SETELAH muatannya diturunkan sebuah truk parkir di lahan yang kosong. Kuli yang akan mengantarkan kepemesannya, sudah datang tiga orang. Mereka membawa alat pikul dan karung sebagai modal untuk mencari nafkahnya hari ini.
“Pak, bapak jangan kaget kalau nanti kesini ada yang mengantarkan batu-bata, karena kita berencana mau membangun rumah ditanah milik bapak, untuk tempat tinggal bapak.”
“Apa tidak terlalu buru-buru nak? Perjanjian itu kan baru beberapa hari disepakatinya.?”
“Nggak pak…Kita sudah mempertimbangkannya masak-masak…Hari ini saya habis belanja bahan. Tapi baru segini jumlahnya pak.”
“Sudah habis lima puluh juta ternyata nak…? Memangnya apa saja yang sudah dibeli.?”
“Semen dan genting sudah termasuk pak. Kayu untuk kusen juga sudah. Tapi untuk atasan lainnya belum. Kata ayah saya, itu nanti menyusul. Sekarang bon-bon ini dipegang saja sama bapak. Simpan nanti ditempat yang aman.”
“Assalamualaikuum….” Setelah pak Sukma menerima bon-bon yang diberikan Kamal, diluar tiba-tiba ada yang uluk salam. Bon-bon itu tetap dibawa pak Sukma ketika ia mau kedepan.
“Dik Wati…?” Terdengar oleh Kamal setelah pak Sukma membuka pintu.
“Batu-bata diluar itu punya ayah Win, ya.?” Kata yang baru datang, setelah ada didalam.
“Iya dik Wati. Memangnya kenapa.?”
“Ayah Win benar-benar keterlaluan ! Kenapa pinjam uang lagi ?! Sedangkan saya kesini, mau membayar semua utang-utangnya ayah Win. !”
“Sssst..,Jangan keras-keras dik Wati. Orangnya ada disini.”
Kalau tante Wati jadi diam, bukan karena oleh kakaknya sudah dilarang bicara keras, tapi ia melihat Kamal yang seperti bintang flem saking tampannya. Dari dalam Kamal manggut dari tempat duduknya.
“Dirumah ayah Win itu ternyata lagi ada tamu.?”
“Iya tante…Kenalkan, saya Kamal.”
“Wati Anwar Harahap.”
Kamal dan tante Wati besalaman.
“Nak Kamal itu sedang ada keperluan apa ya sama kakak tante.?”
“Pak Sukma aja sebaiknya nanti yang menjelaskan. Tadi saya itu disuruh jangan lama-lama pergi sama ayah saya. Jadi sekarang saya mau pamit.”
“Lho, kok nak Kamal buru-buru pulang ? Padahal ngobrol aja dulu sama orang yang merawat Wiwin dari kecil.” Pak Sukma setengah beriberi tahu Kamal
“Jadi selama ini Wiwin itu tinggal bersama tante.?”
“Iya nak Kamal. Makanya sekarang kita ngobrol dulu. Tante juga senang bisa bertemu dengan orang setampan nak Kamal.”
“Lain kali aja tante kalau ada kesempatan. Sekarang saya pamit dulu sama semuanya. Assalamualaikum…”
“Waalaikum’salam….”
“Siapa sebenarnya pemuda itu ayah Win.? Sekarang semuanya jelaskan ! Apa tujuannya kemari ?! Anak siapa dia ?! Dan sejak kapan ayah Win akarab dengannya.?!” Tanya tante Wati setelah Kamal tidak ada.
“Sekarang dik Wati minum aja dulu. Setelah perjalanan jauh, dik Wati pasti capek dan haus. “
Karena iya, akhirnya tante Wati menuangi air yang teko serta gelasnya sudah ada diatas meja. Lalu rasa hausnya di obati.
“Nah, kalau dik Wati sudah minum, kita tinggal ngobrol sekarang. Pemuda itu sebenarnya putranya pak Kosim dik Wati. Pak Kosim itu seorang juragan tanah yang kita punya utang piutang selama ini. Tapi setelah putranya yang tadi ditunangkan sama Wiwin, ternyata semua utang piutang kita itu akhirnya dibebaskan. Terus sekarang rumah ini akan dibangun yang tidak akan lama lagi dilaksanakannya.”
“Ayah Win itu gimana…? Kenapa berani menjodohkan mereka tanpa sepengetahuan kami…? Wiwin itu disana sudah punya tunangan ayah Win.?”
