Hadiah

Lala memutar balik langkahnya. Mengingat sesuatu yang tertinggal di tasnya. Tidak mungkin Lala menemui Dimas tanpa alasan, dihari kasih sayang ini.

Bangkit terkejut melihat Lala masuk kembali ke kelas mereka. Mata mereka beradu pandang. Namun Lala terkesan cuek. Bangkit memperhatikan Lala dengan seksama.

" Apa Kau lihat-lihat? Aku kira Kau sudah jadi batu." Ucap Lala ketus karena tak nyaman dengan tatapannya.

" Kenapa Kau ke kelas lagi? Apa Kau percaya kata-kataku tadi?" Bangkit terlihat serius. Tapi sebaliknya membuat Lala langsung tertawa.

" Selamanya Aku tak akan percaya dengan ucapanmu itu !!! Jadi cukup Kau memfitnahku di belakang. Tak usah Kau menjahiliku lagi dengan kata-katamu itu. Dasar pembohong !!! " Lala mengatainya.

Lala langsung berlari ke bangkunya. Dan mengambil sesuatu di dalam tas. Sebuah bingkisan kecil yang berisi coklat.

Bangkit terdiam kecewa. Dia masih memperhatikan Lala, dari bangkunya dibarisan depan.

" Apa itu? " Bangkit penasaran.

" Ada deh mau tahu aja Kau Kit! "Ucap Lala merahasiakan bingkisan coklatnya dari Bangkit.

" Hmmm..." Bangkit kelihatan kesal. Tapi Dia kelihatan tenang.

'Sepertinya Dia sedang tidak mood menjahiliku kembali.'pikir Lala merasa aman.

Lala berjalan dengan santai melewatinya. Tanpa diduga Lala, Bangkit tiba-tiba merebut bingkisannya. Lalu Dia berlari memutari bangku-bangku dikelas.

Lala terpaksa menghentikan langkahnya. Tak ada niat mengejarnya.

" Kit! Kembalikan coklatku !!!" Pinta Lala seraya sedikit berteriak.

" Tidak mau! Ini untukku. Kau bisa membelinya kembali ! " Ucap Bangkit seraya menyobek bingkisan itu dan memakan coklatnya.

Lala langsung syok dan terpaku melihatnya. Emosi, marah dan kesal menjadi satu. Lala langsung mengejar Bangkit. Matanya penuh kemarahan. Dia merasa ingin menghajar Bangkit kalau sampai mendapatkannya. Melihat sorot mata Lala yang penuh amarah, Bangkit pun langsung ketakutan dan berlari keluar kelas. Lagi-lagi dikoridor mereka saling berkejaran.

Lala tak bisa mengejar Bangkit yang larinya bagaikan kuda. Spontan Lala melepas sepatu kanannya. Dia melemparkannya ke arah Bangkit. Bangkit refleks langsung menunduk untuk menghindarinya.

Dan lagi-lagi Lala syok. Dia berdiri terpaku. Sepatu itu mengenai Dimas, bahkan tepat di kepalanya.

Bangkit yang heran melihat Lala berhenti mengejarnya. Dia langsung membalikkan arah pandangannya. Dan Bangkit langsung tertawa terbahak-bahak melihatnya.

" Wow !!! La, Kau menyukai Dimas atau membencinya? Benar-benar parah Kau La." Ucap Bangkit meledek Lala.

Bangkit menghampiri Dimas dan memegang bahunya.

"Sabar Bro. Sepertinya Dia terlalu menyukaimu. Sampai Kau menjadi korbannya." Ucap Bangkit masih tertawa lepas.

Dimas hanya menatap Bangkit dengan tatapan kesal. Dan menampik tangannya.

" Bisakah Kau jangan mengusili Lala terus?" Ucapan Dimas membuat Bangkit terkejut.

" Tidak bisa bro. Maaf! " ucap Bangkit penuh penekanan lalu membalikkan arah. Dengan gaya areogannya, Dia kembali berjalan menuju ke kelas.

Lala masih berdiri dan menahan emosi.

" Good job Lala!" Ucap Bangkit saat melewati Lala. Dan Bangkit terlihat tersenyum puas melihat pemandangan lucu baginya, di pagi ini.

Andai Dimas tidak ada dihadapannya sekarang.

Ingin rasanya Lala menendang pantatnya Bangkit, yang berjalan seperti bebek baginya saat ini. Sayangnya Dimas sedang dihadapannya, yang hanya berjarak 10 meter dari Lala. Dan kini Dimas masih memandang ke arah Lala dengan tatapan tak bisa dimengerti.

Lala menghampiri Dimas dengan rasa was-was.

" Maaf Dim, Aku benar-benar tidak sengaja." Lala menunduk. Merasa bersalah dan malu terhadapnya.

" Pakailah sepatumu! " ucap Dimaa seraya jongkok dihadapan Lala. Dia memakaikan sepatu kanan Lala kembali. Itu membuat Lalu terkejut dan semkin malu.

Setelah kelihatan sempurna dan rapi lalu Dimas. berdiri kembali.

" Makasih." Ucap Lala masih merasa bersalah.

" Sama-sama. Aku tadi ingin ke kelasmu hanya ingin memberikan bingkisan ini untukmu."

Dimas memberikan sebuah bingkisan berwarna pink kepada Lala.

" Sungguh indah. Terimakasih." Ucap Lala tersenyum.

"  Masuklah ke kelas kembali. Dan jangan berlari-lari lagi di koridor kampus. Kalau ingin berlari-lari di lapangan sana yang luas dan tidak membahayakan untuk orang lain." Dimas menasehatin Lala seperti seorang ayah yang menasehati anaknya.

