MALAM sudah berganti siang. Kamal yang semalam gelisah tidur, pagi-pagi sudah pergi dari rumah dan menuju ke sebuah bukit. Sesampainya ditujuan, pemuda ini ternyata langsung menuju air terjun yang menjadi sumber keindahannya. Dari dulu tempat ini memang sudah dijadikan ajang rekreasi oleh warga sekitar. Ketika dirinya sedang menghadapi masalah, rupanya Kamal hanya ingin hatinya bisa lebih tenang setelah disini.
Sebelum Kamal tiba di bukit ini, rupanya sudah ada yang datang lebih dulu. Orang satu ini sekarang sedang menjatuhkan pandanganya ke selak-selak dua gunung yang sudah terlihat ke merah-merahan.
“Sang surya cepatlah muncul…! Di sini aku sedang butuh kehangatan…! Benar kata orangtuaku, kalau ada masalah seharusnya aku tidak mengurung diri terus. Karena dengan murung dan sedih, titak akan membuat keadaan menjadi lebih baik !“
Tiupan angin tiba-tiba datang semiir membawa aroma wangi parfum yang pekat. Kalau orang ini kemudian lurak-lirik ke sekitarnya, itu karena wangi parfum ini ia pernah mencium sebelumnya. Lalu siapa sekarang yang sudah membawanya ke sini?
Setelah tahu di bukit itu ia tidak sendiri, ternyata kali ini hati Kamal juga jadi lega. Dari tempatnya menantang air terjun selama ini, malah sekarang ia jadi pindah untuk memberi siraman kepada orang yang sedang menyambut matahari terbit itu.
“Menenangkan pikiran yang kusut disini, memang tepat. Setelah banyak yang terselamatkan dari urusan cintanya, seharusnya dari dulu tempat ini di berinama “Bukit Asmara” Pasti nantinya tempat ini akan jadi lebih sering dikunjungi oleh anak-anak muda dan remaja yang sedang mendapat masalah maupun yang tidak”
Rupanya dia yang membawa aroma itu ? Sekarang aku sudah mendapatkan jawabannya…Tapi semalam aku tidak bisa tidur gara-gara terus merasakan tusukannya dari belakang kemarin sore…Sekarang aku juga tahu apa yang harus kulakukan. Buru-buru pergi dari sini ? Datang ke rumahnya, terus silaturahmi kepada ibunya yang baru pulang dari rumah sakit. Setelah itu, baru laki-laki ini akan kubuat tidak berkutik didepan orang tuanya sendiri. Senjatanya, tentu saja sebuah rahasia yang disembunyikan dia dari orangtuanya selama ini.
“Kamu..? Bukankah selama ini sedang jaga ibu mu di rumah sakit?” Wiwin sudah sangat yakin, bahwa hari ini ia bakal bisa balas dendam kepada Kamal yang menduakannya.
“Kita sudah pulang. Ibu sudah dirumah. Alhamdulillah ibuku masih diberi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga” kata Kamal agak berbata
“Kalan jalan yang menuju rumah kamu, yang kiri atau yang kanan?” Wiwin memulai atas tujuan buruknya
“Kamu mau ke rumah aku ya?” Pas menyebut aku, Kamal menepuk dadanya. Yang di tanya mengangguk. Kamal pun kali ini langsung mengangkat ke dua tangannya memuji sang pencipta.” Alhamdulillah, akhirnya ibu akan bertemu dengan orang yang menjadi obsesinya”
Matahari baru muncul dari selak-selak dua gunung ketika mereka meninggalkan bukit “Ci Curug”. Burung brenjak dan pipit pun masih pada mandi, sayapnya bergeleparan di atas dedaunan yang ber ebun. Sambil di iringi merdunya kicauan burung, perjalanan mereka satu jam kemudian sampai di tujuan.
“Mal…? Mal…? Ternyata calon istri kamu itu cantik sekali ? Pantesan dulu kamu bilang kalau tidak bisa mendapatkannya lebih baik mati ?” Sesampainya di rumah, Wiwin langsung di ciumi oleh Bu Arum.
Menyusul suaminya. “Ibu sih, kerjanya hanya di rumah melulu. Jadi pantas kalau terlambat mengetahui calon mantu. Lima hari yang lalu bapak malah di tolong ngambil dompet yang jatuh oleh bidadari ini. Padahal ketika itu bapak mau jemput nak, supaya menemani Kamal jaga ibu di rumah sakit’
“Maaf…, selama ini saya memang sudah sering mengecewakan semua orang di rumah ini.” Hanya itu yang mampu di ucapkan Wiwin. Setelah itu ia lari dan masuk ke sebuah kamar. Terus disana ia menangis sejadi-jadinya.
