TUDUNG saji yang isinya tetap utuh dibuka pak Kosim setelah jalan-jalan sebentar dibelakang rumah. Ini sudah hari ketiga, pikirnya. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa anaku satu-satunya mati sia-sia kerena keangkuhanku.
“Kamu tidak sambut ayah…Mal ?” kata pak Kosim ketika akhirnya memutuskan masuk ke kamar anaknya. “Padahal hari ini ayah akan melamar gadis itu untuk kamu .”
“Ayah pasti bohong…! Semua itu pasti agar aku mau makan ! Tapi asal ayah tahu, sampai kapanpun aku tidak akan menyentuh makanan yang sudah disediakan ibu.!”
“Kalau ayah tidak bohong mau melamar gadis itu untuk kamu.?” Perempuan yang sudah melahirkannya, menyentuh bahu Kamal. Ternyata kali ini pemuda itu mau memutar tubuhnya.
“Apa semua itu benar bu.?”
“Kapan ibu pernah bohong sama kamu…? Hari ini ayah memang akan melamar gadiis itu untuk kamu Mal.?”
“Ayah..,apa benar kata ibu.?”
“Kata ayah tadi juga apa ? Tapi kamu lebih percayanya sama ibu. Ayah jadi sedih.”
“Kalau begitu maafkan saya ayah…Sekarang saya juga jadi lapar…Ada nasi yang hangat tidak bu.?”
“Nasi yang hangat ada dimeja makan…Jadi cepat sekarang kamu keluar. Tinggalkan kamarmu”
“Pasti ayah…Anakmu ini kan udah tiga hari nggak makan. Jadi sebagai gantinya sekarang saya akan makan yang banyak.” Kata Kamal sambil menyingkirkan selimbut yang selama ini selalu membalut badannya. Kerena perutnya selama tiga hari memang tidak di isi nasi kecuali air, setelah dimeja makan, ternyata makannya itu lahap sekali. Nambah lagi dan nambah lagi.
”Mal, ayah mau berangkat sekarang…Do’akan agar semuanya lancar sesuai dengan keinginana kamu.”
“Iya ayah…Selama ayah pergi, saya pasti akan terus berdoa disini…”
***
“BEGITULAH ceritanya pak Sukma…Setelah saya mau melamar putri pak Sukma, ternyata anak saya jadi mau makan, dan tidak mengurung diri lagi.” Sesampainya ditujuan, pak Kosim langsung menyampaikan maksud dan tujuannya, yang diawali serta diakhiri dengan menceritakan mengenai anaknya.
“Tapi juragan….”
“Tapi apa pak Sukma…Lagian mulai sekarang, pak Sukma itu jangan memanggil saya dengan sebutan itu. Kan kita nanti akan besanan. Sekarang putrinya sedang tidak ada, yang dimaksud pak Sukma itu.?”
“Iya jura…eh, pak Kosim.”
“Putrinya memang sedang pergi kemana pak Sukma. ? Tidak usyah disusul kalau memang dia sedang ada keperluan.”
“Maksud saya..,Wiwin anak saya itu sudah lama tidak tinggal bersama saya.?”
“Lalu selama ini dia tinggal bersama siapa.?”
“Dengan tantenya dibandung…Dia malah sekolah disana…Itulah yang selama ini saya syukuri atas dia pak. Putri saya ternyata bisa sekolah tinggi tidak cuma SD. Kemarin-kemarin dia ada disini itu sedang liburan ju…Eh pak Kosim.”
“Kasihan kamu Mal…Keinginan kamu ternyata tidak bisa terpenuhi hari ini. Gadis yang selama ini kamu kejar-kejar itu ternyata selama ini tinggal dibandung. Dan dia masih sekolah disana.” Gumam dalam hati pak Kosim selama dalam termenungnya yang tidak sebentar. Pada saat yang bersamaan, orang yang sedang dibicarakannya, ternyata sudah mulai lagi masuk sekolah. Tapi belajarnya hari ini tidak konsentrasi, dan wali kelasnya memperhatikan.
