"Where the problem start"

...Samantha Clay POV....

Aku tidak sepenuhnya mengerti kenapa aku bisa mengacaukan segalanya. Yang jelas, aku ketakutan mengakui semuanya pada kakakku yang penuh percaya diri dan sukses. Namun, ketika rencanaku berantakan dan menyadari dalamnya lubang yang kugali untuk diri sendiri, menelepon kakakku yang merupakan ahli keuangan resmi dalam keluarga, tampaknya tetap satu-satunya jalan yang paling bijaksana.

Aku tidak ingin kehilangan penginapanku. Bahkan, saat masih kanak-kanak pun, ketika pertama kali melihat bangunan luas yang terletak kurang dari satu setengah kilometer dari rumah kami itu, aku sudah membayangkan akan akan memiliki penginapan itu suatu hari nanti. Hingga satu setengah tahun lalu, tepat sebelum Natal, sambil mengemudi pulang aku melihat plang Dijual di depan penginapan.

Merasa bosan bukan main dengan pekerjaanku di Main Steet, hatiku langsung berdentam-dentam melihat plang itu. Untuk pertama kalinya sejak pulang kemari setelah lulus kuliah, aku merasakan adanya harapan dan semangatku membumbung tinggi. Inilah dia, kesempatanku meraih kesuksesan, agar aku memiliki tujuan membangun masa depan yang akan disetujui keluargaku.

Awalnya, aku tidak menceritakan rencana ini pada seorangpun dalam keluargaku. Aku tidak tahu kenapa. Mungkin karena aku takut mereka akan mengejek atau tidak yakin adik bungsu mereka bisa sukses. Bagaimanapun, aku tetap Sam yang kecil dan si anak liar bagi mereka. Yah, aku memang tidak pernah bertahan lama mengerjakan sesuatu. Tidak seperti kakak-kakakku yang lain, aku tidak pernah menunjukkan hasrat untuk bekerja atau menemukan tempat yang sesuai keinginanku. Aku selalu berjalan menyimpang dan setiap orang di keluargaku tahu itu. Yang lebih buruk, mereka tidak mengharapkan apa pun dariku.

"Oh, kau 'kan tahu, Sam. Dia tidak pernah bertahan lama melakukan sesuatu."

Berapa kali aku mendengar anggota keluargaku berkata seperti itu, terutama ayahku? Jika kata-kata itu keluar dari mulut Kate atau kedua kakak laki-lakiku, aku bisa menanganinya dengan mudah. Tapi, ketika ayahku yang mengucapkannya, aku langsung memasukkannya ke dalam hati. Aku tumbuh dengan meyakini bahwa aku tidak akan bisa mencapai standar tinggi yang diberikan ayahku kepada semua anaknya. Dan, penginapan Ini merupakan kesempatan bagiku untuk membuktikan kepada ayahku, kepada semuanya, bahwa mereka salah.

Untungnya, aku memiliki dana perwalian yang cukup besar yang bisa diambil saat aku berusia dua puluh satu tahun, sama seperti semua saudara kandungku. Dan, dana itu telah ku investasikan dengan bijak, yang kini jumlahnya semakin bertambah, terutama karena Kate yang mengambil alih pengaturan rekening tersebut. Aku berharap jumlahnya cukup sebagai uang muka.

Dengan bodohnya, aku membuat janji keesokan paginya dengan pengembang. Naif dan terperangkap dalam mimpi, aku lupa meminta buku keuangan atau bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa penginapan dapat beroperasi dengan bebas hutang. Aku sudah memeriksa dan melihat kondisi penginapan tersebut baik-baik saja. Selain itu, satu hal yang aku ketahui tentang ayahku dan Uncle Jeff, mereka mendesain dan membangun bangunan yang tahan lama. Aku mengajukan tawaran yang cukup pantas dan langsung diterima. Pemilik sebelumnya sudah ingin segera pergi, yang tersisa saat itu hanyalah mendapatkan pembiayaan.

Seharusnya saat itulah aku menelepon kakakku dan aku baru menyadarinya sekarang. Bahkan, kedua kakak laki-lakiku bisa memberikan nasehat yang baik. Tapi, aku malah berkeras menangani semuanya sendirian karena berkeras ingin mandiri hingga sukses. Untuk menjaga pembayaran tetap masuk akal, aku menerima pinjaman dengan bunga untuk jangka waktu singkat, kemudian berencana membayarnya kembali begitu penginapan sudah buka dan beroperasi dengan keuntungan.