" Ok. Aku mengerti. Sekali lagi maaf." Ucap Lala masih merasa bersalah dan malu mengingat kejadian tadi.

Dimas tersenyum dan mengelus kepala Lala.  Dia lalu kembali ke kelasnya.

Lala langsung tersenyum riang. Dia merasa sangat bahagia.

Lala kembali ke kelasnya sambil senyum-senyum sendiri. Sesekali Dia melihat bingkisan berwarna pinknya. Penasaran? tentu saja itu yang Dia rasakan.

Sampai di kelas sudah sedikit ramai.

Lala langsung berjalan cepat ke arah Sani. Sani penasaran dengan bingkisan yang Lala bawa.

" Apa itu hadiah kasih sayang dari Dimas?" Sani menebak dengan tepat sekali.

" That's right. " Lala mengangguk seraya duduk dibangkunya.

" Kira-kira apa itu La?"Sani terlihat sangat penasaran.

" Aku juga tidak bisa menebaknya San. "  Lala membuka bingkisan itu secara perlahan dan hati-hati. Sebuah kalung berliontin bentuk hati.

" Oh my God. Ternyata Dimas diam-diam romantis. "  Sani memuji keromantisan Dimas.

" Sini Aku bantu Kau memasangkannya." Sani menawarkan bantuan untuk memasang kalungnya di leher Lala.

Lala menyetujuinya. Dan kini kalung pemberian Dimas sudah terpasang di leher Lala.

Bangkit terlihat masih memperhatikan Lala. Namun Lala pura-pura tidak melihatnya. Dia lagi tidak ingin ribut dan cari masalah dengan Bangkit.

###

Istirahat hari ini ada jadwal rapat BEM. Membuat Lala sedikit malas mengingat Bangkit yang super nyebelin tadi pagi.

Lala dan Sani berjalan menuju ruangan BEM. Terlihat Bangkit juga sedang menuju ke sana. Tapi bukan Bangkit kalau langsung menuju ruang BEM. Bangkit terlihat melayani fans-fansnya terlebih dahulu, dengan berfoto ria. Bahkan gayanya sudah seperti selebriti kampus. Maklum Presiden BEM membuatnya bak selebriti kampus bagi mahasiswi khususnya.

Lala dan Sani melewatinya. Mereka pun hanya tersenyum geli melihatnya. Dan jalan secara perlahan. Secara pasti ruangan BEM masih terkunci kalau Bangkit masih belum kesana. Bahkan Lala dan Sani menghentikan langkah mereka sejenak. Menunggu Bangkit yang tengah bermain-main dengan fans-fansnya itu.

" Kak, Apa Kau benar belum mempunyai kekasih? Aku tak yakin Kau begitu tampan belum mempunyai kekasih?" Suara seorang mahasiswi junior bertanya pada Bangkit.

Dengan gayanya yang so cool Bangkit terdiam sejenak.

" Sepertinya Kau begitu pintar menilai orang manis. Tentu saja Aku sudah mempunyai kekasih."

Lala dan Sani langsung terkejut dan saling memandang. Mereka hampir tertawa. Penasaran, Tentu saja. Bahkan Sabi geleng-geleng kepala sambil menahan ketawanya. Bagaimana tidak, Setahu mereka Bangkit belum mempunyai kekasih. Dan kalau benar Dia mempunyai kekasih. Siapa wanita paling sial dan tidak beruntung itu? Mengingat Dia super nyebelin. Lala berpikir dan penasaran.

Dan fans-fansnya Bangkit terlihat lebih sangat penasaran.

"  Siapa Kak? Siapa cewek beruntung itu?" Tanya salah satu dari mereka.

Bangkit terlihat senyum-senyum tak jelas sebelum menjawabnya. Membuat mereka semakin penasaran dibuatnya.

Sedangkan Lala dan Sani memandang geli. Mereka geli melihat tingkah Bangkit terhadap fans-fansnya itu.

" Ayolah Kak! Jangan buat Kami penasaran dan semakin patah hati."

Bangkit masih terlihat mengulur waktu untuk menjawabnya. Dia masih membuat mereka penasaran dengannya.

"Iya Kak. Siapa cewek beruntung itu?"

Beruntung? Kata-kata yang membuat Lala ingin tertawa lepas.

" Iya, Siapa Kak?" Mereka semakin terlihat penasaran.

Bangkit langsung mengarahkan pandangan kearah Lala dan Sani. Lebih tepatnya ke arah Lala. Membuat Lala terkejut. Ada perasaan tidak enak terlihat dari sorot matanya.

" Cewek yang berkalung liontin hati itu. Itu kekasihku." Jawab Bangkit seenaknya tanpa di duga.

Semua fans-fansnya langsung memandang ke arah Lala.

Lala dan Sani langsung terkejut dan geleng-geleng kepala.

" Ayo San! Sepertinya Bangkit sudah mulai habis lagi obatnya" gerutu Lala seraya  menggandeng tangan Sani.

Lala mendengus kesal. Lagi-lagi Bangkit membuatnya semakin kesal tiap hari. Dia lelah menghadapi kejahilannya.

" Ya Kak, Kenapa saingan  Kami Kak Lala? Kami jelas tidak bisa bersaing dengannya Kak." Keluh salah satu fans-fansnya  masih samar-samar terdengar oleh Lala.

Lagi-lagi Lala mendengus kesal mendengarnya.

' Tanpa bersaing dengan mereka. Aku pun tak sudi jika harus menjadi kekasihnya.' Batin Hati Lala. Dia sudah terlanjur benar-benar membencinya.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!