“Wiwin Sukma Dikarta, coba sekarang kamu jelaskan uraian bapak tadi menurut pendapat kamu sendiri.”
Ketika disuruh menguraikan yang ia tidak tahu, Wiwin langsung lurak lirik kesemua teman-temannya. “Apa? Apa?”
“Gerrr .” Gadis itu akhirnya jadi bahan tertawan teman-temannya,
“Pak…! Beri hukuman aja…!” Orang yang selama ini menyukai Wiwin, usul.
“Terntu saja akan bapak beri hukuman.”
“Huuuuh….” Anak-anak riuh lagi semuanya.
“Apa hukumannya Pak…” Seorang siswa yang menyukai Wiwin itu, penasaran.
“Tidak berat…Bapak hanya akan memberinya PR dari pelajaran hari ini.”
“Huuuuh….” Anak-anak riuh lagi. Tapi kali ini sorakannya bukan untuk Wiwin, melainkan untuk orang yang kecewa.
“Saya kira mau disuruh disko didepan kita pak.”
“Maunya kamu donk Rendi.” Kata anak-anak hampir bersamaan. Didalam kelas itu kembali riuh. Kejadian ini tetap dibiarkan oleh wali kelas karena sebentar lagi sudah waktunya pulang. Dan begitu lonceng sekolah sudah berbunyi, yang lain terus bubar berhamburan keluar. Sedangkan Wiwin menghadap dulu wali kelasnya untuk mengambil lembar kerja.
Terbenani dengan sebuah tugas berat, untuk Wiwin ternyata jadi lupa banyak hal. Sasampainya dirumah, seragamnya bahkan tidak dibuka dulu. Tentang PR nya ia lalu kerjakan dengan khusu. Perhatiannya, kadang kebuku pelajaran, kadang kelembar tugasnya. Dan kalau sudah ada yang cocok, baru PR nya diberi jawaban. Sedangkan untuk yang sulit, ia lalu membuka lagi buku pelajarannya.
“Kenapa Wiwin ganti seragamnya lama ya.?” Tantenya yang biasa makan bareng kalau kemenakannya sudah pulang sekolah, dibuatnya heran. Sedangkan Wiwin, masih juga tekun dengan tugas PR nya.
“Oh, pantes sekarang sekolahnya jadi pindah kerumah…? Sejak kapan ya, pihak sekolah teken kontraknya.?” Komentar tante Wati ketika memutuskan pergi kekamar Wiwin.
“Tante udah lama ya, nunggu saya.?” Wiwin ternyata sadar bahwa saat ini jadualnya makan siang yang sudah ruthin mereka lakukan setiap hari.
“Gara-gara ini tan…Maafkan saya ya.?” Mungkin supaya tantenya mengerti, Wiwin lalu memperlihatkan PR nya itu.
“Yang diberi tagas ini, cuma saya.” Kata Wiwin
“Pantesan kamu bersemangat dalam mengerjakannya.?”
“Khusus hari ini hingga malam, saya mau minta waktu sama tante. PR nya silit-sulit tan. Sedangkan dibawanya harus besok. Bisa kan tan .?”
“Yaya..,.Khusus hari ini hinga malam, tante tidak akan memberi kamu pekerjaan…Dan selama PR nya belum selesai, kami tidak akan mengganggu kamu.”
Kalau malam, memang mereka suka membiasakan nonton TV bareng. Ya. Mungkin seperti itulah kalau keluarga kecil yang tidak dikaruniai anak agar mendapat kebahagiaan.
***
RASA tanggung jawab Wiwin atas kesalahannya waktu disekolah tadi siang, benar-benar dijadikan pelajaran oleh gadis ini. Bukan hanya sekedar basa basi, kalau ia tidak mau diganggu oleh siapaun sebelum tugasnya tuntas. Dikamarnya lampu neon dua puluh lima watt, menyala terang. Kalau mengerjakan tugas, tidak jauh berbeda dengaan tadi siang. Dua buku dihadapinya. Sedangkan yang berbeda. Mikirknya untuk yang silit, jadi suka dibarengi hati kurang sabar.
