#12

Cuppp …

Bryona langsung membulatkan matanya saat Nicho mencium bibirnya. Nicho yang berada dalam keadaan setengah sadar, mengeratkan pelukannya pada pinggang Bryona hingga ia tidak bisa melepaskan diri.

Sepertinya aku harus meminta bantuan Freya untuk mengajariku cara melepaskan diri daripada hanya latihan memukul dan menendang. - Batin Bryona.

Nicho membalik tubuhnya hingga kini Bryona sudah berada di bawah kungkungannya, “Bryan, kamu tahu … sepertinya aku mulai gila. Aku … a-ku sepertinya menyukaimu.”

Cuppp ….

Bryona menatap mata Nicho yang memandang ke arahnya, ia seperti tersihir sesaat. Nicho kembali mencium Bryona. Ciumannya terasa begitu lembut dan semakin lama semakin menuntut.

“Buka mulutmu, Bry. Bibirmu sangat manis, aku menyukainya,” Nicho kembali melumatt bibir pink Bryona.

“Kamu cantik sekali, Bryan. Aku tidak tahu apa yang salah pada diriku. Tapi …. Aku merasa nyaman bersamamu,” Nicho kembali mencium bibir Bryona dan ia merasa Bryan membalas ciumannya, membuat Nicho semakin panas dan membuka pakaiannya.

Bryona yang tersadar pun menahan tubuh Nicho dengan kedua tangannya. Nicho yang mendapat sentuhan Bryona merasa ada aliran di dalam tubuhnya yang tidak biasa. Matanya semakin menyiratkan kalau ia ingin melakukan hal lebih bersama Bryan.

Bryona kini berusaha menghindar dari ciuman Nicho. Ia berpikir berbagai kuda-kuda, jurus, pukulan, tendangan yang bisa ia gunakan untuk kabur dari Nicho. Dengan cepat Bryona memejamkan matanya kemudian mengumpulkan tenaganya.

“Maafkan aku, Tuan,” kata Bryona.

Bughhh …

“Ahhh,” tak lama setelahnya Nicho pingsan, tak sadarkan diri. Bryona langsung lari keluar dari kamar, meninggalkan Nicho seorang diri.

Bryona menutup pintu kamar tidur tersebut. Kamar hotel tersebut mempunyai ruangan yang terpisah antara kamar untuk tidur dengan ruang duduk. Kini Bryona duduk sambil melipat kedua kakinya di depan dada. Sebelah tangan memeluk kakinya dan sebelah tangannya kini memegang bibirnya.

Ciuman pertamaku. - Bryona tak bisa melupakan ciuman yang diberikan oleh Nicho, karena begitu terasa lembut.

Mata Bryona terus terbuka. Ia mengantuk, namun pikirannya memintanya untuk terus berjaga-jaga. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, Bryona akhirnya membuka pintu kamar. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lupa ia membawa semua peralatan menyamarnya.

Bryona menghabiskan waktu sekitar 30 menit di dalam kamar mandi. Sementara itu di luar,

Nicho terbangun dengan kepala yang terasa amat sakit. Ia memegang kepala dengan sebelah tangannya sambil meringis. Semalam ia terpaksa meladeni Theo yang tengah patah hati karena kabar pertunangan Crystal. Mereka berdua mabuk hingga lewat tengah malam.

Flashback on

“Kamu mau kemana Nic?” Theo menarik tangan Nicholas yang ingin beranjak pergi. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Nic sangat mengantuk.

“Aku ngantuk, aku ingin kembali ke kamar,” jawab Nicho.

“Temani aku dulu, Nic. Sakit Nic … kenapa dia tega sekali meninggalkanku begitu saja dan kini dia kembali dengan berita pertunangannya, tidak!!! Dia malah membawa berita pernikahannya!” Theo meminta pada bartender untuk menyiapkan gelas untuk mereka berdua.

“1 gelas saja, Te. Kamu tahu kan kalau kadar ketahananmu pada alkohol sangat rendah,” Nic berusaha memperingati Theo.

Namun, bukan hanya 1 gelas. Mereka berdua malah tertawa tidak jelas setelah sama-sama meneguk lebih dari 5 gelas.

“Lepaskan saja dia, Te. Masih banyak wanita cantik yang pasti tertarik padamu,” Nic menepuk bahu Theo sambil tersenyum dengan wajah yang sudah memerah bak kepiting rebus.