Burudul! Bon-bon yang sedang dipegang pak Sukma, begitu tante Wati mengatakan disana putrinya sudah punya tunangan, jadi terlepas dan berserakan dilantai semuanya. Sekujur tubuhnya sendiri langsung melemah dan gemetaran. Setelah melihat kakaknya seperi ini, tante Wati akhirnya panik. Lalu memanggil para kuli yang sedang ada diluar.
“Bapak-bapak, tolong dulu kakak saya yang sedang pingsan didalam tuh.”
Ketiganya ternyata langsung berhamburan. Pak Sukma sebenarnya tidak sampai pingsan, barusan. Dan ketika oleh ketiga orang itu seluruh tangan dan kakinya dibalur dengan obat gosok, kesehatannya beranjak pulih.
“Ayah Win kedokter ya.?”
“Kalau pusingnya tetap ada, kedokter aja nanti sore.” Kata pak Sukma suaranya lemah.
Sere harinya pak Sukma akhirnya diputuskan untuk dibawa kerumah sakit. Ketika dirumahnya sedang banyak tetangga yang melayat, Kamal tiba-tiba datang.
“Ada apa ini dirumah pak Sukma banyak orang. ?”
“Pak Sukma sakit den. Sekarang mau dibawa kerumah sakit.” Seseorang memberi tahu Kamal. Entah karena sudah jadi bakal mentuanya, begitu mendengar kabar pak Sukma sakit, pemuda itu langsung membelah kerumunan dan akhirnya menemukan orang yang sedang ditunggui tante Wati.
“Pak. Bapak itu kenapa.?”
Pertanyaan Kamal dijawab pak Sukma dengan air matanya.
“Nak Kamal sudah…Ayah Win yang masih pusing itu sebaiknya jangan dulu banyak ditanya. “ Tante Wati menepis air matanya sendiri.
“Tante, apakah hal ini akan diberi tahukan sama Wiwin.?”
“Tidak nak Kamal. Wiwin itu sekarang sudah masuk sekolah lagi. Pulang dari liburan kemarin aja, dia itu langsung sakit. Dan ketika dipaksakan masuk, disekolahnya pun jadi tidak konsentrasi. Akihnya dia diberi hukuman yang berat oleh wali kelasnya. Malam harinya Wiwin pun lumayan dipusingkan oleh PR nya yang sulit. Akhirnya…Akhirnya….” Aduh ! Hampir aja aku keceplosan.! Pikir tante Wati.
“Akhirnya apa tante. ? Kok bicaranya tidak diteruskan.? Akhirnya Wiwin sakit lagi kan maksud tante.? Terus dia dibawa kerumah sakit.?”
“Tidak nak Kamal, Wiwin tidak sakit lagi. Maksud tante, Wiwin yang masih sekolah itu sebaiknya jangan banyak pikiran. Jadi meski pun ayahnya sudah menjodohkan kalian, sebaiknya nak Kamal jangan dulu ada hubungan kontak apa pun sama Wiwin. Tante janji, kalau dia sudah lulus sekolah, tante akan mengembalikan lagi Wiwin keorang tuanya supaya kalian nanti bisa berbagi.”
“Kalau begitu terimakasih sebelumnya tante. Sekarang saya juga akan janji didepan tante. Saya akan sabar sampai Wiwin selesai sekolahnya. Dan saya tidak akan kontak dalam bentuk apapun sama Wiwin sesuaia janji kita yang sudah disepakati”
Mendengar ikrar janji Kamal, ternyata tante Wati menepis air matanya lagi. Sebaliknya Kamal malah tersenyum lebar karena menurutnya, semua yang diucapkan wanita ini masuk akal dan pasti tidak akan diingkari..
***
LANGIT agak mendung. Tapi sebuah bus yang ditumpangi tante Wati, tetap membuatnya gerah karena tidak ber AC. Wiwin yang sudah ada dirumah karena sekolahnya hari ini setengah pelajaran, melongok kejendela, berdua dengan Indra. Keduanya tampak bahagia sekali dalam kebersamaannya itu.
“Win, kapan-kapan aku pun ingin kedesa kamu . Kalau didesa, banyak pemandangan yang indah yang bisa dilihat, pasti.”
“Sebelum yang jauh, gimana kalau sekarang pandang dulu yang dekat. Di aku, mungkin sekarang ada yang kamu sukai In.?”
“Kalau dikamu pasti banyak Win…Jadi kalau aku mau sekarang, kamu akan merelakan salah satunya, begitu ?”
