"Daddy's coming home"

Aku menghabiskan seluruh hari Sabtu membenamkan diri di antara dokumen-dokumen di penginapan. Seperti yang diyakini adikku, proyeknya positif. Namun, kentara sekali bahwa Sam tidak terlalu mengerti soal manajemen keuangan. Jika ingin tirai kamar mandi yang indah dan baru atau handuk yang tebal dan mewah untuk penginapan, dia pasti membelinya meski akan lebih anggaran.

Bukan berarti dia pernah menuliskan anggaran sejak awal atau bahkan membuat semacam rencana bisnis yang ku yakini akan diminta pihak bank. Jelas sekali bahwa Sam mengerjakan sesuatu yang sulit tanpa keahlian khusus dan bank mengizinkannya karena dia seorang keturunan Clay di sebuah kota yang menganggap itu penting. Bank nasional lain akan mengikuti aturan yang lebih cepat dari yang diikuti Winton Community Banks.

Aku menyuruh adikku duduk di kursi dapur pada malam harinya dan menjabarkan semuanya sementara Gram membacakan dongeng sebelum tidur pada kedua putriku di lantai atas. "Kau tidak memiliki modal operasional. Bagaimana kau berencana membeli pasukan untuk restoran? Atau sabun dan peralatan mandi untuk setiap kamar?"

"Kredit?" jawabnya dengan lemah, tampak seakan ingin menangis. "Batas maksimal kartu kreditku belum habis."

Aku menahan erangan. "Kau akan menggali lubang yang sangat dalam jika melakukannya, dan kau takkan bisa keluar dari sana. Itu dengan asumsi bahwa kita bisa meminta bank menyetujuinya. Aku hanya berharap mereka belum memulai proses penyitaan secara resmi. Hari Senin pagi tepat pukul sembilan aku akan berada di depan pintu mereka dan kita akan lihat segenting apa posisi kita."

"Aku ikut bersamamu," kata Sam. "Ini proyekku."

Dengan enggan, aku menyetujuinya. "Baiklah, tapi biarkan aku yang bicara, kecuali mereka menanyakan informasi yang tidak kuketahui."

"Ya, okay." sahutnya tanpa memandang mataku.

Aku diamatinya lekat-lekat. Pipinya sedikit bersemu. Mungkin ini hanya malu karena membiarkan keuangannya kacau balau, tapi entah kenapa aku menduga ada masalah lain. Rautnya tanpa merasa bersalah.

"Apa yang sedang kau sembunyikan dariku?" tanyaku padanya. "Apakah prosedur penyitaannya sudah berjalan lebih jauh dari yang kau katakan padaku? Atau apakah ada tagihan-tagihan lain yang kau tutupi?"

Dia terlihat bimbang sesaat, kemudian berkata. "Tidak. Kau sudah melihat setiap dokumen dan tagihan utangku."

"Lantas, kenapa tingkahmu terlihat seolah sedang tertangkap basah?"

"Tertangkap basah?" Dia melebarkan matanya sambil berusaha menetralkan ekspresinya. Tapi, aku tidak mempercayainya.

"Jangan coba-coba akting di hadapanku. Aku sudah mengenalmu terlalu lama dan terlalu baik. Itu tatapan yang biasa kau pakai saat menyelinap keluar dari jendela kamar tidur malam-malam untuk menemui Devon Charmicael dan Gram menegurmu karena itu."

Dia semakin tersipu. "Baiklah, Sebenarnya ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui sebelum hari Senin."

"Katakan," cetusku, mulai ketakutan lagi. "Jangan berani-beraninya kau membiarkanku masuk ke dalam ruang rapat itu tanpa mengetahui apapun."

Sebelum Sam sempat menjawab, pintu depan terbuka dan ayahku masuk ke dapur. Sam memandangnya kemudian menatapku. "Apa kau meneleponnya?"

"Tentu saja tidak," kataku, berusaha menenangkan reaksi Sam dengan bangkit dan memeluk ayahku. Mataku berbinar-binar memandangnya. "Kenapa Dad tidak bilang pada kami kalau kau akan pulang?"

