Citranya Buruk

KAMAL yang sekarang sudah mengenakan baju setelan setelah mandi, termenung di pinggir tempat tidurnya. Hatinya yang hampa, membawanya kealam lamunan.

“Mal, hari ini kamu tagih utangnya pak Sukma ya?”

“Dimana rumahnya pak Sukma, saya tidak tahu ayah”

“Kan kesananya sama mang Kardi. Kamu hanya mewakili ayah aja”

Suatu hari memang Kamal pernah disuruh menagih utang oleh ayahnya. Ia dan mang Kardi lalu pergi boncengan naik motor. Setibanya ditujuan, Kamal sempat bertanya kepada mang Kardi soal apa yang dilihatnya.

“Mang, rumahnya pak Sukma beneran yang ini?”

“Emangnya kenapa den? Karena rumahnya butut dan reyot, jadi kita jangan jadi nagih utangnya?”

“Mau saya memang begitu”

“Sudahlah den, kalau memang aden tidak sampai hati, tunggu saja diluar biar mamang yang masuk”

Ketika itu akhirnya Kamal menunggu diluar, tapi semua perkataan mang Kardi ia mendengar semuanya

“Assalamualaikum…” mang Kardi uluk salam. Ketika itu pak Sukma sedang sholat rakaat terakhir.

“Assalamualaikum…”

“Waalaikumussalam…”kali ini dari dalam ada yang menjawab. Pak Sukma yang sudah selesai sholat melipat sejadannya.

“Tunggu sebentar…” sambil menyimpan sejadah ke atas Kasur butut, Pak Sukma berkata lagi. Setelah itu lelaki tua itu keluar dari kamarnya. Mang Kardi tetap didepan pintu. Sedangkan Kamal sudah menjauh karena sudah dihantui bayangan buruk tentang pribumi.

“Siapa orang diluar ya?” pikir pak Sukma sambil membuka pintu. “Eh jang Kardi gening?” coleteh pak Sukma setelah pintu dibuka.

“Damang jang Kardi?” mang Kardi sehat? Tanya pak Sukma. Tapi jawab mang Kardi. “Cageur”!

“Keterlaluan mang Kardi” gumam Kamal yang menunggu diluar

“Silahkan jang Kardi masuk. Jang Kardi pasti disuruh nagih sama juragan?”

“Syukur kalau pak Sukma sudah ngerti ! Gimana sekarang uangnya ada ? !”

“Boro-boro jang Kardi. Hari ini saya juga tidak pergi kesawah karena meriang panas dingin.”

“Saya tidak menanyakan itu pak Sukma! Tapi menanyakan utangnya bapak !”

“Mang! Yang benerkalau ngomong ! Pak Sukma itu orang yang lebih tua ! Sopanan dikit ke,kalau ngomong !” Kamal memarahi mang Kardi. Pak Sukma kaget ada orang tiba-tiba masuk dan langsung memarahi mang Kardi

“Maaf, aden ini siapa ya?” Tanya pak Sukma sambil terbengong-bengong.

“Saya Kamal pak. Tadi ayah saya menyuruh nagih utang sama bapa. Tapi kalau uangnya belum ada, nyak apa-apa”

“Jadi aden ini putranya juragan Kosim? Kok bapak tidak tahu? Padahal bapak sering kerumah aden?”

“Saya memang jarang dirumah pak. Emm.., kalau dibahas bakal lama. Sedangkan habis dari sini, saya ma terus kerumah teman. Berhubung sekarang sudah sore, saya pamit saja pak. Assalmualaikum”

“Waalaikumusslalam

***

HMM…Aku tahu, kepada siapa sekarang aku harus meluapkan kekesalan yang tidak hilang dari ronggaku ini…” gumam Kamal setelah lamunannya berakhir.

“Ibu…! Ibu…!”    setelah keluar dari kamarnya, Kamal memanggil-manggil

“Ibu disini Mal ! Mau apa ?!”

“Hari ini saya mau keluar bu “  kata Kamal setelah menemukan ibunya. Bu Arum lalu masuk ke kamarnya. Setelah mengambil uang dari dompetnya, lalu ia menemui lagi Kamal. Yang memang ke ibunya mau minta uang. “Segini aja ya Mal, uangnya mau dipakai bayar upah pegawai oleh ayah”

“Ya, ngak apa-apa”

Setelah diberi uang oleh ibunya, Kamal pun langsung pergi. Tapi entah kenapa dengan kepergiannya kali ini, bu Arum jadi tidak enak perasaannya. Ketika menegarkan hatinya sambil memegang kusen pintu, sepintas seperti yang sedang mengiringi keberangkatan anaknya. Bi Ijah yang ada penting kepada majikan pun, selama Kamal yang pergi masih terlihat, ia belum berani mengganggu majikan yang sedang berat termenung.

