Tabir Mimpi

KAMAL yang dari kemarin mogok makan, rermangu didepan jendela kamarnya. Ketika pikirannya sedang menerawang jauh, tiba-tiba dari pintu dapur ayahnya keluar dengan dandanan seperti pendekar, Kamal langsung menaruh kecurigaan yang sangat mencemaskannya. “Jangan-jangan ayah mau menyambangi rumah pak Sukma” Pikirnya. Dan karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan, dari kamarnya Kamal akhirnya buru-buru keluar.

Setelah diluar, Kamal menghadang jalan ayahnya “Ayah sudah berpakaian rapi.? Ayah mau pergi kemana.?” Setelah ayahnya berhenti

“Ayah mau kerumah pak Sukma…! Kalau dia dan putrinya sudah membuat kamu jadi menentang sama orangtua sendiri, pasti kamu sudah bisa menebak apa tujuannya.!”

“ Jangan ayah, ayah jangan pergi kesana. Apalagi kalau hanya untuk menyakiti mereka”

“Minggir…! Kamu jangan halangi jalan yang akan dilewati ayah !”

“Tidak ayah..! Kalau ayah tetap akan pergi kesana, terpaksa saya akan lebih membuktikan besarnya rasa cinta saya terhadap gadis itu ! Dan saya siap melawan ayah.!”

“Kalau begitu ayo tahan dorongan ayah !  Sekarang ayah mau nyeburkan kamu kekolam !”

“Au,au,auuu…!”  Kamal yang berusaha agar tidak nyebur kekolam, berteriak.. Tapi memang posisinya sudah lebih dekat kekolan, akhirnya pemuda ini nyebur kekolan dan seluruh bajunya jadi basah serta berlumpur.

“Sekarang pasti akan jauh tertinggal nih.”  Gumam Kamal setelah berhasil manjat lagi keatas. Tapi tekad menyusul ayahnya tetap membara. Itu sebabnya ia lalu buru-buru membersihkan lumpur dibajunya ke pancuran.Setelah bajunya bersih dari lumpur, kemudian ia masuk kerumah untuk mengantinya dengan yang kering. Kaus putih bekas olah raganya tadi pagi, masih melumbuk diatas kasurnya. Kini Kamal mengenakan lagi baju itu. Demikian pula celananya yang basah diganti dengan trening bekas olah raganya tadi pagi pula.

“Pak, barusan ketemu sama ayah saya tidak.?”    Setelah dijalan, Kamal  bertanya kepada orang yang berpapasan.

“Ayah den, barusan naik delman kalau tidak salah lihat.”

“Pasti jauh tertinggal nih, kalau ayah naik delman.”  Pikir Kamal . Tapi ia tidak terus lama berfikir. Setelah berterimakasih terhadap orang itu, kemudian ia melanjutkan lagi perjalanannya.

“Kalau tidak lari, pasti ayah tidak akan terkejar.”  Pikirnya kemudian. Setelah tekadnya dibulatkan, pemuda ini akhirnya berlari. Tapi sekencang-kencangnya lari Kamal, pasti tidak akan secepat larinya seokor kuda. Dan itulah yang terjadi ketika Kamal mencoba menyusul ayahnya.

“Pak Sukma…! Pak Sukma…!”  Pak Kosim yang sudah sampai ditujuan, memanggil manggil. Sepagi ini pak Sukma sendiri sedang siduru, duduk diatas sebuah jojodog. Ketika mendengar diluar ada yang memanggilnya, laki-laki ini kemudian berdiri. Lalu menuju kedepan.

“Siapa ya, sepagi ini yang sudah memanggil-manggil tak sopan.?”  Pikir pak Sukma selama menuju kedepan.

“Eh, juragan rupanya.?”  Kata pak Sukma tsetelah membuka pintu. “Masuk juragan.”

“Pak Sukma…! Mana anak kamu ! Aku sekarang mau membunuh kalian berdua !”

Pak Kosim mencengkram leher pak Sukma

“Ayah jangan ayah…!”     Kamal yang sudah berhasil menyusul ayahnya, berteriak. Pak Kosim ternyata melirik. Terbilang cepat dia menyusulku? Pikirnya.  Dan Kamal sekarang sudah semakin dekat.

“Ayah jangan cari perkara…! Sekarang cepat lepaskan leher pak Sukma…!”

Setelah Kamal datang dan membentaknya, pak Kosim ternyata melepaskan leher pak Sukma..

“Menyingkirlah anak bodoh…! Kamu jangan so, jadi pahlawan demi orang lain!”

Pak Kosim tiba-tiba menendang tubuh Kamal. Orangnya sampai terpental cukup jauh. Borobot, pagar bambu yang tetimpa tubuh Kamal, roboh seketika.