Di hadapnya terjadi hal yang tidak terduga, Kamal menghela nafas, merasa terharu sekaligus bahagia. Kemudian di dalam hatinya bergumam. “Semua kebeneran harus di ketahui Wiwin hari ini. Sekarang aku harus mendekatkan dia ke yang satunya. Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Bagaimanapun dampaknya, aku harus menerimanya dengan lapang dada.”
“Win, kalau kamu sudah tenang, nanti buka dan lihat isi laci meja yang ada disamping kamu itu. Ini kamarku…Tempatku merenung dan berkhayal apabila sedang ingat masa lalu…Selain mengenai kedua orangtuaku, hari ini kamu harus mengetahui satu hal juga. Meja itu meja belajarku waktu SMA.
“Mengapa mesti nanti ?” alasan Wiwin kemudian menarik bandul laci meja disampingnya.Tapi setelah lacinya baru dibuka setengah, dalam benaknya langsung melintas sebuah adegan-adegan siyur. Air muka Wiwin tidak akan mendidih kalau seorang playboynya bukan laki-laki yang ada didepannya.
“Jumlah surat yang ada dilaci ini tidak sedikit. Aku tidak menyangka, ternyata kamu yang selama ini kelihatan lemah itu sebenarnya seorang play boy kelas kakap “
“Dari mulai aku puber sampai sebelum bertemu dengan kamu, disekelilingku memang selalu banyak wanita yang ingin dibalas cintanya…Sekarang kamu sudah tahu… Sebelum tidur, kadang aku suka berpikir, mengapa untuk mendapatkan kamu begitu sulit ? Tapi terhadap kamu pun sekarang aku tidak terlalu banyak berharap…Tadi aku membaca sebuah pesan didalam handphone ini. Yang namanya Indra mau terapi kakinya disini. Dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan fisiknya jadi cacat. Catatan bagiku; dia mengalami kecelakaan itu setelah aku masuk dalam kehidupan kalian. Apakah itu suatu kebetulan, atau ada yang mengganggu pikirannya selama ini…? Handphone ini sebetulnya milik kamu. Tadi aku mengambilnya ketika benda ini jatuh dari saku baju kamu saat kamu meninggalkan bukit dengan terburu-buru…Sekarang termalah benda berharga milik kamu ini. Ternyata didalamnya banyak kata-kata cinta yang sangat romantis juga.”
Untuk beberapa saat, Wiwin hanya termenung. Menurutnya, andai semua ini suatu permainan, skor sekarang sudah imbang satu-satu. Ia juga tidak akan menampik kalau ada yang mengatakan mendua cinta. Memang selama ini ia tidak setia dengan pasangan yang sudah dijodohkan oleh ayahnya ini. Tapi mengapa disaat hatinya mulai terbuka malah ter ungkap sesuatu yang membuatnya jadi terkejut dan sekaligus mengecewakannya
“Ayo ambil Win…Aku tahu semua ini diluar keinginan kamu…Sebenarnya aku juga tidak mau kalau harus kehilangan kamu gara-gara semua kejadian hari ini…Tapi masa laluku lebih penting buat kamu untuk mengetahuinya, karena tidak tahu kapan, mengenai masalah ini, pasti akhirnya akan terbongkar…Jadi tak apalah semuanya diketahui kamu sebelum terlambat…Karena setelah semuanya jelas, sekarang kamu juga pasti jadi bisa menimbang-nimbang, siapa sesungguhnya diantara kami berdua yang lebih pantas untuk mendampingi hidup kamu ”
“Sini…!” Setelah sekian lama dibiarkan, Wiwin akhirnya mengambil handphonenya yang disodorkan Kamal. Tapi ternyata setelah alat komunikasi itu ada ditanyannya, ia langsung mengeluarkan kartunya dan menghancurkannya. Disini Kamal juga telat mengantisipasi. Dia hanya bisa ikut menyesal.
“Kenapa suatu benda yang sangat penting bagi seseorang kamu rusak Win ?”
“Tujuanku sudah pasti supaya dia tidak bisa menghubungiku lagi”
“Kenapa…? Bukankah dia itu orang yang selama ini belum bisa kamu lupakan ?”
“Untuk kamu sebetulnya selama ini aku sudah merenda sebuah sal yang terbuat dari cintaku yang paling tulus…Setelah ibumu pulang dari rumah sakit, tadinya aku juga niat menjenguknya tanpa harus dijemput kamu…Tapi hari ini benang-benang yang sudah kurenda dan hampir selesai itu sudah pada putus lagi…Dan penyebabnya bukan koleksi surat masa lalu kamu itu, melainkan seorang perempuan yang kemarin bersama kamu.”
