Perubahan

" Ingat ya La. Ayahmu banting tulang menyekolahkanmu tinggi-tinggi, bukan buat main-main." Tegur Ibu tirinya.

" Betul itu Ma." Celetuk adik tirinya.

Lala yang sedang badmood dan malas menanggapi langsung menuju ke kamarnya.

Pagi-pagi Lala keluar rumah tanpa sarapan. Lagian Ayahnya masih kerja dinas diluar Kota. Jelas Dia malas berdebat dengan Ibu dan adik tirinya.

" Ingat ya La. Ayahmu menyekolahkanmu tinggi-tinggi, bukan untuk main-main." Suara ibu tirinya tadi malam membuat Lala merasa tertekan.

Lala kelihatan sangat muram. Bangkit pun tidak berani mengusilinya sepanjang hari ini. Sedangkan Sani tidak mampu berbuat apa-apa. Mereka berpikir semua itu gara-gara Dimas.

Lala terlihat lebih sibuk sendiri. Begitu mata kuliah selesai Lala langsung pulang dan membelokkan motornya menuju ke pemakaman.

Dibawah hamparan langit biru dan teriknya matahari dimusim panas Lala memandang makam Ibunya.

"Tuhan kenapa Kau ambil Ibuku. Aku sungguh tak sanggup lagi menanggung semua beban ini. Tuhan apa Kau tak sayang lagi padaku? Tuhan bagaimana Aku bisa percaya padaMu? Kau mengambil satu-satunya kebahagiaan yang kumiliki. Tuhan Aku juga ingin bahagia. Tuhan andai saja Kubisa memilih. Aku tak akan memilih kehidupanku yang menyedihkan ini. Aku sungguh tak sanggup lagi." Ucap Lala putus asa. Keceriaan yang selama ini Lala tunjukkan, Faktanya untuk menutupi semua kesedihan yang Dia miliki selama ini.

Derai airmata mengalir dan jatuh ke tanah. Saat emosi dan kesedihan bercampur menjadi satu. Seikat bunga mawar putih Dia taruh ditempat yang kini ditumbuhi rerumputan berwarna hijau. Dua tahun yang lalu kebersamaannya dengan Ibunya hilang. Saat Lala mulai memasuki pendidikan di Universitas baru. Airmata masih membasahi wajahnya mengingat kenangan dua tahun yang lalu. Dimana satu-satunya orang yang disayangi meninggalkan untuk selamanya. Lala menunduk dan mengambil sapu tangan disakunya. Tangannya menghapus derai airmata yang mulai mengalir diwajah cantiknya.

" Ma. Sampai berjumpa lagi di kehidupan selanjutnya. Jujur Aku sangat merindukanmu."

Lalal berdiri dan melangkah menyelusuri jalan kembali.

"Kak, Kau darimana?" Suara itu membuatnya terkejut begitu sampai dirumahnya.

Dia Jesi, adik tirinya. Bahkan Lala belum bisa sepenuhnya menerima semua ini. Satu bulan yang lalu Ayahnya menikah lagi.

" Dari taman saja. Cari udara segar. " Ucap Lala berbohong seraya masuk ke rumahnya.

Lala menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Berharap hari esok akan lebih baik untuknya.

...***...

Lala terburu-buru ke kampus. Pagi tadi Dia terlambat bangun tidur. Dan jelas berpengaruh dengan waktunya. Lala langsung menuju kelas. Bersyukur dosen belum ada.

Sani sudah terlihat di ruangan kelas.

" Why?" Tanya Sani begitu melihat Lala kelelahan.

" Aku hanya terlambat bangun saja." Jelasnya.

Sani kembali fokus ke hpnya.

" Aiiish Ayahku menyebalkan lagi-lagi menjodohkan Aku dengan putra sahabatnya. Padahal umurku masih muda. Kenapa ayahku begitu takut Aku tidak laku." Gerutu Sani membuat Lala menoleh ke arahnya.

" Bukankah itu bagus. Berarti Beliau memikirkan masa depanmu." Lala mencoba mengeluarkan persepsinya.

" Ok. Tapi tidak begitu juga kali. Apalagi cowok yang waktu itu Kutemui, Dia sangat bukan tipeku. Dan langsung saja kubilang, Aku tidak mau." Ucap Sani masih sibuk melihat layar dihpnya.

Wajar saja, Sani adalah salah satu sahabat Lala yang cukup berada. Ayahnya salah satu Direktur Bank.

Lala hanya tersenyum mendengar ceritanya.

" Oya La. Bagaiman kalau nanti habis pulang kuliah kita jalan. Siapa tahu bertemu cowok tampan dan bisa ku kenalkan dengan Ayahku. Sehingga Ayahku tidak berani menjodohkanku. "

" Maaf San. Aku nanti mau cari kerja sampingan. Jadi Aku tidak bisa." Ucap Lala seraya mengeluarkan bukunya.