“Ayah benar-benar terwarisi hati binatang…! Aku benci sama ayah…! Aku tidak mau jadi anak orang yang kejam seperti ayah !” kata Kamal sambil meringgis kesakitan.

Pak Kosim semakin membabi buta setelah oleh anaknya dicaci maki.

“Semua ini gara-gara anak kamu Sukma…!” Akhirnya ia meluapkan dendamnya  lagi terhadap pak Sukma..

“Sekarang anakku yang membela kamu sudah nyungsrek ditanah dan tidak berdaya…!Berarti kalau aku mau membunuh kamu, sekarang  sudah tidak ada lagi orang yang bisa menghalangi. Hahaha…!”  Pak Kosim tertawa. Setelah itu kedua tangannya mulai diaktifkan lagi. Sekarang pak Sukma dan Kamal sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi.

“Sebelum aku benar-benar membunuhmu, ayo sekarang kamu baca do’a dulu atau  berwasiat Sukma !”

Leher pak Sukma sudah dicengkram  lagi oleh pak Kosim. Tapi pak Kosimnya masih  banyak berceloteh dan mengulur-ngulur waktu, sehingga orang-orang yang melihat, jadi muncul lagi keberaniannya.

“Jangan sentuh lehernya…! Apalagi menyakitinya…!”

“Siapa kamu…?”   Terhadap orang yang tiba-tiba muncul, pak Kosim melotot. Ternyata orang ini tidak takut.

“Saya putrinya…! Pantas dari Bandung saya mau balik lagi, ternyata ayahku akan dibunuh oleh seorang monster.!”

“E, eh….Kamu berani menyebutku mahluk buas ! Rupanya sekarang harus kamu dulu yang kubunuh itu.”

“Ayah jangan ayah…! Dia itu orang yang aku cinatai.!”    Ketika orang yang sangat dicintainya mau disakiti oleh ayahnya, Kamal yang selama ini sudah tidak berdaya, ternyata jadi ada kekuatan lagi. Agar putri pak Sukma selamat, lelaki itu langsung lari. Setelah sampai ditempat terjadinya insiden, putri pak Sukma lalu dilindunginya, didekap erat.

“Sebelum membunuh dia, bunuh saya dulu ayah…!”  tantang  Kamal kepada ayahnya. Putri pak Sukma yang ada dalam dekapannya sudah mulai menitikkan air mata. Mungkin gadis ini tidak menyangka  dengan semua pengobanan  pemuda itu demi keluarganya.

“Heh ! Bunga Desa ! Jadi kamu ya, yang sudah membuat anakku jadi menentang orangtuanya  itu…! Berarti sekarang harus kamu dulu yang ku bunuh itu…!”

“Tidak…! Jangan…!” Wiwin yang sedang tidur, kepalanya kusak-kusek di atas bantal. Ketika mimpinya semakin menyeramkan. “Tolong….! Tolong…!”    Dikamarnya Wiwin kini berteriak-teriak. Oom Anwar dan tanteu Wati langsung berhamburan dari kamarnya. Setelah sampai dikamar kemenakannya, mereka langsung memburu Wiwin yang sedang ketakutan.

“Win ? Barusan kamu berteriak itu kenapa ?”

“Saya  akan dibunuh orang Tan…Ternyata hanya dalam mimpi “

“Sekarang badan kamu panas ?”  tante Wati merapa kening Wiwin yang keringatan

“Kepala saya memang pusing sekarang Tan. Sebentar ya, sekarang saya mau ngambil dulu air minum”

“Jangan-jangan Win, biar om aja yang ngambil”

Om Anwar yang lebih sayang terhadap Wiwin dibanding istrinya sendiri, keluar lagi untuk mengambil air. Disini posisinya sebagai lelaki mandul yang tidak bisa memberi keturunan dalam rumah tangganya, dibuktikan terhadap orang yang sudah diadopsinya tiga belas tahun lalu. Dikamarnya, tubuh Wiwin mulai menggigil. Agar tidak tambah parah, oleh tante Wati lalu Wiwin diselimbuti selain disuruh memakai mantel yang tebal.

“Tuh om sudah kembali.” Kata tante Wati ketika melihat suaminya sudah kembali membawa segelas air.

“Ayo sekarang minum dulu Win…”  Om Anwar menyodorkan air itu langsung kepada Wiwin.

“Makasih ya Om…Setelah ini sebaiknya om sama tante kembali tidur”

“Ya udah..,kalau begitu sekarang kamu tidur lagi ya…? Memang masih jam satu tuh.”  Tante Wati melihat  ke jam dinding.  yang ada dikamar kemenakannya itu, dimana jarum panjangnya sedang menunjuk tepat ke angka dua belas. Sedangkan jarum pendeknya menunjuk ke angka satu.