Dari ambang pintu, sekarang bu Arum beranjak. Karena anaknya yang pergi sudah tidak terlihat ditelan sebuah tikungan.

“Bu ? Nganterinya saya dan suami saya mau berangkat sekarang”

“Segala sesuatunya sudah beres Jah ?”

“Sudah bu…Nasi untuk juragan juga sudah saya pisahkan dalam rantang dengan lauk pauknya…Piring-piring sudah dimasukkan dalam telombong. Bahkan ikannya sudah saya hangatkan lagi tadi…Sekarang kami tinggal berangkat saja bu”

“Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan. Maklum kemarin turun hujan. Mungkin sekarang jalannya masih becek”

Setelah berpamitan kepada majikan, bi Ijah dan mang Kardi akhirnya berangkat ke sawah untuk nganteri para pegawai. Setelah dirumah lengang, bu Arum jadi tambah kuat merasa tidak enak perasaannya. Supaya tidak tambah menjadi-jadi, akhirnya perempuan itu mengambil sebuah lap. Kemudian pergi ke kamar anaknya.

“Meja dikamarnya, biasanya suka debuan “ Alasan bu Arum membawa lap ke kamar Kamal. Tapi sesampainya dikamar, perempuan ini malah tersanjung yang tidak sebentar. Fhoto anaknya dalam figura, sangat tampan dan ia baru mengetahuinya sekarang.

“Ya, aku yakin aku tidak salah lihat…Dia memang orang yang bertemu diperapatan, dan fhotonya beberapa hari lalu ada di studio ?”    Disana bu Arum sedang mengamati fhoto Kamal. Disini seorang gadis pun menggisik matanya untuk memperjelas yang sudah dilihatnya. Bersembunyinya dibalik gorden butut yang dipasang dipintu ke dapur. Dan dia cukup aman bersembunyi.

“Sekarang buat pak Sukma hanya tinggal ada dua pilihan ! Lunasi utang-utang itu atau mau memberi jaminan lagi !”

“Memberi jaminan saja !”

Kamal yang barusan membentak pak Sukma bergumam. “Siapa yang sudah berani ikut campur dalam urusanku ?” pikirnya dibarengi rasa dendam. Tapi pas menoleh ke arah datangnya suara, betapa terkejutnya dia. Ternyata orang yang tadinya mau dimarahi itu gadis yang selalu di kejar-kejarnya selama ini.

“Ayo sekarang ayahku bentak lagi !”

“Jadi kamu itu putrinya pak Sukma… ? Kamu tahu nggak, sekarang aku melampiaskan kemarahan terhadap ayah kamu itu karena frustasi tidak bisa menemukan kamu ?”

“Berandalan macam kamu memangnya pantas aku pikirin…?! Berapa utang ayahku kepada kamu…?! Itulah yang sekarang akan kupikirin !”

“Aku kurang tahu…Karena hari ini sebetulnya ayahku tidak menyuruihku menagih kepada  siapapun. Jadi tak ada buku tagihan yang kubawa”

“Kalau begitu keluarkan saja buku yang ada! Terus kamu tulis disana bahwa yang punya beban hutang itu kini jadi aku, bukan ayahku!”

“Win, kamu jangan berbuat seperti itu sama cep Kamal…”   Pak Sukma ternyata tidak setuju putrinya berbuat seperti itu.

“Cep Kamal, sudah jangan turuti keinguinan putri bapak”

“Ayah itu benar-benar keterlaluan…! Seharusnya ayah jangan melarang kalau namanya mau diganti dengan nama saya ? Karena dengan demikian, yang punya beban hutang itu bukan ayah yang sudah tua, tapi saya…Dasar orang tua bodoh !”

Plak !   “Ulangi ayo ulangi..! Ayah benar-benar malu oleh cep Kamal punya putri selancang kamu…! Kalau kamu mau dimaafkan oleh ayah, sekarang berlutut dihadapannya…! Memangnya ayah tidak bisa berbuat kejam seperti kamu !  Cepat lakukan!”