" Ok. Kalau Kau baru saja baru kita jalan bersama."Sani mengerti posisi sahabatnya.

" Sepertinya dua hari ini Lala terlihat muram." Celetuk Bangkit.

Dia terlihat seperti merasa bersalah terhadap semua kejadian dikampus. Dia merasa, Dialah yang membuat Lala tiba-tiba berubah dratis.

" Makanya Kau jangan usil terus." Eko menimpali.

Dosen masuk ke ruang kelas. Dan ruangan menjadi hening untuk sementara.

Waktu kuliah tidak terasa sudah berakhir. Kegiatan BEM juga sedang kosong. Lala terlihat duduk didepan perpustakaan. Dia sibuk mencari lowongan kerja di hpnya.

Terlihat sebuah lowongan kerja sebagai kasir disalah satu super market.Lala langsung ke depan area kampus dan naik motor menuju ke sana.

" Kebetulan sekali Kami sedang buru-buru mecari pengganti karyawati Kami yang resend mendadak." Jelas bu Rina selaku HRDnya.

" Bentar, Tapi Kamu posisi kuliah?"

" Iya Ibu."

" Apa tidak mengganggu jadwal kuliahmu?"

" Insya Allah tidak Ibu." Ucap Lala.

" Kalau begitu Kamu sementara shif sore saja. Dan bisa mulai bekerja hari ini?"

Lala langsung terkejut.

" Ok Ibu."

" Kalau begitu ini seragam Kamu."

Lala langsung memakai seragam kerja dan menuju bagian kepala kasir untuk mengambil modal sesuai yang Bu Rina ajarkan. Lalu melangkahkan kaki menuju ke kasiran. Bu Rina menyuruh Tari untuk mendampingi sementara sampai benar-benar bisa.

...***...

Hari-hari berikutnya Lala benar-benar berubah dratis dari biasanya. Semester empat hampir habis. Masa jabatan sebagai wakil ketua BEM hampir berakhir. Bangkit merasa aneh dengan semua perubahan Lala itu.

" La! " Panggil Bangkit hampir membuat Lala terjatuh karena kakinya.

Lala hanya menanggapi dengan datar dan dingin. Ahir-akhir ini Lala terlihat tidak merespon sama sekali. Bahkan ketika Dia sengaja usil terhadapnya. Lala tanpa banyak bicara dan menghindar.

" La, Kamu Kenapa? " Sani takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu.

" Tidak kenapa-kenapa kok San."

" Apa gara-gara Dimas Kamu kayak gini?"

Lala menggelengkan kepalanya.

" Bukan San. Ini masalahku sendiri." Jelas Lala.

Seperti biasa pulang sekolah Lala langsung menuju ke tempat kerjanya. Rasanya Dia benar-benar mempunyai tempat kedua yang nyaman selain dikampus.

Dia buru-buru.

" La! Aku ada perlu." Panggil Dimas tiba-tiba.

" Maaf Dim. Aku sedang buru-buru. Lain kali saja." Ucapnya seraya sedikit berlari ke parkiran. Dia takut telat masuk kerja.

Bangkit yang melihatnya langsung mendekati Dimas.

" Semua ini pasti gara-gara Kau!" Tuduh Bangkit seraya menunjuk Dimas.

" Sembarangan asal tuduh." Ucap Dimas seraya menghempas tangan Bangkit.

" Tapi Kau berkhianat didepan matanya." Jelas Bangkit.

" Bukankah Kalian juga?"

Bangkit langsung tertawa.

" Lala tidak berkhianat seperti tuduhanmu Dim. Aku yang sengaja memang. Aku tau Kau picik! Diuji sedikit saja, Kau berpaling." Ucap Bangkit langsung meninggalkan Dimas yang berdiri terpaku. Antara kesal dan emosi.

Sedangkan Bangkit berusaha mengejar Lala. Dia penasaran dengan perubahan Lala akhir-akhir ini. Namun sampai parkiran, Lala sudah tidak terlihat batang hidungnya. Dia pun memutar kembali langkahnya.

Bangkit melangkahkan kaki menuju kekantin. Terlihat Eko dan Yohanes sedang asyik makan tanpanya.

" Enak memang yah Kalian ini."Tegur Bangkit.

" Iya enak lah. Lagian ngapain nungguin Kamu."

Celetuk Eko.

" Iya ngapain juga nungguin orang yang sedang kasmaran." Ucap Yohanes mendapatkan jitakan dari Bangkit.

" Siapa juga yang kasmaran. Aku hanya khawatir." Bangkit langsung duduk dan merebut makanan Mereka.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!