“Ya Alloh.., mudah-mudahan mimpi buruk ini bukan pertanda akan terjadi sesuatu yang buruk sama mereka…Dan semoga mereka selalu baik-baik saja. Amin”

Setelah berbaring lagi, Wiwin memanjatkan doa. Setelah kembali ke kamarnya, Om Anwar dan tante Wati saling ungkapkan angan-angannya.

“Mah ? Kok Wiwin tadi berdoanya untuk mereka ya ?  Padahal kita tahu sendiri yang didesa itu hanya ada ayahnya ? Jangan-jangan mah…”

“Maksud papa ada seseorang yang di sayang Wiwin selain ayahnya sendiri ?”

“Tidak tertutup kemungkinan kan mah kalau dia tertarik oleh pemuda lain yang lebih segalanya dari nak Indra?”

“Sudah ach pah jangan menyulut ketakutan sendiri.. Kalau Wiwin sampai mencampakkan nak Indra, itu sama saja dengan membunuh karier papa diperusahaan papanya  nak Indra. Begitu kan maksud papa ?”

“Ternyata mama mengerti…Selama ini pak Suherman sangat baik sama papa itu karena nak Indra sangat mencintai Wiwin kan?”

“Mama kan udah bilang. Sebaiknya papa jangan terpengaruh dengan makna doa yang dipanjatkan  Wiwin tadi…Waktu disuruh mengamankan dompetnya oleh nak Indra, dia masih memperlihatkan kesetiaannya kan?”

“Ya udah…Kalau begitu sebaiknya sekarang kita cepetan tidur lagi. Sebab filling papa, nak Indra yang akan mengambil dompetnya yang tadi ketinggalan itu, kemarinya pasti bakal masih pagi ”

“Nah, sekarang baru sadar kan kalau laki-laki itu mudah  takluk didepan wanita. Termasuk nak Indra yang pasti udah kangen sama Wiwin tentunya “   Tante Wati setengah bercanda. Dan ternyata selain langsung mesum, pikiran Omm Anwar langsung melayang ke anak majikannya itu.