Mereka berdua pun kembali ke kamar hotel, berjalan berdampingan dengan merangkul satu sama lain. Meracau tidak jelas dan berjalan oleng ke kiri dan ke kanan.

Mereka berdua memasuki lift, masih dalam keadaan saling merangkul. Ketika layar lift menunjukkan angka 15, mereka berdua turun. Keadaan mereka yang kacau membuat mereka berjalan tak tentu arah, hingga akhirnya Nic sudah tak melihat keberadaan Theo yang menghilang dari pandangannya.

“Bryan … ya aku akan menemui Bryan saja,” Nicho berjalan menuju kamar Bryan. Ya, ia ingat nomor kamar Bryan, tapi tidak mengingat nomor kamarnya sendiri.

Flashback off

Nicho mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia berusaha mengingat kejadian semalam. Ia mengetuk pintu kamar Bryan, tapi yang membukakan pintu adalah seorang wanita dengan rambut panjang dan ikal di bagian bawah. Wanita itu sangat cantik, hingga tanpa sadar Nicho menerobos masuk.

Ia memegang bibirnya, ia juga masih ingat kalau dia mencium bibir wanita itu. Bibir yang terasa begitu manis. Namun tiba-tiba bayangannya menjadi wajah Bryan. Nic langsung menggelengkan kepalanya lagi.

Ia melihat dirinya yang tidak memakai pakaian, kemudian ia membuka selimutnya dan melihat bahwa celananya masih terpasang, ia pun bernafas dengan lega.

Nicho tampak berpikir, apakah semalam ia telah melakukan sesuatu dengan wanita itu? Ataukah dengan Bryan? Tiba-tiba tubuh Nic terasa meremang. Ia mulai merasa aneh pada dirinya sendiri.

Apa aku menyukai Bryan? Apa aku seorang gayy? - batin Nic kini dipenuhi ketakutan.

Ceklekkk

Suara bunyi pintu kamar mandi yang terbuka seketika membuyarkan lamunan Nic. Ia langsung menoleh ke arah asal suara, ingin memastikan dengan siapa ia semalam tidur.

Bryona yang melihat Nic sudah terbangun kaget, namun ia berusaha menetralkan perasaannya dan bersikap seperti biasa.

“Anda sudah bangun, Tuan?” tanya Bryona.

“Apa yang terjadi semalam?” Nic berusaha mencari tahu kejadian semalam karena dia sangat penasaran.

“Ooo semalam saya mendengar suara berisik di koridor, sehingga saya membuka pintu dan mencari tahu. Ternyata saya melihat anda berusaha masuk ke kamar yang lain. Jadi saya membawa anda kemari karena saya tidak mengetahui nomor kamar Tuan Theo,” Bryona menarik nafasnya dan membuangnya perlahan, merasakan kelegaan.

“Ahhh begitu,” Nic kembali memegang kepalanya, “Tapi aku tidak bertindak aneh padamu kan?” tanya Nic lagi.

“Ohh tidak Tuan. Saya hanya membantu anda berbaring, kemudian saya keluar untuk tidur di sofa.” Kalau saja kamu ingat apa yang kamu lakukan semalam, ntah aku atau dirimu yang akan malu. - batin Bryona.

“Bantu aku untuk menelepon resepsionis dan tanyakan nomor kamar atas nama Theo. Aku harus ke sana dan membersihkan diri.”

“Baik, Tuan.”

**

Perjalanan pulang, di dalam mobil terasa begitu sunyi … hening, tak ada yang membuka suara ataupun memulai pembicaraan. Kali ini gantian Nic tang menyetir mobil.

Theo sedang memandang ke arah luar jendela. Ia masih saja memikirkan hubungannya dengan Crystal. Sementara itu Nic yang menyetir pun sesekali melihat ke arah spion tengah untuk melihat Bryan yang duduk di kursi belakang.

Di dalam hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal, tapi ia tidak tahu apa. Ia masih teringat kejadian semalam yang terasa begitu nyata.

Apa aku harus pergi ke psikiater? - Nic pun mendengus dengan kesal.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

PimCherry

PimCherry

lanjut!

2022-02-25

1

It's me

It's me

lanjut kak semangat
salam dari Hei Gadis Berkacamata

2022-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!