"Home meeting"

...Luke Dawson POV....

Aku merasa sangat puas dengan strategiku membuat Kate tetap tinggal di sini sehingga aku bisa mengenal dia kembali. Aku tidak tahu apa saja yang terjadi dalam kehidupan Kate selama ini, tapi sekitar dua detik setelah menyadari bahwa Kate-lah perempuan yang berada di kantorku, aku melihat tangan kirinya tak bersematkan cincin.

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah melihat Kate bersama pria lain, bahkan melihat seuntai cincin pertunangan di jarinya, tapi cincin itu tak terlihat kemarin. Aku tak tahu kenapa ini sangat berarti bagiku, tapi begitulah keadaannya. Mungkin aku hanya ingin kesempatan untuk menyamakan kedudukan, menjerat Kate begitu erat sehingga aku dapat meninggalkannya sama seperti dia pergi dariku dulu. Keinginan untuk membalas dendam memang memiliki faktor pemanis tertentu.

Namun, dari pertemuan kemarin aku mengetahui bahwa Kate merupakan seorang wanita yang dapat membela dirinya sendiri. Dia datang kemari dengan keadaan siap untuk bertempur dan menawarkan sebuah proposal keuangan yang kuat untuk mendukung posisinya. Aku bertanya-tanya, apakah Sam tahu betapa beruntungnya dia memiliki seseorang dengan keahlian bisnis seperti itu di pihaknya.

Meyakinkan dewan pimpinan untuk mencegah penyitaan dan memberi kesempatan pada manajemen yang baru untuk mengokohkan keadaan penginapan itu termasuk relatif mudah. Tapi, aku tak ingin Kate mengetahuinya. Aku ingin dia berterima kasih bahwa aku telah berjuang demi kepentingan adiknya.

Sekarang, aku tengah berjalan memasuki klub yacth Winton tempat pukul dua belas, dan menduga akan melihat Kate menantiku. Aku sengaja memilih klub yacth dimana kami bisa melihat para penduduk berpengaruh kota. Kate selalu benci atmosfernya yang palsu, yang berarti aku akan berada di atas angin.

Aku mengarahkan pandangan ke sekeliling ruang makan dan tak melihat Kate di mana pun. Apakah dia meninggalkanku lagi? Kemungkinan itu terasa agak menyesakkan hatiku.

"Hei, Gem," Aku menyapa penerima tamu yang merupakan teman sekelasku dulu. "Apa kau melihat Catherine Clay?"

"Namanya Catherine Evans sekarang." koreksinya. "Tadi dia menelepon dan berkata akan terlambat. Dia mengatakan sesuatu tentang si kembar yang sakit dan akan berada di sini sesegera mungkin. Dia memintamu meneleponnya jika tak mau menunggu."

Aku mengernyit mendengar nama belakang Kate dan hampir mengerang saat mendengar kata-kata 'si kembar'. Mungkin aku sudah salah tanggap. Mungkin Kate tidak lajang. Dan, bisa jadi itulah alasannya dia tak sabaran untuk kembali ke Sydney. Jika benar demikian, percuma saja aku melakukan semua ini. Well, tidak terlalu percuma. Penginapan itu memang layak mendapat kesempatan untuk bertahan, tapi aku tak bisa mengelak bahwa aku memiliki maksud tersembunyi.

Aku mengambil sepotong kertas dari Gemma yang berisi nomor telepon Kate. Setelah menekan nomornya, aku mencatat pesanan makanan untuk Gem sembari menunggu Kate menjawab panggilan. "Tolong minta bagian dapur untuk segera membuatnya, ya?" pintaku pada Gemma tempat pada saat Kate akhirnya menjawab. Dia terdengar sangat letih.

"Baguslah, kau masih di sana," kataku, lalu melanjutkan. "Aku sudah memesan makanan. Aku akan membawanya ke sana."

"Ide yang buruk, Luke." protes Kate. "Aku akan tiba di sana dalam dua puluh menit."

"Yang berarti aku juga bisa tiba di sana dalam dua puluh menit." balasku, meniru ucapannya.

"Tapi, di sini sedang agak repot."

"Kalau begitu, kau tetap di sana," cetusku. "Aku sudah memesan makanannya, akan siap dalam beberapa menit lalu aku akan mengantarkannya. Katakan pada nenekmu untuk tidak membuatkan makan siang. Aku memesan cukup banyak."

"Kenapa kau bersikap baik?"

"Karena aku memang pria yang baik."

"Pria yang baik tidak akan memerasku untuk tetap tinggal di Winton." bantahnya.