Sebelum menjawab ternyata Wiwin tersenyum dulu. Indra pun sampai tidak kuat menahan gejolak hatinya. Tapi ketika wajahnya coba didekatkan, yang mau didekatinya buru-buru menghindar.
“Kamu jangan macam-macam ya In ? Karena kalau kamu berani mencuri, akan langsung mendapat tampolan nanti ”
“Yang mau kucuri, kan hanya yang nggak begitu berarti…Dan itu tidak akan melunturkan apapun dari cinta kita Win”
“Haaa… Senamgnya hari ini…Udah semua utang mau dilunasi tante? Dari sekolah pulang setengah pelajaran karena semua gurunya akan rapat. Disini ada sang pangeran, lagi yang tak henti-henti meluncurkan rayuannya.”
Dari depan jendela itu kali ini Wiwin merentangkan kedua tangannya. Kali ini Indra meniru Leonardo Dekaprio saat dia sedang memerankan Jaky dalam film Titanic.
“Oya In, kamu masih ingat nggak waktu kita rekreasi kepantai…Waktu itu kita sama-sama terjatuh karena ombak tiba-tiba saja datang menerjang kita.”
“Waktu itu memang saat-saat yang membahagiakanku. Setelah baju kita sama-sama basah, kamu lalu mengucapkan kata cinta untuk pertama kalinya.”
Tate Wati yang dari kampung sudah tiba dirimah. Dahinya mengerut ketika melihat ada motor di halaman
“Ada motor Indra didepan ? Padahal baru pukul sebelas kurang ? Apa Wiwin hari ini tidak sekolah ya?” pikirnya. Ketika membuka pintu, ternyata tidak dikunci. Jawabannya saat sudah masuk kedalam. Jendela kaca diruang makan terbuka. Kemenakannya dan Indra sedang berkencan disana.
“Kalau liburan bulan depan aku tidak kedesa tapi minta sama kamu untuk liburan lagi kepantai, tante bakal ngizinin nggak ya In.?”
“Tante bakal ngizinin Win.”
“Tante, tante udah pulang ternyata.?”
“Baru aja Win.”
“In, tante udah pulang…Kita buru oleh-oleh nya yuk.?”
Wiwin yang sipatnya manja kepada semua orang, menghambur . Indra mengikutinya berjalan biasa. Setelah sampai kepada Wiwin dan tantenya, ternyata Indra langsung pamit.
“Karena sekarang udah ada tante, jadi sekarang saya mau pergi kuliah.”
“Jadi hari ini nak Indra ada kuliah.?”
“Ada tante…Karena harus mandi dan lain-lain, jadi pamit dulu sekarang.”
“Kalau begitu hati-hati dijalan ya nak In ? Jangan ngebut.”
“Iya tante…Aasalamualaikum…”
“Waalaikum’salam….” Jawab Wiwin dan tantenya. Bareng. Untuk Wiwin diteruskan dengan mengantar Indra yang akan pulang sampai keteras rumah. Setelah orangnya pergi, baru ia masuk lagi kedalam.
“Gimana tan? Udah lunas sekarang semua utangnya ayah ?” tanaya Wiwin setelah dirumah tinggal berdua
“Udah…Semua utang ayah kamu,sekarang sudah lunas ” Terpaksa tante berbohong Win, karena belum waktunya kamu mengetahui masalah ini. Dan mengenai hal itu tante akan merahasiakannya semetara waktu, bukan hanya sama kamu. Tapi sama Oom juga.”
***
ENAM bulan kemudia. Wiwin yang sudah mendapat buku raport semester akhir, keluar dari dalam kelas dengan teman sebelah bangkunya.
“Win, libaran kali ini kamu akan menghabiskannya di Desa lagi ?”
“Nggak Mel…Orangtua pacarku mengajakku liburan ke Bali “
“Wow ! Kamu beruntung banget Win. Punya pacar anak orang kaya, ngajak liburannya tak tanggung-tanggung. Kepulau Dewata “
“Itupun kalau tanteku ngizinin Mel. Kalau nggak, mungkin aku akan cari tempat liburan di dalam kota aja “
Disana Wiwin sudah memutuskan tidak akan mudik. Disini pak Sukma dan Kamal justru sibuk mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kedatangn gadis itu. Bahkan Kamal seharian ini sibuk menata satu ruangan yang berukuran 4x4m. Yang bakal menjadi kamarnya itu nanti, bahkan Kamal sudah membeli tempat tidur, lemari dan meja rias.
