#2

Perjalanan hidup Bryona sejak kematian kedua orang tuanya bisa dikatakan tidak mudah. Ia harus tinggal bersama paman dan bibi yang bersikap tidak baik padanya. Keinginan mereka hanya satu, yakni menguasai semua harta peninggalan kedua orang tua Bryona yang masih berada di bawah kuasa pengacara keluarga dan juga dinas sosial.

Sebentar lagi Bryona akan naik ke kelas 3 SMP, ia menarik nafasnya dalam.

”Hanya setahun … ya hanya setahun lagi dan aku akan pindah dari sekolah ini. Maafkan Bry, Ma, Pa. Bry telah melepaskan semua harta peninggalan Mama dan Papa untuk paman dan bibi,” Bryona memegang pigura kecil yang berisikan foto keluarganya.

Di dalam kamar yang sempit, tidak ini lebih tepat dikatakan sebagai gudang, ia menyimpan semua miliknya. Semua kenangan kedua orang tuanya tersimpan di sana. Hanya sedikit, karena sebagian besar telah dibakar dengan tanpa perasaan oleh paman dan bibinya.

“Bry akan pindah dari sini. Papa dan Mama akan mendukung Bry kan? Kalian pasti menginginkan kebahagiaan untuk aku dan aku sangat tidak bahagia di sini,” gumamnya sambil menghapus air mata yang turun di pipinya.

“Kutuuu!!!!” Sebuah teriakan membahana dari lantai atas kediaman keluarga Alberto, dan Bryona sangat mengenal suara siapa itu.

Dengan langkah berat, Bryona keluar dari kamar tidurnya dan segera menuju ke asal suara yang tak lain adalah suara seorang Luna Alberto.

Tokkk tokkk tokkk …

“Masuk!” Teriak Luna dari dalam kamarnya.

“Apa ada sesuatu yang kamu perlukan?” tanya Bryona.

“Kamu lihat itu?” tunjuk Luna pada bekas cokelat di atas tempat tidurnya. Tanpa banyak berkata, Bryona tahu bahwa Luna memintanya untuk membersihkannya. ia segera turun kembali dan mengambil beberapa peralatan untuk membersihkannya.

Namun,

Brakkk!!!

“Siapa yang memintamu untuk membersihkannya?” teriak Luna.

“Bukankah kamu memintaku membersihkannya setelah memperlihatkannya padaku?” tanya Bryona.

“Ckk!!! Aku tidak mau kamu membersihkannya sekarang. Itu pasti akan tetap lengket dan menjijikkan. Aku tidak mau tidur bersama dengan sprei bekas noda cokelat. Jadi, cepat ganti!!!” Perintah Luna. Lagi-lagi Bryona hanya bisa menghela nafas dan menuruti semua permintaan sepupunya itu.

Usia Bryona hanya berbeda beberapa bulan dari Luna. Mereka pun sama-sama sedang menimba ilmu di kelas 2 SMP, namun berbeda sekolah. Paman dan bibinya tentu saja akan menyekolahkan Luna di tempat yang jauh lebih baik dari dirinya.

Bryona segera membuka sprei milik Luna, kemudian memasangkan yang baru. Ia pun turun ke bawah untuk mencuci sprei dengan noda cokelat tersebut. Ia harus segera membersihkannya atau Luna akan kembali marah karena noda tersebut tidak hilang di atas sprei kesukaannya.

Baru saja Bryona melangkahkan kakinya ke belakang, area tempat cuci, suara teriakan kembali ia dengar.

“Anak nggak tahu diri!!! Cepat kemari!” Bryona yang belum sempat membersihkan sprei itu pun meninggalkan sprei tersebut di atas mesin cuci dan segera berlari menuju arah ruang duduk, tempat bibinya sedang beristirahat sambil menonton televisi.

“Iya, Bi.”

“Lama amattt!!!”

“Maaf Bi, tadi aku baru dari belakang mau cuci sppr …”

“Alasannn!!!” Belum selesai Bryona berbicara, Dorothy sudah berteriak lagi.

“Cepat kamu cari cara bagaimana televisi itu bisa benar. Kamu bisa lihat kan bagaimana tampilan gambarnya,” ujar Dorothy.

Bryona mendekat ke arah televisi. Ia mengutak-atik kabel yang ada di belakang televisi tersebut, namun tetap tidak membuahkan hasil.

“Ti-tidak bisa, Bi,” kata Bryona pelan.

“Dasar bodoh!!! Makanya otak tuh digedein biar pinter, jangan cuma gede dada aja. Apa emang disiapin buat jual diri, hah?!”

Seperti tamparan bagi Bryona, hatinya begitu sakit ketika mendengar perkataan Dorothy. Tanpa banyak bicara, ia segera berlalu pergi dari ruang duduk.

**

Kini Bryona tengah duduk di kelas 3 SMP. Semua teman-teman di kelasnya kembali memandangnya aneh. Ia pun hanya bisa kembali menundukkan kepalanya.

Rumor buruk tentang dirinya membuatnya minder, apalagi jika bukan karena bentuk tubuhnya yang seperti melebihi batas.

Ia duduk di kursi paling belakang dan paling pojok dari ruang kelas, sama seperti saat ia duduk di kelas 2. Matanya hanya bisa ia arahkan ke atas meja.

“Halo!” Sebuah suara memecah lamunan Bryona.

Seorang gadis cantik kini tengah berdiri di samping mejanya, “kenalkan, namaku Freya … Freya Rodriguez. Siapa namamu?”

“A-aku Bryona,” katanya memperkenalkan diri.

Freya langsung duduk di kursi persis di depan tempat duduknya. Gadis itu memutar tubuhnya, menghadap ke arah Bryona.

“Aku baru saja pindah ke sekolah ini, maukah kamu berteman denganku?” Tanyanya sambil menampilkan senyum yang begitu menawan.

Untuk pertama kalinya, hati Bryona begitu bahagia. Setelah lebih dari 2 tahun bersekolah di sana, akhirnya ada seseorang yang menawarkan diri untuk menjadi temannya. Bukankah itu suatu hal yang patut disyukuri.

“M-mau! Tentu saja aku mau!” angguk Bryona dengan cepat dan sebuah senyuman juga terukir di wajahnya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aditya Ivander

Aditya Ivander

𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚏𝚛𝚎𝚢𝚊 𝚝𝚘𝚔𝚘𝚑 𝚊𝚗𝚝𝚊𝚐𝚘𝚗𝚒𝚜 juga😨

2023-11-25

0

Hermawati

Hermawati

tau banget rasanya jadi bry, relate banget/Sob/

2023-11-12

1

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Dilanjuuutt Thor 😛😀💪👍🙏

2023-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!