"Aku memandangnya sebagai upaya melindungi investasi bank," balasku ketus. "Sampai bertemu."

Sebenarnya, aku senang dengan jalannya peristiwa ini. Sejak bertemu dengan Kate lagi, aku ingin memeriksa posisiku, atau setidaknya begitulah kira-kita.

Sekitar lima belas menit kemudian, aku tiba di pekarangan rumah keluarga Clay dan orang terakhir yang kuharapkan tengah menanti kedatanganku adalah ayahnya. William Clay sedang duduk di anak tangga paling atas, raut mukanya tak ramah dan posisi duduknya yang tampak disengaja lumayan menghalangi jalan masukku.

"Aku dengar kau akan kemari," katanya dengan nada tak bersahabat.

Aku mengangkat kantong makanan yang kubawa. "Aku perlu membahas sesuatu dengan Kate, dan aku membawakan makan siang."

Dia menepuk anak tangga di sebelahnya. "Mungkin kau harus duduk dulu sehingga kau dan aku bisa berbicara sebelum kau menemui putriku."

Tepat saat William selesai mengucapkan kalimat itu, pintu kaca menghambur terbuka. "Luke, kau sudah datang!" kata Kate dengan kegirangan yang dipaksakan. "Ayo, masuk."

Kulirik William yang memberengut. "Luke dan aku baru saja akan bercakap-cakap."

Kate mengerutkan kening menatap ayahnya. "Itu bisa menunggu." katanya dengan tegas.

Aku menyaksikan kegiatan ini dengan antusias, bertanya-tanya bagaimana uji keinginan ini akan berakhir. Aku senang melihat William yang akhirnya mundur, dia berdiri dan menyingkir dari anak tangga.

"Kurasa aku akan ke penginapan dan mengurus rhododendron yang sudah lebat itu." gumamnya sambil mengambil gunting rumput.

Ekspresi Kate tampak ragu. "Apa Sam tahu Dad akan datang?"

"Dia sendiri yang mengundangku." jawab William.

"Kalau begitu, kedengarannya itu ide yang bagus." Kate tampak bersemangat.

Aku menghadapnya setelah ayahnya berjalan keluar. "Kenapa aku merasa bahwa kau baru saja menyelamatkanku?"

"Karena memang itulah tepatnya yang tadi kulakukan. Dia tidak senang dengan tipuan kecilmu ini."

"Ini bukan tipuan. Ini sangat sesuai logika dengan keuangan." kataku mengulangi.

"Bla-bla-bla," sahut Kate. "Kita berdua tahu yang terjadi justru sebaliknya."

Aku memandangnya dengan heran. "Apa kau sungguh berpikir aku memanfaatkan pinjaman Sam sebagai cara untuk, apa? Membalas dendam padamu? Aku kira kita sudah memperjelas itu kemarin."

"Aku masih belum puas," ketusnya. "Dari yang kudengar, kau terperangkap di sini setidaknya selama enam bulan. Kenapa tidak sekalian membuat hidupku menderita dengan menjebakku di sini selamanya?"

"Aku tidak terperangkap. Aku membuat perjanjian dengan ayahku. Aku mendapat enam bulan masa percobaan. Tentu saja, aku tahu hasil akhirnya adalah aku akan pergi dan Janice yang mendapatkan pekerjaan yang seharusnya dia lakukan sejak lama. Tapi, ayahku optimis keadaan akan berjalan dengan berbeda."

"Akankah kau bekerja disini, di bank ini, jika ayahmu tidak memaksamu?"

"Dia tidak memaksaku," sergahku keras. "Aku setuju karena ingin membuktikan sesuatu."

"Apa?"

"Bawah Janice-lah yang seharusnya bekerja di sana."

Kate tersenyum. "Dengan melakukan apa? Gagal secara menyedihkan?"

"Bukan menyedihkan," kataku. "Lihat saja kesepakatan yang kubuat denganmu. Menurutku, aku telah membuktikan diriku dengan itu."

"Kita tidak akan setuju atas apa yang terjadi di sini, bukan?"

Aku mengangkat bahu. "Mungkin tidak."

"Kalau begitu, ayo makan siang. Gram sudah menata meja ruang makan. Kelihatannya dia mengira pertemuan ini lebih formal, karena murni urusan bisnis."

Aku menangkap sindirian halus dalam kata-katanya, dan tertawa. "Apakah dia juga marah padaku seperti ayahmu?"

"Kurang lebih begitu."

"Baiklah, ini akan jadi menyenangkan," kataku sambil memegang pintu, kemudian mengikuti Kate ke dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!