Satu hari. Dua hari. Kamal dan pak Sukma terus menunggu. Setelah hari ketiga dan ke empat yang ditunggunya tak kunjung datang, dimalam hari ke lima akkhirnya pemuda itu mengungkapkan isi hatinya kedalam sebuah buku.
Menurut pandangan banyak orang, mungkin derajatku rendah karena sudah berhari-hari menemani lelaki tua yang sedang menunggu putrinya dari kota. Terus malam ini aku memutuskan nginap disini. Sebagai anak muda aku sadar, sangat wajar kalau gadis-gadis disini yang mengenalku mencibir atau menertawakaku. Tapi kalau ku ingat semua ini demi orang yang selalu kucinta sejak bertemu pertamakali, apapun tak kupikirkan kecuali rasa kasihan terhadap ayahnya yang saat ini sedang kecewa karena putrinya yang ditunggu-tunggu tidak datang
Win…Bakal kamar kita seharian sudah kutata…Seprai tempat tidurnya sudah kuhamparkan warna ungu dan diberi pewangi yang tidak membosankan kalau dicium meskipun ber ulang-ulang…Fhoto kamu yang sedang tersenyum dalam figura juga, malam ini sudah ku letakkan di atas meja yang kusimpan dekat jendela…Supaya disini tidak berantakan, aku juga sudah menyimpan sebuah lemari lengkap dengan meja riasnya…Untuk yang satu ini, malah aku sudah menyimpan beberapa pakaianku…Dan di meja rias untuk nanti kamu bersolek, sekarang aku sudah menyimpan sebotol farfumku. Kelak wanginya mungkin akan jadi khas buat kamu setelah kita menjadi suami istri…
Win…Meski pun sekarang aku sudah memutuskan tidak pulang kerumah dan nginap dirumah yang kelak akan jadi tempat tinggal kita berdua, ternyata kekecewaan tetap ada. Mungkin karena dikamarnya tak ada teman untuk ngobrol…Ayah kamu juga tidak berani menggangguku…Mungkin hatinya masih kecewa karena penantiannya menunggu seorang putri kandung yang sangat dibanggakannya telah sia-sia…Harapan aku sendiri untuk bisa bertemu lagi sama kamu, memang sudah menggebu Win…Mungkin karena setelah kita dijodohkan, tante kamu memberi jatah untuk bertemunya hanya satu semester sekali…Ternyata kamu juga orang yang baik dan penurut…Hari ini kamu tidak datang itu karena tantemu mengajak kamu rekreasi ketempat lain yang lebih indah dan berkesan kan Win ? Yah aku turut senang kalau kamu merasa bahagia…Buat aku segala keputusan tantemu memang patut terus kugargai…Karena sebagai calon suami kemenakannya, selama ini aku sudah berusaha tetap baik dan setia itu, untuk seluruh keluarga kamu, bukan untuk kamu saja…
Sekian dulu yang kusampaikan ya Win. meskipun singkat, tapi mudah-mudahan mengenai seketsa rumah yang sudah kusampaikan bisa tergambar sama kamu…Mengenai kondisi yang menempatinya malam ini juga tentunya, kesetiaannya, dan kerinduannya…
Yang selalu setia
Kamal Kamaludin
“Tante…! Tante…!” Wiwin yang sudah membaca surat dari desa, memanggil-manggil dengan suara terkerasnya. Yang dipanggilnya menghapiri tapi tidak sendiri
“Ada apa Win ! Kok kamu manggil tante seperti orang kesurupan !” Oom Anwar marah.
“ Saya begini karena emosi Oom ! Ternyata selama ini tante sudah menyimpan rahasia besar dan membohongi banyak orang!”
“Mah ? Apa benar yang dikatakan Wiwin?!”
“Maafkan mama pah, itu benar...Di Desa, Wiwin sebenarnya sudah di jodohkan oleh ayahnya. Waktu mama mau melunasi utang itu, disana banyak yang sedang ngangkut bahan bangunan. Karena oleh calon besannya, ayah Win mau dibuatkan tempat tinggal yang lebih dari layak huni katanya. Dengan pemuda yang dijodohkannya, ketika itu mama juga bertemu”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Iki nurjaman
Aku tidak mau kehilangan kamu Win
2022-12-21
9
Asvi Raisa
Wiwin tiiidaak tahu ya ia sudah di jodookaan?
2022-12-20
6
ilmi maulida
Jadi tidak tahu di jodohkan?
2022-12-12
8