#3

Beberapa minggu mengenal Freya, membuat Bryona takjub. Hal itu dikarenakan di balik wajah cantik dan penampilan Freya yang bisa dikatakan menawan, ia adalah seorang ahli komputer. Ia bisa berada di belakang komputer hanya untuk membuat suatu program ataupun melakukan peretasan terhadap website-website yang menurutnya tidak pantas untuk tampil.

“Hei, mengapa wajahmu seperti itu?” tanya Freya saat Bryona tengah memandanginya.

“Aku benar-benar kagum padamu. Kamu cantik, pintar, ah … pokoknya perfect!” puji Bryona.

“Jangan melebih-lebihkan. Semua perempuan itu cantik, tergantung bagaimana mereka menampilkan apa yang ada dalam diri mereka. Seperti dirimu, kamu juga cantik, Bry,” kata Freya.

Bryona menghela nafasnya, pandangannya seketika berubah sendu. Pikirannya kembali terisi dengan ejekan dan bullyan yang selalu ia dapatkan dari teman-temannya. Belum lagi ucapan-ucapan kasar yang menjadi makanannya sehari-hari di rumah.

“Bry, apa yang sesang kamu pikirkan?”

“Frey, apa menurutmu aku pantas bahagia?” pertanyaan Bryona membuat Freya menatap sahabatnya itu dengan pandangan aneh.

“Memangnya siapa yang mengatakan bahwa kamu tidak pantas bahagia? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya Freya.

“Ahhh … tidak tidak. Aku hanya sedang berpikir bahwa tidak semua orang akan hidup bahagia bukan? Mungkin saja aku adalah salah satunya.”

Freya menepuk punggung tangan Bryona,” Bry … kalau kamu ada masalah, katakan padaku. Bukankah kita ini sahabat? Sejak awal aku masuk ke sekolah ini sebenarnya aku melihat sesuatu yang berbeda, hanya saja aku tidak berani bertanya padamu. Apa kamu mau menceritakannya padaku?”

Bryona menatap ke arah Freya, ia bisa melihat ketulusan di mata Freya yang tidak ia lihat di mata teman-teman yang lain. Ketika setiap hari ia harus puas dengan tatapan jijik dan sinis dari setiap orang yang melihatnya, kini ia bisa melihat bagaimana ketulusan persahabatan yang diberikan oleh Freya.

Baru saja Bryona ingin membuka mulutnya untuk bercerita, seorang guru sudah masuk ke dalam kelas karena bel tanda istirahat sudah berbunyi. Teman sekelasnya yang tadi berada di luar kelas sudah kembali duduk di tempatnya masing-masing.

“Kamu bisa bercerita lain waktu, aku akan selalu siap mendengarkan,” bisik Freya sambil tersenyum, dan dijawab dengan anggukan oleh Bryona.

**

Plakkk!!!

Sebuah tamparan mendarat kembali di pipi Bryona. Seperti biasa, toilet menjadi tempat penyiksaan bagi seorang Bryona.

“Berani sekali kamu menggoda kekasihku!” teriak Leticia.

Bughhh!!!

Sebuah pukulan juga mendarat di perut Bryona, membuatnya meringis sakit.

“Aku tidak menggodanya. Aku tidak melakukan apa-apa.” Kata Bryona membela dirinya.

“Bagaimana tidak menggoda? Setiap kali kamu berjalan di depannya, kamu pasti sengaja membusungkan dadamu itu. Kamu sengaja ya ingin menggodanya dengan tubuhmu itu?” Leticia mencengkeram dagu Bryona dan sengaja melakukannya dengan menggunakan kukunya.

“Ahhh … sakit,” Bryona meringis sakit ketika ujung kuku tersebut mulai melukai bagian pipinya.

Brakkkk!!!

Pintu toilet terbuka, terlihat Freya sedang berdiri dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.

“Hei! Siapa yang memperbolehkanmu untuk masuk?” tanya Leticia.

“Apa untuk masuk ke toilet saja aku perlu izin?” tanya Freya sambil memainkan rambutnya.

“Apa kamu juga ingin bernasib sepertinya?” tanya Leticia sambil terus mencengkeram pipi Bryona.