Untuk beberapa saat tiada lain Wiwin hanya termenung sambil menelungkup pipinya.”Mengapa barusan ayah menamparku ? Memangnya apa yang sudah kulakukan ?

Sebuah buku diary masih dipegang Kamal beserta pulpennya. Ingatan  Wiwin  pun  jadi pulih. “O iya ? Tadi aku itu membentak ayah karena namanya yang minta kuganti, tidak disetujuinya. Aku memang keterlaluan. Dan ayah akan memaafkanku kalau aku mau berlutut dihadapan orang yang sudah membentak-bentaknya tadi ?”

“Jangan lakukan…Kalau kamu melakukannya berarti kamu telah merendahkan dirimu sendiri didepanku…Aku tahu kamu tidak mau jadi anak yang durhaka…Laksanakanlah semua perintah ayahmu, kecuali menyuruhmu berlutut dihadapanku ”

“Pergi…! Karena kehadiran kamu, hari ini aku jadi ditampar oleh ayahku…! Aku berani membentak kamu lagi, karena sekarang ayahku sudah tidak ada disini…! Aku tahu sekarang dia disana sedang menyesal karena sudah menamparku !”

“Ya Alloh apa yang terjadi ? Mengapa tidak enaknya perasaanku jadi tambah kuat begini ?”   Pada saat yang bersamaan, bu Arum mengelus-ngelus dadanya. Foto Kamal dalam figura lalu ditatapnya lagi lebih lama. Mungkin ini yang dikatakan kontak bathin antara orang tua dan anak. Disini Kamal sudah gelap hati dan sudah pergi dari rumah pak Sukma.

“Mas, yang biasa satu botol…Masukkan dalam ransel ini”

“Tumben sekarang mas Erik tidak sama mas Fredi dan mas Jhoni ?”

“Tidak mas…Tapi sekarang saya mau kerumah mereka”

Ternyata setelah ini Kamal bukan akan pulang kerumahnya. Bu Arum pun kali ini sudah keluar dari kamar anaknya itu. Karena dirumah masih belum ada siapa-siapa, akhirnya bu Arum memutuskan untuk istirahat dikamarnya sendiri.

“Fred, elo lagi ada dirumah nggak ? Kring…! Kring…!”   Kamal kali ini menekan bel rumahnya Fredi. Setelah citranya buruk didepan gadis yang selalu dikejar-kejarnya selama ini, ternyata ia sudah benar-benar gelap hati dan kepada temannya yang selama ini suka mabuk, sekarang ia mau minta pertolongan.

Fredi yang memang hari ini sedang ada dirumahnya, lalu kedepan dan membuka pintu. “Rik ? Jadi elo yang barusan mengetuk-ngetuk pintu itu ?”

“Iya Fred…Sekarang gua mau menenangkan pikiran dirumah lo. Boleh kan ?”

“Boleh-boleh Rik…Tapi kenapa wajah lo sedih kayak gitu ? Elo di usir sama bokap ya?”

“Bukan Fred…Gua tidak di usir sama bokap…Beberapa saat yang lalu gua menemukan gadis yang sedang gua cari cari itu…Tapi citra gua dimatanya sangat buruk…Sekarang gua jadi benci sama diri gua sendiri Fred”

“Elo bener-bener perlu istirahat Rik…Tunggu sebentar ya ? Sekarang gua mau ngambil air minum dulu untuk lo”

Seorang Fredi ternyata solider terhadap Kamal. Entah karena selama ini kebutuhannya sudah banyak dipenuhi oleh teman yang sekarang akan ditolongnya ini, meskipun dijalur yang salah. Dan sekarang Kamal pun mengenai barang haram itu, mulai mengeluarkannya dari dalam ransel. Pas Fredi kembali, ternyata isinya sudah hampir habis diteguk.

“Rik, elo nekad…? Selama ini gua, sebotol itu suka berdua ama si Jhoni…? Kenapa sebenarnya lo itu Rik ?”

“Gua lebih baik mati aja Fred daripada harus kehilangan cinta…Setelah bukan hanya sekali melihat kejelekan gua, gadis itu pasti nggak akan sudi terima cinta gua”

“Elo jangan putus asa Rik…Lo itu punya segalanya…Hal apapun tak ada yang tak mungkin kalau kita terus berusaha. Demikian pula cinta lo sama gadis itu”

“Antarkan gua pulang kerumah Fred”

“Yah..,gua pasti antarkan lo…Gua juga sebetulnya nggak ingin ada botol minuman setan ini dirumah gua”

“Kenapa Fred …?”