"Ini keputusan mendadak," katanya, melemparkan tatapan khawatir pada Sam. "Sesuatu terjadi dan kau tidak mau aku mengetahuinya?"

"Bukan apa-apa," sahut Sam dengan tegas, memberi tatapan peringatan padaku agar tidak membocorkan masalahnya.

Dengan keengganan yang kentara, Sam bangkit dan menyapukan ciuman wajib di pipi ayahku. "Hai, Dad. Selamat datang. Aku ingin tetap tinggal dan mengobrol lebih lama, tapi aku harus pulang."

"Setahuku, ini adalah rumahmu." kata ayahku.

"Aku tinggal di penginapan sekarang," jawab Sam sambil mengumpulkan semua kertas di meja dapur dan memasukkannya kertas kerja miliknya. Jelas sekali dia tidak mau mengambil resiko ayahku melihat kertas-kertas itu. Dia sudah berjalan ke pintu saat berkata, "Aku meneleponmu besok, Kate."

Aku ingin mengatakan bahwa masih banyak yang mau kubahas saat ini juga, tapi jelas sekali Sam tidak mau masalah ini terungkap di depan ayahku. Aku harus menunggu sampai besok untuk mencari tahu apa yang dia sembunyikan dariku.

Ketika adikku sudah menghilang dari pandangan, aku berpaling pada ayahku. Dia tampak letih, tapi tetap sehat. Ada garis-garis kelabu di rambut pirang kemerahannya yang ikal, tapi dadanya yang bidang serta pinggangnya yang ramping membuktikan dia masih berlatih fitness meski sering bepergian dan mengikuti acara makan-makan. Wajahnya memerah akibat bekerja di luar ruangan dan ada beberapa garis disekitar matanya yang dipenuhi Kecamatan saat menatap kepergian Sam.

"Gram yang menelepon Dad, bukan?" tanyaku padanya.

Dia ragu untuk sesaat, kemudian mengangguk. "Dia memberitahuku bahwa akal dan kedua putrimu sedang berada di sini. Aku berangkat dengan penerbangan pertama supaya bisa menghabiskan waktu bersama kalian. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau meramaikan rumah dengan kehadiranmu di sini."

"Ya, lama sekali," gumamku mengakui. "Apa hanya itu yang Gram katakan?"

Dia menghampiri meja dapur dan menuang secangkir teh, kemudian duduk tanpa menjawab. Lalu dia menyesap tehnya sebelum memandangku. "Tentu saja. Apa ada hal lain yang sedang terjadi?"

"Jangan main-main denganku, Dad. Kau pasti datang karena Gram mengabari Sam sedang dalam masalah."

Bibirnya sedikit berkedut. "Benarkah? Apa sekarang kau pembaca pikiran? Atau kau menguping pembicaraan kami?"

"Tentu saja tidak."

"Kalau begitu, terima saja kata-kata yang kuucapkan padamu." perintahnya. "Lebih baik seperti itu. Sekarang, katakan dimana cucu-cucu yang kucintai berada?"

"Kuharap sedang tidur," sahutku. "Dan, kita tidak akan membangunkan mereka pada jam seperti ini. Aku tidak akan bisa menidurkan mereka lagi jika kita melakukannya, semangat mereka pasti akan jika melihatmu. Dad bisa menghabiskan waktu bersama mereka besok." Aku memberinya tatapan mengancam. "Dan, tidak boleh memanjakan mereka. Aku masih ingat kau membeli hampir semua mainan di Toy World saat terakhir kali ke Sydney."

"Itu hak istimewa seorang kakek untuk memanjakan cucunya," bantahnya. "Memang itulah tugasku."

Aku memutar bola mata. Dengan beberapa perhatian dari ayahku dan Gram, si kembar akan berubah menjadi tukang teror kecil saat kami kembali ke Sydney.

Kemudian, aku menyadari Ayahku sedang mengamatiku. "Kau tampak letih, Kate. Kau bekerja terlalu keras."

"Itulah sifat pekerjaanku."

"Apakah pekerjaanmu menyusahkan cukup waktu untuk kedua putrimu manis?"