Rencana yang sempurna, pikirku sambil menyesap anggur dan menunggu kakakku kembali dari menidurkan kedua anaknya. Namun, tak satupun yang berjalan sesuai harapanku. Pemilik sebelumnya tidak pernah memasang sistem reservasi yang canggih. Sistem pemanas dan pendingin ruangan tidak berfungsi dan perlu diganti dengan yang lebih ramah energi. Struktur bangunannya memang kuat, tapi kamar-kamarnya lusuh, tirainya pudar, karpetnya tidak pantas lagi. Meski cukup mudah untuk diperbaiki, bagian dalam eksteriornya tampak reot dan akan butuh biaya untuk mengecat lapisannya.

Uang muka sudah menipiskan dua perwalianku, jadi aku mengajukan pinjaman usaha dengan menggunakan penginapan sebagai jaminan. Persis seperti dugaanku, pinjaman langsung disetujui.

Dengan kegembiraan meluap-luap, akhirnya aku memberitahu pembelian ini pada seluruh keluargaku. Seperti yang bisa kutebak, Gram dan kakak-kakakku ikut senang. Tapi, Hai aku mengajukan seribu satu pertanyaan logis yang tak bisa kujawab dengan baik. Itulah saat pertama kali aku merasa kesal karena terlibat dalam situasi yang lebih dalam dari yang bisa kutangani.

Kemudian, saat berusaha menyelesaikan dekorasi ulang yang diperlukan beberapa bulan lalu, aku menerima surat dari bank yang menyatakan keterlambatanku untuk pembayaran hipotek dan pinjaman usaha. Aku berjuang keras mendapatkan uang tunai, malu karena terlalu bersemangat merapikan tempat ini sehingga merupakan tanggal pembayaran. Hal itu terjadi lagi beberapa bulan kemudian. Dengan dana perwalian yang semakin terkuras, aku melewatkan dua kali pembayaran berturut-turut setelahnya.

Lalu, aku menerima surat peringatan bahwa aku telah melanggar syarat-syarat yang tercantum dalam kedua perjanjian, yaitu perjanjian hipotek dan pinjaman usaha kecilku.

"Apa artinya itu?" tanyaku pada Timothy Dawson saat menelepon Bang dalam keadaan panik.

"Artinya, dengan sejarah pembayaranmu yang buruk, kami bisa memulai prosedur penyitaan. Aku telah mengamati perkembangan penginapan itu, dan kau tidak punya pemasukan."

"Aku sedang merenovasinya. Pembukaannya dijadwalkan pada tanggal satu. Aku berharap bisa mengejarnya lebih cepat, tapi itu tidak mungkin."

"Bagaimana kau akan membayar tagihan selanjutnya atau bulan berikutnya?"

"Aku akan mendapatkan uangnya." kataku berusaha meyakinkannya meski tidak tahu dari mana uang itu.

"Mungkin kau harus bicara dengan ayahmu." Dia menyarankan. "Aku yakin dia akan bersedia..."

"Ini proyekku. Ayahku tidak ikut terlibat." sambarku cepat.

komentar sinisku membuatnya terdiam, dan kupikir itu bagus. Tapi, kemudian dia berucap, "Jika kupikir ayahmu ikut mendukungmu, aku bisa mencari cara lain untuk pinjaman jangka waktu..."

"Well, dia tidak mendukungku." ketusku. "Anda akan mendapatkan pembayarannya, Mr. Dawson. Anda tahu penginapan ini sangat berpotensi, dan ini akan sukses."

"Dengan manajemen yang tepat, ya." katanya. "Tapi, aku tidak yakin lagi kau bisa mencapainya."

Sikap meremehkan dan tidak percaya Mr. Dawson sialan itu membuatku gusar. Aku bisa saja menyuruhnya pergi, tetapi aku cukup bijak menyadari posisiku yang sudah kritis dengan sang bankir. "Kumohon, bersabarlah." kataku kemudian. "Ini pinjaman yang bagus, Mr. Dawson. Anda mengenalku dan keluargaku."

"Seperti yang sudah kukatakan, seandainya kau mau melibatkan ayahmu, kita dapat mendiskusikan..."

"Tidak!" jawabku sengit.

"Tentu saja, ini keputusanmu. Aku berharap pembayarannya tiba di mejaku tepat waktu." katanya. "Semoga harimu menyenangkan, Samantha."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!