#9

“Sejak kapan kamu mencari pekerjaan lagi, Bry?” tanya Freya saat ia melihat Bryona terburu-buru hendak pergi dari resto La Siera.

“Maafkan aku, Frey. Aku belum sempat bercerita padamu. Aku janji akan menceritakannya, tapi sekarang aku terburu-buru,” Bryona tersenyum di balik kacamata yang ia gunakan.

Freya juga ingin berbicara dengan Bryona. Sudah saatnya Bryona menjaga dirinya sendiri karena Kemungkinan besar Freya harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya. Sebelum ia pergi, Freya akan memastikan Bryona aman dan bisa lepas dari traumanya.

Bryona berlari sedikit kencang menuju sebuah bangunan yang dijadikan oleh Nicho sebagai studio foto. Hari ini ia akan melakukan pemotretan kepada beberapa keluarga. Nicho memang sengaja mengatur jadwal mereka secara bersamaan agar ia bisa menghemat waktu.

“Akhirnya kamu sampai juga, Bry. Segera bereskan background ini dan pasang background nature karena keluarga yang selanjutnya menyukai itu,” perintah Nicho. Bryona mengerjakan semuanya dengan rapi dan gesit. Nicho tersenyum melihat cara kerja Bryan. Meskipun tubuhnya sedikit besar, tapi ia sangat gesit dan cekatan, tak salah Nicho menerimanya dulu meski baru sekali bertemu.

Mata Bryona membulat ketika melihat sebuah keluarga datang. Ia segera menundukkan wajahnya. Ia takut mereka akan mengenalinya.

“Kak Nicho,” sapa Luna dengan gaya genit dan manja. Mereka datang ke Kota Campeche karena Nicho memasang di media sosial pribadinya bahwa ia membuka sebuah studio foto. Nicho harus memilah siapa-siapa yang akan ia foto karena ternyata jumlah peminatnya mencapai ribuan. Luna mendaftar sebenarnya hanya untuk berada dekat dengan seorang Nicholas Gerardo dan menarik perhatiannya.

“Bryan! Bantu mereka,” perintah Nicho. Bryona menarik nafas panjang sebelum ia berjalan mendekat ke arah keluarga Paman dan Bibinya.

Ia meletakkan sebuah batang kayu besar yang akan dijadikan tempat duduk. Untuk background, Nicho hanya menggunakan latar polos karena ia akan menggunakan kemampuan editing nya. Namun, baru saja Bryona meletakkan batang kayu tersebut, Luna marah-marah.

“Apa kamu menyuruhku duduk di sana?” tanya Luna.

“I-iya, Nona.”

“Apa kamu tidak bisa melihat bagaimana kotornya? Di mana letak matamu?” ungkap Luna kesal.

“T-tapi memang begitu warnanya. Saya sudah membersihkannya sebelum di bawa ke sini tadi,” jawab Bryona.

“Jadi kamu mau menjawabku, hah?! Akan aku adukan kelakuanmu pada Kak Nicho. Aku pastikan kamu akan segera dipecat. Dasar cowo jelek! Ngaca sana!” Bryona hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia tak menyangka ternyata sikap Luna memang seperti itu kepada siapa saja yang tidak ia sukai.

Untung saja Nicho tidak mengambil pusing apa yang dikatakan oleh Luna. Selama ini ia melihat bagaimana kinerja Bryona dan ia puas. Jika hanya masalah seperti itu, ia bisa membicarakannya dengan Bryona nanti.

“Bryan!” panggil Nicho.

“Iya, Tuan,” Bryona mendekat ke arah Nicho setelah membereskan beberapa peralatan.

“Duduklah di sini,” Bryona pun duduk, namun agak sedikit jauh dari Nicho. Bagaimanapun bagi Bryona Nicho adalah laki-laki.

“Mendekatlah, aku tak akan memakanmu. Aku bukan jeruk makan jeruk,” katanya sambil terkekeh.

Bryona akhirnya mendekat karena ia juga baru sadar bahwa saat ini ia berpenampilan seperti laki-laki.

“Apa kamu punya keluarga, Bry?” tanya Nicho.

“Ya, aku punya Paman dan Bibi, juga seorang sepupu.”

“Orang tuamu?”

“Mereka sudah meninggal saat aku berusia 5 tahun,” jawab Bryona.

“Ah maaf. Bukan maksudku mengingatkanmu.”

“Tidak apa. Bagiku orang tuaku adalah kenangan indah. Jadi saat mengingat mereka justru adalah kebahagiaan untukku,” jawab Bryona.

“Apa kamu memiliki kekasih?” tanya Nicho.