“Win, mohon dengarkan penjelasanku kalau mengenai dia…Diantara kami tidak ada hubungan apa-apa. Dia saudaraku. Kemarin memang dia kesini menjenguk ibu, dan pulangnya aku antar sampai keperapatan.”
“Jadi maksud kamu, sekarang aku tidak perlu cemburu atau merasa jadi korban seperti perempuan perempuan dimasa lalu kamu…? Tidak…!Soalnya selama ini aku belum pernah dengar ada maling yang mengaku dirinya maling di depan orang-orang yang sudah menangkapnya basah….Lagian tadi aku kesini bukan untuk kamu, melainkan untuk ibumu yang sudah pulang dari rumah sakit…Kemudian ditambah tadi katamu sudah tidak begitu mengharapkan aku lagi…Jadi buat apa sekarang aku berlama-lama disini ! Karena itu artinya sama dengan aku hidup dan bernafas dikamarnya seorang playboy yang belum insaf”
“ Wiwiiiin…! Wiwiiiin….!”
Ketika Wiwin memutuskan untuk pergi, ternyata Kamal langsung memangilnya dan mengejar. Tapi pas sampai diambang pintu, ia berpapasan dengan orangtuanya. Kamal yang sedang mengejar Wiwin akhirnya langsung ditahan mereka .
“Biarkan dia pergi. Kamu jangan mengejarnya…Kalau kamu terus mengejarnya, hanya akan membuatmu capek. Karena kedatangannya kali ini ternyata bukan untuk kamu”
“Sekarang ibu dan ayah sudah tahu, kalau selama ini sebenarnya Wiwin belum bisa menerima saya ?”
“Iya Mal, sekarang kami sudah tahu semuanya…Tadi secara tidak sengaja, kami mendengar keributan kalian…Kenapa Mal, kamu itu selama ini membohongi kami kalau memang Wiwin belum bisa menerima kamu…? Sekarang ibu melarang kamu mengejarnya, hanya ada satu alasannya. Yaitu, memberi kesempatan padanya umtuk berpikir… Cara kamu untuk mendapatkannya dulu memang sudah salah. Dengan kita memberi tempat tinggal untuk ayahnya serta mencukupi segala kebutuhannya, mungkin Wiwin juga selama ini jadi merasa dirinya dijerat. Dan kita sekarang harus memaklumi perasaannya.”
“Hari ini tanpa diduga-duga dia datang kemari, ayah sendiri sebenarnya masih ingin memanjakannya. Apalagi ketika mengingat tempo hari dompet ayah yang jatuh dan uangnya banyak itu diselamatkan olehnya…Ayah ingin sekali berterimakasih dengan memberinya hadiah materi yang bernilai…Tapi kini dia memutuskan untuk pergi. Ya sudah.., kita luluskan saja keinginananya meski pun itu sangat mengecewakan buat kita.“
“Dan ada satu hal lagi Mal…” Bu Arum menyambung lagi perkataan suaminya untuk yang terakhir. “Mulai sekarang, kamu juga seharusnya lebih dewasa jangan kekanak-kanakan terus. Maksud ibu, kalau sudah segede kamu, tidak pantas masih suka nangis sambil berderai air mata…Hapuslah sekarang air matamu supaya wajahmu tidak kelihatan jelek ”
Setelah oleh ibunya disindir, ternyata Kamal langsung menghapus air matanya. Dan pada saat ketiganya sedang saling mencurahkan kasih sayang diambang pintu, Wiwin kebetulan menoleh. Melihat ketiga orang ini seperti menyesali kepergiannya, dalam hati gadis ini ternyata langsung bergumam. “Ya Alloh…Ternyata mereka bertiga saat ini sedang menyaksikanku dari ambang pintu…Kalau mengingat apa harapannya selama ini, ingin sekali sekarang aku balik dan menjadi bagiannya…Tapi keluarga Indra yang disana juga pasti harapannya tidak jauh berbeda. Mungkin lebih setelah anaknya mengalami kecelakaan dan cacat…Sekarang hatiku memang jadi tambah bimbang menghadapi mereka berdua…Dan semua ini terjadi setelah aku memutuskan kembali ke Desa” Gumam Wiwin selama menoleh kebelakang. Tapi setelah itu ternyata ia akhirnya meneruskan perjalanannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Iki nurjaman
Yakinlah bahwa cintanya sudah ada untukmu
2022-12-24
9
ilmi maulida
Tenangkan dulu supaya nanti bisa tentukan pilihan
2022-12-16
6
Osi Amelia Rahmah
seorang playboy juga ternyata bisa nangis😗😗😗
2022-11-25
7