INDRA disana sudah bisa menenangkan diri dari kegalauannya. Pada saat yang bersamaan, Wiwin masih menghitung papingblok trotoar yang dilaluinya. Hari sudah mulai gelap. Angin sore menusuk-nusuk. Tapi Wiwin tidak merasa capek dengan perjalanannya karena sambil mendengarkan music yang syairnya :
Berjalan diam-diam ternyata banyak makna
setiap sudut dapat aku lihat
Semua yang tersembunyi
serta merta kubuka
kotor berdebu kumuh dan kusam
seperti apa adanya
Angin menampar-nampar
membuatku terperangah
aku berhenti di kaki bukit
Ranting kring kerontang
patah berderak-derak
sejuta anak sakit dan lapar
menari-nari di mataku, bernyanyi-nyanyi di jiwaku
Gemuruh tanah runtuh menimpa kepala
seiring jerit ngilu menyayat
Gemuruh gumam doa, gerimis air mata
Simpati hanya lewat jendela
Terlampau jauh untuk diraih
Bunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan gelombang
Mereka terus merangkak menggapai batang angin
kita tak melihat ho.. hoo.. ho
Mari kita bersama-sama berkaca
Lihat luka bernanah di wajah kita
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya
Gemuruh tanah runtuh menimpa kepala
seiring jerit ngilu menyayat
Gemuruh gumam doa, gerimis air mata
Simpati hanya lewat jendela
Terlampau jauh untuk diraih
Bunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan gelombang
Mereka coba merangkak menggapai batang angin
kita tak melihat ho... ho ho
Mari kita bersama-sama berkaca
Lihat luka bernanah di wajah kita
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya
Demikian syair dari album Ebiet G Ade yang berjudul “Berjalan diam-diam”
Ketika perjalanan Wiwin sudah sampai rumah, ternyata gorden-gorden sudah ditutup. Pintu-pintu juga sudah dikunci. Supaya bisa masuk, akhirnya Wiwin berupaya
“Assakamualaikum…Tan… !” tantenya sedang sholat Magrib
“Tok, tok, tok... Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam…” Dari dalam kali ini ada yang menjawab. Dari atas sejadah tante Wati melompat. Setelah pintu di buka. Grep ! tante Wati langsung memeluk Wiwin. Gadis ini sampai tidak bisa nafas karena lehernya terhimpit
“Win kamu dari mana aja ? Dari tadi Tante dan Oom sangat cemas karena kamu yang pergi seharian belum pulang-pulang?”
Sebelum menjawab, Wiwin menghela nafas dulu. Setelah dadanya plong. “”Hari ini saya habis perpisahan sama Indra tan, karena setelah saya pulang kampung, kita tidak akan bisa bersama-sama lagi”
Setelah direnggangkan saat bertanya, grep ! tante Wati mendekap tubuh Wiwin lagi lebih erat. “Kalau hari itu sudah tiba, sama oom dan tantepun kamu itu tidak bisa bersama-sama lagi” alasan tante Wati mendekap Wiwin lebih erat
Dan hari yang sudah diperkirakan bakal menguras air mata itu akhirnya tiba. Sebelumnya ternyata Wiwin menghadiri dulu perpisahan di sekolah. Dengan teman dekat bangkunya Wiwin berpelukan. Sedangkan teman laki-laki yang selama ini menyukainya, orangnya berbuat lucu mewek-mewekan sambil menggisik kedua matanya. Semuanya tertawa merasa terhibur. Kalau ketemannya yang banyak, Wiwin hanya mengacungkan kedua tangannya sambil berjalan mundur. Sebenarnya ia buru-buru. Tapi teman-temannya membalas apa yang dilakukan Wiwin
“Selamat jalan Win…!” kata mereka serempak
Setelah duhur barulah Wiwin siap-siap menuju terminal. Om Anwar dan tante Wati yang mengantar, melihat Wiwin naik bus dengan sebuah tentengan tas di punggunya. Berangkat pukul satu, perkiran tiba di tujuan ba’da asar. Ini sama dengan dulu ketika ia mau liburan.
Ketika bus yang ditumpangi Wiwin mulai bergerak, tante Wati dan Oom Anwar melambai. Wiwin membalasanya dari kaca bus. Makin lama, bus Jurusan Jakarta-Tasikmalaya itu semakit cepat melajunya. Lama-lama menghilang. Tante Wati yang berurai air mata, digandeng oleh Oom Anwar dan diajak pulang,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rizki Pernama
smoga bisa bertemu lagi
2023-01-09
6
ilmi maulida
Jangan sedih
2022-12-29
4
Iki nurjaman
Kita jalani aja hidup ini apa adanya
2022-12-22
5