"Tidak juga," aku mengakui, lalu menambahkan dengan tegas. "Tapi, Dad pasti lebih tahu bagaimana rasanya membuat pilihan yang sulit, untuk melakukan apa yang terbaik bagi keluarga." kataky sedikit menyindirnya.

"Tentu saja aku tahu tentang pilihan yang sulit," dengkurnya ringan tanpa merasa diserang. "Dan, kau juga harus tahu apa resikonya. Aku kehilangan wanita yang kucintai, dan kalian tidak kesabaran untuk meninggalkan tempat ini. Jadi, apa manfaat semua uang dan kesuksesan ini pada akhirnya?"

"Sam masih bertahan disini, Dad."

"Dan, tidak satu hari pun berlalu dalam hidupku tanpa bertanya-tanya kenapa dia memilih berada disini..."

"Kupikir aku sudah tahu jawabannya," kataku. "Dia menyukai tempat ini lebih dari kita semua. Dan dia masih berusaha membuktikan dirinya padamu, di sini, di tempat yang pernah berarti segalanya bagimu. Kurasa, dia yakin lambat laun itu akan menciptakan jembatan di antara kalian."

"Tak ada yang harus dibuktikan. Cintaku padamu, Sam, Cory, George, dan Jacob tanpa syarat.

Aku melihat bahwa ayahku sungguh-sungguh yakin semuanya begitu sederhana dan begitu jelas. Dan aku memutuskan untuk berterus terang sekali ini saja, alih-alih memutar menjauhi isu sungguhan yang dimiliki keluarga ini. "Dad, saat Mom pergi, kau juga pergi. Sejak hari itu, kau melewati waktu bersama kami saat kami bisa menyisihkan beberapa hari, tapi sebenarnya kau tidak tahu sedikitpun mengenai kami. Bagi George, Jacob, aku, bahkan Cory, itu sangatlah sulit, tapi saat itu kami sudah hampir dewasa. Sementara Sam masih kanak-kanak."

Keningnya berkerut mendengar perkataanku. "Apa maksudmu? Aku tahu semua tentang kalian. Aku tahu ketika kalian sakit, aku tahu ketika salah satu dari kalian mendapat penghargaan di sekolah, aku menghadiri kelulusan kalian, aku mengambil rapor kalian di sekolah dan membayar biaya kuliah."

Amarahku mulai terpicu. "Dan, kau kira hanya itu semua yang penting? Seorang penyelidik swasta bisa memberitahumu tentang semua itu, walaupun dalam kasusmu tertentu saja Gram yang melakukannya. Kami membutuhkan ayah kami disini, menyemangati kami, menyeka air mata kami, memanggil kami saat kami melakukan kesalahan."

Pipinya merah dan nada suaranya berubah defensif saat dia mengingatkanku. "Nenek kalian selalu hadir untuk melakukan itu."

"Ya, dia sangat menakjubkan. Gram memang melakukan semua itu, tapi dia bukan Dad ataupun Mom." Aku menggelengkan kepala, menyerah pada fakta bahwa ayahku tidak akan mengerti. "Apa gunanya kita bertengkar membahas ini sekarang? Semuanya sudah berlalu, kami bertahan hidup. Tidak semua anak memiliki keluarga yang ideal, dan hidup kita memang lebih layak dari kebanyakan orang."

"Aku berusaha keras melakukan yang terbaik," protesnya.

Aku memandangnya dengan tatapan iba. "Mungkin ya, tapi Dad tahu? Mungkin karena aku adalah anak sulung, tapi aku ingat saat Dad pernah lebih baik dari itu."

Dengan begitu saja, aku bangkit dari tempat duduk, pencuci gelasku, dan memasukkannya mesin pencuci piring. "Selamat malam, Dad. Crystal dan Pearl pasti senang sekali melihatmu besok pagi."

Aku berharap bisa mengatakan hal yang sama. Aku tahu bahwa ya aku pulang untuk membantu situasi Sam yang pelik, tapi aku mendapat firasat buruk bahwa kedatangannya hanya akan membuat keadaan jadi lebih mengenaskan.

Semoga, semoga... itu tidak terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!