Terpopuler

Comments

ilhampermana

ilhampermana

Itu karena kepikiran dia terus kali?🐷🐷🐷

2022-12-12

8

Iki nurjaman

Iki nurjaman

kata2 nya masih mengiang🎶🔊🔊

2022-11-30

5

Osi Amelia Rahmah

Osi Amelia Rahmah

makanya kl mau tidur baca doa dulu😪😪😪

2022-11-27

7

lihat semua
Episodes
1 Gadis Penakluk
2 Mencari Cinta
3 Persaingan dua pemuda
4 Bertemu Teman Lama
5 Citranya Buruk
6 Tidak Mendapatkan Restu
7 Tabir Mimpi
8 Sikapnya Jadi Berubah
9 PR hukuman dari sekolah
10 Surat dari desa
11 Calon Menantu Idaman
12 Perpisahan
13 Apel Pertama
14 Apel Kedua
15 Masih Plin Plan
16 Habis Kesabaran
17 Ketika Di Hatinya Ada Celah
18 Bimbang
19 Hatinya Mulai Terbuka
20 Pengorbanan Orang Tua
21 Cintanya Bersemi
22 Do'a Ibu
23 Bahagia Di Atas Penderitaan Orang Lain
24 Hari Bahagia Datang
25 Malam Pertama Di Lewatkan
26 Terlambat Menyadari
27 Kerasnya Hidup Di Luar
28 Hikmah
29 Pesonanya Masih Ada
30 Di Uji Kesetiaan
31 Generasi
32 Bunga Desa
33 Melebarkan Sayap
34 Skenario Ulang Tahun
35 Weekend Di Rumah
36 Liburan Ke Desa
37 Suatu Malam
38 Sajian Pagi
39 Malas Pulang
40 Menyambut Pagi
41 Antara Bisnis Dan Urusan Pribadi
42 Makan Malam Romantis
43 Trauma Sakit Parah
44 Hadiah Fantastis
45 Ngidam Buah
46 Satu Burung di Incar Dua Pemburu
47 Jalinan Cinta
48 Suami Siaga
49 Dua Sahabat
50 Misi Balas Dendam
51 Janji Setia
52 Cerita Masa Lalu
53 Kehidupan Dua Rumpun
54 Dalam Penantian Bagian 1
55 Dalam Penantian Bagian 2
56 Dalam Penantian Bagian 3
57 Dalam Penantian Bagian 4
58 Kebersamaan
59 Ujian Bagian 1
60 Ujian Bagian 2
61 Ujian Bagian 3
62 Ketika Hati Sedang Hampa
63 Pasca Peristiwa Bagian 1
64 Pasca Peristiwa Bagian 2
65 “Haruskah Maafmu Kutebus Dengan Nyawa”
66 Membuka Lembaran Baru
67 Menjalani Hari
68 Video Call Terakhir
69 Saat Berduka
70 Ngerumpi Tentang Idola
71 Rumah Duka
72 Oma Dalam Kenangan
73 Penantian
74 Di Blik Wanita Karier
75 Penyesalan Galang
76 Boomerang
77 Hadiah Unik Untuk Teman
78 Akibat Gesekan Masa Lalu
79 Surat Pengunduran Diri
80 Meninggalkan Profesi
81 Perginya Orang Yang Berprestasi
82 Tiba Di Kota Tujuan
83 Beradaptasi
84 Guncangan Jiwa
85 Zonk Dalam Pernikahan
86 Resep Spesial
87 Cinta Pertama Dan Kedua VS Istri
88 Istri Sholehah
89 Akhir Cinta Kedua
90 Bertahan Demi Cinta
91 Prahara Rumah Tangga
92 Foto Wedding
93 Undangan Resepsi
94 Pendiriannya Masih Goyang
95 Safari
96 Ziarah Kubur
97 Nostalgia
98 Tamu Tak Terduga
99 Ketulusan
100 Islah Masal
101 Episode Ending Kejutan Dari Mantan
102 Berbagi Cerita
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Gadis Penakluk
2
Mencari Cinta
3
Persaingan dua pemuda
4
Bertemu Teman Lama
5
Citranya Buruk
6
Tidak Mendapatkan Restu
7
Tabir Mimpi
8
Sikapnya Jadi Berubah
9
PR hukuman dari sekolah
10
Surat dari desa
11
Calon Menantu Idaman
12
Perpisahan
13
Apel Pertama
14
Apel Kedua
15
Masih Plin Plan
16
Habis Kesabaran
17
Ketika Di Hatinya Ada Celah
18
Bimbang
19
Hatinya Mulai Terbuka
20
Pengorbanan Orang Tua
21
Cintanya Bersemi
22
Do'a Ibu
23
Bahagia Di Atas Penderitaan Orang Lain
24
Hari Bahagia Datang
25
Malam Pertama Di Lewatkan
26
Terlambat Menyadari
27
Kerasnya Hidup Di Luar
28
Hikmah
29
Pesonanya Masih Ada
30
Di Uji Kesetiaan
31
Generasi
32
Bunga Desa
33
Melebarkan Sayap
34
Skenario Ulang Tahun
35
Weekend Di Rumah
36
Liburan Ke Desa
37
Suatu Malam
38
Sajian Pagi
39
Malas Pulang
40
Menyambut Pagi
41
Antara Bisnis Dan Urusan Pribadi
42
Makan Malam Romantis
43
Trauma Sakit Parah
44
Hadiah Fantastis
45
Ngidam Buah
46
Satu Burung di Incar Dua Pemburu
47
Jalinan Cinta
48
Suami Siaga
49
Dua Sahabat
50
Misi Balas Dendam
51
Janji Setia
52
Cerita Masa Lalu
53
Kehidupan Dua Rumpun
54
Dalam Penantian Bagian 1
55
Dalam Penantian Bagian 2
56
Dalam Penantian Bagian 3
57
Dalam Penantian Bagian 4
58
Kebersamaan
59
Ujian Bagian 1
60
Ujian Bagian 2
61
Ujian Bagian 3
62
Ketika Hati Sedang Hampa
63
Pasca Peristiwa Bagian 1
64
Pasca Peristiwa Bagian 2
65
“Haruskah Maafmu Kutebus Dengan Nyawa”
66
Membuka Lembaran Baru
67
Menjalani Hari
68
Video Call Terakhir
69
Saat Berduka
70
Ngerumpi Tentang Idola
71
Rumah Duka
72
Oma Dalam Kenangan
73
Penantian
74
Di Blik Wanita Karier
75
Penyesalan Galang
76
Boomerang
77
Hadiah Unik Untuk Teman
78
Akibat Gesekan Masa Lalu
79
Surat Pengunduran Diri
80
Meninggalkan Profesi
81
Perginya Orang Yang Berprestasi
82
Tiba Di Kota Tujuan
83
Beradaptasi
84
Guncangan Jiwa
85
Zonk Dalam Pernikahan
86
Resep Spesial
87
Cinta Pertama Dan Kedua VS Istri
88
Istri Sholehah
89
Akhir Cinta Kedua
90
Bertahan Demi Cinta
91
Prahara Rumah Tangga
92
Foto Wedding
93
Undangan Resepsi
94
Pendiriannya Masih Goyang
95
Safari
96
Ziarah Kubur
97
Nostalgia
98
Tamu Tak Terduga
99
Ketulusan
100
Islah Masal
101
Episode Ending Kejutan Dari Mantan
102
Berbagi Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!