“Selama ini gua juga sebenarnya seperti lo, minum itu karena lari dari masalah…Waktu gua masih kecil, ayah gua selingkuh dengan ibu tiri gua yang sekarang…Tapi beberapa hari yang lalu, sebuah kebenaran terkuak…Ternyata yang selama ini gua ketahui itu salah…Ibu tiri gua sebetulnya orang yang baik…Ayah gua menikahinya karena ibu gua dulu selingkuh dengan supir pribadi kami waktu keadaan sedang serba melimpah…Sejak mendengar penjelasan dari bokap itu, gua juga belum pernah lagi nyentuh botol sampai hari ini. Gua insaf”

“Kalau begitu maafin gua Fred…Gua juga mau ini yang pertama dan terakhir…Dan kalau lo nanti ngantar gua pulang, jelaskan aja apa yang terjadi sama nyokap bokap gua”

Sejauh ini ternyata Kamal masih berpikiran normal. Ketika temannya benar-benar mau diantarkan, Fredi sendiri tidak lupa membuang jauh botol minuman setan. Dan supaya orangtuanya tidak mencari kalau dirinya tidak ada dirumah, sebuah pesan ditulisnya dalam secabik kertas. Setelah dianggap bisa mewakilinya pamit kepada orang tua, barulah Kamal yang mulai mabuk dipapah keluar. Dan pintu rumahnya langsung dikunci.