Freya mengambil tempat sabun yang berada di atas wastafel, kemudian dengan cepat ia melemparkannya ke arah Leticia, hingga tepat sekali mengenai keningnya.

“Aduhhh!! sialann!!” Leticia menggeram kesal. Ia mengepalkan tangannya dan memutar tubuhnya ke arah Freya.

“Kemarilah kalau kamu ingin berkelahi. Jangan hanya berani pada seseorang yang tidak akan pernah melawanmu,” Freya memicingkan matanya sambil menggerakkan 2 jarinya.

“Ooo jadi kamu ingin membela cewe penggoda ini ya? Apa kamu temannya? Kusarankan sebaiknya kamu berpikir ulang sebelum membelanya,” Leticia menggerakkan tangannya, meminta teman-temannya keluar dari toilet untuk meninggalkan Bryona.

“Sebaiknya kamu berjaga-jaga, jangan sampai kekasihmu nanti digoda dan direbut olehnya karena ia menjual tubuhnya itu,” bisik Leticia pada Freya, dan Freya hanya mengepalkan tangan tanpa sekalipun membalas perkataan.

Setelah kepergian mereka, “kamu baik-baik saja?” Freya mendekat ke arah Bryona.

“Apa salahku, Frey? Apa salahku? Aku tidak pernah menggoda kekasihnya. Apa memiliki ukuran dada yang besar adalah suatu kesalahan? Apa aku yang meminta seperti ini?” Buliran air mata keluar dari sudut mata Bryona.

**

“Kamu sudah mendengar semua kisahku, bagaimana menurutmu?” Freya membawa Bryona ke sebuah cafe tak jauh dari rumah Bryona. Ia pun memesan ruangan khusus karena ia tak ingin Bryona menjadi minder dan malu untuk bercerita.

“Kasusmu ini cukup unik menurutku. Satu hal yang pasti ini bukan kesalahanmu, tapi aku memintamu untuk bersyukur atas apa yang ada dalam dirimu saat ini. Percayalah padaku, suatu saat nanti, kamu akan merasa beruntung memiliki ukuran dada yang seperti ini,” Freya tersenyum tanpa sedikitpun niatan mencela.

“Aku ingin pergi dari kota ini, Frey. Aku ingin mengubah hidupku. Aku tak ingin mengenal siapapun di kota ini lagi. Kota ini terasa sempit dan menyesakkan bagiku. Setiap sudutnya terasa menyakitkan.”

Freya tampak berpikir, “Apa Paman dan Bibimu mengijinkanmu pergi dari sini?”

Bryona tertawa, “Mereka pasti akan dengan senang hati membiarkanku pergi. Paling-paling mereka akan kehilanganku sebagai asisten rumah tangga mereka saja, selebihnya tidak.”

“Jika kamu yakin seperti itu, bagaimana kalau kamu pindah ke Kota S?”

“Apa kamu bisa membantuku?”

“Tentu saja aku akan membantumu, bahkan aku akan mengubah dirimu menjadi seseorang yang baru. Tak akan ada lagi yang mengetahui siapa dirimu. Kamu bebas menjalani kehidupanmu,” kata Freya dengan yakin.

“Aku mau Frey, aku mau! Tidak masalah menjadi orang lain, aku akan senang.”

“Kalau begitu, aku akan mulai mempersiapkannya dari sekarang. Setelah kita lulus SMP, kamu akan langsung pindah ke Kota S dan melanjutkan sekolahmu di sana. Aku akan membantumu.”

Bryona memeluk Freya dengan erat, “Terima kasih, Frey. Apa kamu memang seseorang yang dikirimkan Tuhan untuk mengubah takdirku? Aku berharap seperti itu.”

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aditya Ivander

Aditya Ivander

𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚏𝚛𝚎𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚎𝚛2 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍 𝚊𝚠𝚊𝚕 𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚒𝚝𝚒 𝚋𝚢𝚘𝚗𝚊

2023-11-25

2

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😛😀💪👍🙏

2023-11-10

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Yaaahh...semoga kedepannya mentalmu menjadi bertambah kuat dan mempunyai sikap untuk menghargai dirimu sendiri...kalo gak berani menghadapi perundungan...lebih mati ajaahh... daripada hidup gak berguna getooo...😛😀💪👍👍👍

2023-11-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!