“K-kekasih?” Bryona balik bertanya.

“Maaf, bukan maksudku mencampuri urusan pribadimu. Aku hanya ingin tahu saja.”

“Tidak, aku tidak punya. Apa dengan penampilanku yang seperti ini, akan mudah mendapatkan kekasih?” tanya Bryona.

“Memang kenapa? Tidak ada yang salah dengan dirimu,” jawab Nicho. Pernyataan Nicho membuat Bryona tersenyum. Dari 1 kalimat itu, Bryona bisa mengetahui bahwa Nicho tak pernah memandang seseorang dari fisiknya.

“Terima kasih,” kata Bryona.

“Kamu tahu, Bry. Aku ingin sepertimu, hidup bebas, tapi bukan berarti aku ingin kedua orang tuaku meninggal. Tidak … tidak … !! Aku hanya tidak ingin hidupku diatur oleh kedua orang tuaku. Mereka selalu memaksaku untuk ini dan itu, begini dan begitu,” secara tak sadar Nicho mengeluarkan isi hatinya, meskipun ia tak menceritakan pada Bryan siapa dia sebenarnya.

“Aku akan mengikuti apapun keinginan orang tuaku jika mereka masih hidup. Setidaknya dengan itu aku bisa membahagiakan mereka. Kalau seperti sekarang, aku sama sekali sudah tidak bisa melakukannya,” Bryona menatap ke arah Nicho dengan tatapan sendu, kemudian tersenyum.

Deggg …

Untuk sesaat jantung Nicho terasa berdetak dengan begitu cepat. Tatapan mata dan senyum Bryona seakan masuk ke dalam hatinya. Ia langsung menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, untuk menetralkan hati dan pikirannya.

“Kalau begitu, aku izin pulang dulu,” pamit Bryona.

“Apa minggu depan kamu bisa datang lagi?” tanya Nicho.

“Tentu saja,” sepertinya Bryona perlu mengatur kembali jadwal kerjanya karena sekarang ia rutin bekerja di studio foto milik Nicholas.

**

“Bry, kamu mau kan menggantikan aku di sini?” pinta Freya. Ya, ia meminta bukan bertanya kepada Bryona.

“Tapi Frey, apa nanti tanggapan staf yang lain?”

“Jangan pedulikan orang lain. Kamu sudah kuanggap saudaraku dan sudah sepantasnya kamulah yang menggantikanku. Aku hanya percaya padamu, Bry,” Freya menggenggam kedua tangan Bryona.

Bryona menghela nafas, pada akhirnya ia mengangguk. Ia tak ingin mengecewakan Freya yang sudah banyak membantunya.

“Apa kamu benar-benar akan kuliah di luar negeri?” tanya Bryona, Freya pun mengangguk.

“ Oya Bry, aku akan melatihmu mulai besok. Jadi aku minta persiapkan dirimu. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu jika aku tidak ada di sini.”

“Baiklah.”

**

Bughh bughh … bughh bughh …

“Lebih keras lagi Bry!” perintah Freya. Setelah pemanasan, Freya melatih Bryona untuk memukul dan menendang. Awalnya ia hanya mengajari Bryona untuk memukul dan menendang udara. Setelah ia merasa Bryona siap, Freya mempersiapkan sebuah samsak untuk latihan.

Sudah 1 minggu Bryona berlatih, tentu saja ia tak menggunakan tubuh palsunya. Ia berlatih khusus di kediaman keluarga Rodriguez yang berada di Kota Campeche.

Freya juga mengajari Bryona untuk mengelola restoran miliknya. Freya sudah memberitahu seluruh stafnya bahwa Bryona akan menggantikannya. Pada awalnya terjadi perbincangan, namun semua hal langsung ditepis oleh Freya dengan mengatakan bahwa Bryona adalah saudaranya, sehingga tak ada lagi yang berani berkasak kusuk di belakang.

Setelah selesai memukul dan menendang samsak, Freya menyediakan sebuah samsak besar yang ia geletakkan di atas lantai. Ia meminta Bryona untuk mengangkat samsak tersebut lalu membantingnya ke lantai. Ia meminta Bryona melakukan itu berulang kali.

Peluh terlihat membasahi wajah dan tubuh Bryona, namun ia tersenyum pada Freya seakan mengucapkan terima kasih.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

idaman

idaman

aku suka bruona mulai belajar tangguh....teruskan bry

2023-11-26

2

Sri Murni

Sri Murni

ini orang lain tp serasa saudara... tp yg beneran sodara malah jadi orang lain

2022-10-10

1

Bhebz

Bhebz

Bryona semangat!!!

2022-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!