“Kalau yang nomor sepuluh, apa ya jawabannya.? Sulit banget…? Coba cari dulu dalam buku catatannya ach…Tapi kalau tetap nggak ada, mungkin aku nyerah aja.”
“Toot…! Toot….!” Pada saat dikamarnya Wiwin sedang menghadapi PR yang sulit, bel dirumah tiba-tiba berbunyi. Tante Wati kedepan mau melihat yang datang. Setelah pintu dibuka, ternyata orang yang diluar itu langsung disapanya..”Nak Indra rupanya.?”.
“Iya tante…” Karena sudah seperti keluarga, ternyata Indra langsung masuk.
“Wiwinya ada tante.?”
“Ada nak In, sedang gerjakan PR…Sebentar, sekarang tante mau ngasih tahu dulu Wiwin ya?”
Indra mengangguk. Dan ketika tante Wati kekamar Wiwin, ternyata orangnya sedang memegangi kepalanya gara-gara PR nya yang sangat sulit itu.
“Win, ada nak Indra tuh.”
“Suruh nunggu aja tan.”
“PR nya belum terisi semua ya.?”
“Iya…Sampaikan juga itu sama Indra.”
Pesan dari kemenakannya disampaikan tante Wati setelah kembali kedepan..” Tunggu aja katanya nak In, Wiwinnya masih mengerjakan PR.”
“Berarti kedatanganku kurang tepat.” Pikir Indra. Ketika ia sedang termenung, tiba-tiba Oom Anwar muncul.
“Eh, ternyata ada nak Indra.?”
“Iya Oom….Tapi Wiwinnya masih mengerjakan PR katanya.”
“Memangnya nak Indra mau mengajak Wiwin pergi.?”
“Kalau Wiwinnya nggak keberatan, tadinya mau diajak kerumah sebentar.”
“Mau bertemu sama orangtua kamu maksudnya In.?” celetuk Wiwin yang muncul tiba-tiba. Dan meskipun gadis ini akhirnya meninggalkan satu PR nya yang paling sulit itu, mukanya tetap ketut didepan Indra
“Kamu itu sekarang benar-benar sudah berubah Win.” Indra yang memandangnya, memponis.
“Nak In, sekarang kalian ngobrol aja dulu diruang tamu ya? Tante mau kedalam sekarang”
“Iya nak In. Karena Wiwinnya udah ada, oom juga mau mengerjakan tugas lagi ya ?”
Situasi seperti ini, tante Wati dan Oom Anwar ternyata sama-sama tidak mau ikut campur
“Iya Oom, Oom dan tante sebaiknya jangan terganggu atas kedatangan saya. Selesaikan aja tugasnya.” Indrapun memang ingin mengungkapkan angan-angannya berdua saja dengan yang bersangkutan
Selama Oom dan tantenya masih terlihat, ternyata Wiwin tidak mau bicara dan tetap diam.
“Sekarang mereka udah nggak ada In. Mungkin kamu mau mengemukakan unek-unek sama aku.?” Kata Wiwin ketus
“Sekarang kamu jadi berubah Win…Tepatnya semenjak kamu pulang dari liburan…Apakah itu karena ada orang lain dihati kamu selain aku.?”
“Apa hanya itu unek-uneknya ?”
“Kalau aku tidak mau kehilangan kamu ? Ya, hanya itu saja”
Dalam benak Wiwin tiba-tiba melintas “Jangan lakukan itu…Kalau kamu melakukannya, berarti kamu sudah merendahkan diri kamu sendiri didepanku….Aku tahu kamu tidak mau jadi anak yang durhaka…Turutilah semua perintah ayahmu, kecuali menyuruhnya berlutut dihadapanku itu.”