Terpopuler

Comments

Iki nurjaman

Iki nurjaman

Setres deh

2022-12-20

8

Osi Amelia Rahmah

Osi Amelia Rahmah

anak muda gaul emang gitu🐱🐱

2022-11-26

4

Siti Mariyam

Siti Mariyam

padahal kalau pusing mah minum kopi aja

2022-11-26

9

lihat semua
Episodes
1 Gadis Penakluk
2 Mencari Cinta
3 Persaingan dua pemuda
4 Bertemu Teman Lama
5 Citranya Buruk
6 Tidak Mendapatkan Restu
7 Tabir Mimpi
8 Sikapnya Jadi Berubah
9 PR hukuman dari sekolah
10 Surat dari desa
11 Calon Menantu Idaman
12 Perpisahan
13 Apel Pertama
14 Apel Kedua
15 Masih Plin Plan
16 Habis Kesabaran
17 Ketika Di Hatinya Ada Celah
18 Bimbang
19 Hatinya Mulai Terbuka
20 Pengorbanan Orang Tua
21 Cintanya Bersemi
22 Do'a Ibu
23 Bahagia Di Atas Penderitaan Orang Lain
24 Hari Bahagia Datang
25 Malam Pertama Di Lewatkan
26 Terlambat Menyadari
27 Kerasnya Hidup Di Luar
28 Hikmah
29 Pesonanya Masih Ada
30 Di Uji Kesetiaan
31 Generasi
32 Bunga Desa
33 Melebarkan Sayap
34 Skenario Ulang Tahun
35 Weekend Di Rumah
36 Liburan Ke Desa
37 Suatu Malam
38 Sajian Pagi
39 Malas Pulang
40 Menyambut Pagi
41 Antara Bisnis Dan Urusan Pribadi
42 Makan Malam Romantis
43 Trauma Sakit Parah
44 Hadiah Fantastis
45 Ngidam Buah
46 Satu Burung di Incar Dua Pemburu
47 Jalinan Cinta
48 Suami Siaga
49 Dua Sahabat
50 Misi Balas Dendam
51 Janji Setia
52 Cerita Masa Lalu
53 Kehidupan Dua Rumpun
54 Dalam Penantian Bagian 1
55 Dalam Penantian Bagian 2
56 Dalam Penantian Bagian 3
57 Dalam Penantian Bagian 4
58 Kebersamaan
59 Ujian Bagian 1
60 Ujian Bagian 2
61 Ujian Bagian 3
62 Ketika Hati Sedang Hampa
63 Pasca Peristiwa Bagian 1
64 Pasca Peristiwa Bagian 2
65 “Haruskah Maafmu Kutebus Dengan Nyawa”
66 Membuka Lembaran Baru
67 Menjalani Hari
68 Video Call Terakhir
69 Saat Berduka
70 Ngerumpi Tentang Idola
71 Rumah Duka
72 Oma Dalam Kenangan
73 Penantian
74 Di Blik Wanita Karier
75 Penyesalan Galang
76 Boomerang
77 Hadiah Unik Untuk Teman
78 Akibat Gesekan Masa Lalu
79 Surat Pengunduran Diri
80 Meninggalkan Profesi
81 Perginya Orang Yang Berprestasi
82 Tiba Di Kota Tujuan
83 Beradaptasi
84 Guncangan Jiwa
85 Zonk Dalam Pernikahan
86 Resep Spesial
87 Cinta Pertama Dan Kedua VS Istri
88 Istri Sholehah
89 Akhir Cinta Kedua
90 Bertahan Demi Cinta
91 Prahara Rumah Tangga
92 Foto Wedding
93 Undangan Resepsi
94 Pendiriannya Masih Goyang
95 Safari
96 Ziarah Kubur
97 Nostalgia
98 Tamu Tak Terduga
99 Ketulusan
100 Islah Masal
101 Episode Ending Kejutan Dari Mantan
102 Berbagi Cerita
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Gadis Penakluk
2
Mencari Cinta
3
Persaingan dua pemuda
4
Bertemu Teman Lama
5
Citranya Buruk
6
Tidak Mendapatkan Restu
7
Tabir Mimpi
8
Sikapnya Jadi Berubah
9
PR hukuman dari sekolah
10
Surat dari desa
11
Calon Menantu Idaman
12
Perpisahan
13
Apel Pertama
14
Apel Kedua
15
Masih Plin Plan
16
Habis Kesabaran
17
Ketika Di Hatinya Ada Celah
18
Bimbang
19
Hatinya Mulai Terbuka
20
Pengorbanan Orang Tua
21
Cintanya Bersemi
22
Do'a Ibu
23
Bahagia Di Atas Penderitaan Orang Lain
24
Hari Bahagia Datang
25
Malam Pertama Di Lewatkan
26
Terlambat Menyadari
27
Kerasnya Hidup Di Luar
28
Hikmah
29
Pesonanya Masih Ada
30
Di Uji Kesetiaan
31
Generasi
32
Bunga Desa
33
Melebarkan Sayap
34
Skenario Ulang Tahun
35
Weekend Di Rumah
36
Liburan Ke Desa
37
Suatu Malam
38
Sajian Pagi
39
Malas Pulang
40
Menyambut Pagi
41
Antara Bisnis Dan Urusan Pribadi
42
Makan Malam Romantis
43
Trauma Sakit Parah
44
Hadiah Fantastis
45
Ngidam Buah
46
Satu Burung di Incar Dua Pemburu
47
Jalinan Cinta
48
Suami Siaga
49
Dua Sahabat
50
Misi Balas Dendam
51
Janji Setia
52
Cerita Masa Lalu
53
Kehidupan Dua Rumpun
54
Dalam Penantian Bagian 1
55
Dalam Penantian Bagian 2
56
Dalam Penantian Bagian 3
57
Dalam Penantian Bagian 4
58
Kebersamaan
59
Ujian Bagian 1
60
Ujian Bagian 2
61
Ujian Bagian 3
62
Ketika Hati Sedang Hampa
63
Pasca Peristiwa Bagian 1
64
Pasca Peristiwa Bagian 2
65
“Haruskah Maafmu Kutebus Dengan Nyawa”
66
Membuka Lembaran Baru
67
Menjalani Hari
68
Video Call Terakhir
69
Saat Berduka
70
Ngerumpi Tentang Idola
71
Rumah Duka
72
Oma Dalam Kenangan
73
Penantian
74
Di Blik Wanita Karier
75
Penyesalan Galang
76
Boomerang
77
Hadiah Unik Untuk Teman
78
Akibat Gesekan Masa Lalu
79
Surat Pengunduran Diri
80
Meninggalkan Profesi
81
Perginya Orang Yang Berprestasi
82
Tiba Di Kota Tujuan
83
Beradaptasi
84
Guncangan Jiwa
85
Zonk Dalam Pernikahan
86
Resep Spesial
87
Cinta Pertama Dan Kedua VS Istri
88
Istri Sholehah
89
Akhir Cinta Kedua
90
Bertahan Demi Cinta
91
Prahara Rumah Tangga
92
Foto Wedding
93
Undangan Resepsi
94
Pendiriannya Masih Goyang
95
Safari
96
Ziarah Kubur
97
Nostalgia
98
Tamu Tak Terduga
99
Ketulusan
100
Islah Masal
101
Episode Ending Kejutan Dari Mantan
102
Berbagi Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!