“Dari pandangan matanya, aku tahu dia itu seperti suka padaku. Yang kamu katakan itu, benar In. Sebenarnya akupun nggak ngerti, kenapa setelah mimpi itu aku jadi selalu ingat kepadanya.” Gumam dalam hati Wiwin setelah pikirannya kembali mengingat sosok Kamal
“Maafkan aku In…” Setelah bathinnya sejenak untuk laki-laki lain, wiwin ternyata minta maaf. Sayangnya Indra tidak tahu apa-apa.
“Maksud kamu, minta maaf untuk apa? Aku nggak ngerti?”
“Minta maaf, mungkin kedepan aku tidak bisa seperti dulu lagi sama kamu.”
“Tolong katatakan lebih jelas lagi Win… Jujur,..,aku masih belum mengerti dengan semua ucapan-ucapan kamu.?”
“Permisi In…Aku udah nggak sanggup…”
“Win, kamu jangan pergi dulu, aku masih ingin bicara…! Wiwin…! Wiwiiin….!”
“Wiwin, kenapa nak In.?”
“Iya, Wiwin kenapa tiba-tiba lari lagi kekamarnya sambil nangis.?”
Om Anwar dan dante Wati berlarian menghampiri Indra yang ditinggalkan Wiwin.
“Wiwin itu seperti sudah tidak mau sama saya lagi Om”
“Maksud nak Indra itu, memang seperti apa yang terlihat ?”
“Saya juga tidak tahu…Oom…? Tante…? Sekarang saya mau pulang aja”
“Ya udah, kalau begitu kita nanti akan tanya Wiwin penybabnya. Nak Indra hati-hati di jalan. Jangan ngebut”
“Iya tan..” Indra ngangguk. Setelah itu ngeloyor pergi
***
“WIEN…Sekarang jujur aja sama oom dan tante. Benarkah kamu menyimpan masalah seperti yang di prasangkakan nak Indra?”
Sebelum menjawab, yang ditanya menghapus dulu air matanya yang bergenang. Setelah penglihatannya tak berkabut. “Itu benar tan. Ternyata selama ini ayah di desa mempunyai beban piutang yang jumlahnya tidak sedikit kalau ukuran kami” Segruk! Setelah itu Wiwin menangis sejadi-jadinya
“Kalau begitu sudahlah sekarang kamu jangan nangis. Utang ayah kamu itu nanti akan kita lunasi “ kata Oom Anwar. Tapi lelaki inipun menepis air matanya sendiri yang tertahan di bibir matanya
Dari bersungkurnya, Wiwin bangkit. “Apa itu benar Oom?”
Oom Anwar mengangguk. “Ya, berapapun utang ayahmu, akan Oom lunasi semuanya. Asal kamu jangan seperti kemarin lagi sana nak Indra”
“Iya Oom. Kalau perlu suruh kemari orangnya sekarang. Saya mau minta maaf “
Keesokan harinya Indra datang. Pemuda ini sangat senang mendengar kabar dari Oom Anwar. Yang di apelinya belum ke luar dari kamar, terus ditunggu. Dan ternyata tante Wati yang pertama kali melihat kemunculan Wiwin
“Tuh orangnya sekarang muncul “ celoteh tante Wati
“Maaf ya In, nunggunya lama” Kata Wiwin seperti yang diharapkan Indra
“Memangnya kamu apa dulu bikin aku bt aja?” Indra menggoda kekasih
Wiwin tidak kalah seru. “Mengerjakan pr dulu “ Grrr semuanya pada tertawa. Terlebih Indra yang sudah berkali-kali apelnya gagal terus. Setelah pemeran utama ada, Oom Anrwr dan Tante Watu lalu pamit. Yang ada disitu akhirnya tinggal Wiwin dan Indra berdua terus bermalam Mingguan sampai larut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Iki nurjaman
Harus kerjakan dengan baik ya supaya tidak di hukum lagi
2022-12-20
8
ilhampermana
Makanya kalau di kelas jangan melamun🐺🐺🐯🐯
2022-12-13
6
ilmi maulida
Gitu donk kalau ama yang kangen
2022-12-11
7