Deburan Gairah Sang Segara
Pendahuluan
"AKU!"
Aku menepuk dadaku penuh rasa jumawa.
"Namaku Arkha Waradana. Tampan, berpengaruh dan punya banyak harta. Uang adalah segalanya bagiku. Apapun bisa kudapatkan dengan uang."
Seorang pria muda nan tampan tersenyum sumbang membanggakan dirinya.
Arkha Waradana, dia adalah seorang pria kaya raya pemilik perusahaan pengalengan ikan terbesar di kota itu.
Kekayaan yang dimilikinya adalah warisan dari orang tuanya. Dari kecil Arkha sudah terbiasa dengan kemewahan, dan dengan kekayaannya ia dengan mudah mendapatkan apa saja yang menjadi kehendaknya.
Didikan orang tuanya yang memang adalah pekerja keras membuatnya tumbuh menjadi seorang pria yang sangat ambisius. Apapun yang menjadi keinginannya harus bisa dia dapatkan meski dengan cara apapun.
Memiliki paras rupawan dan tubuh yang proporsional tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Arkha. Ditambah lagi dengan kekayaan yang dia miliki, tentu tidak sedikit wanita yang ingin dekat dengannya.
Akan tetapi, hanya ada satu wanita yang bisa menggetarkan hatinya.
Livina, seorang gadis dari keluarga sederhana yang merupakan sahabat dari masa kecilnya telah membuat Arkha jatuh cinta dan tergila-gila. Namun, Livina dengan tegas menolak cintanya, karena gadis itu sudah mempunyai tambatan hati yang lain. Bahkan, pria yang dicintai oleh Livina tidak lain adalah sahabat serta bawahan Arkha sendiri.
Bukan Arkha namanya kalau dia tidak berjuang mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. Penolakan Livina justru membuatnya semakin berambisi memiliki gadis pujaan hatinya dengan berbagai macam cara.
Materialistis adalah sifat alamiah seseorang yang muncul ketika mereka ditawarkan banyak uang dan kemewahan. Apalagi disaat kehidupan mereka serba kekurangan serta memiliki banyak hutang.
Memanfaatkan hal itulah, Arkha berhasil menikahi Livina. Arkha menjerat orang tua Livina dengan hutang lalu mencari perhatian mereka dengan memberikan banyak uang, rumah serta pekerjaan yang layak. Hingga akhirnya semua yang dilakukan Arkha berhasil membuat orang tua Livina setuju menikahkan Livina dengannya walau mereka sendiri tahu kalau Livina tidak pernah mencintai Arkha. Harta sudah membutakan mereka.
Lalu apakah dengan uang Arkha akan mampu menemukan cinta sejatinya?
Atau akan ada wanita lain yang bisa menerimanya, meski harus hidup sederhana bersamanya?
_______________________
Eps. #1 Awal Kisah
Arkha POV
Aku berdiri di depan cermin besar di kamarku, ku pandangi tubuhku yang masih tanpa busana. Dari bayangan cermin, tatapanku ku arahkan kepada seorang wanita yang tengah duduk di atas ranjang memangku wajahnya dengan kedua lututnya.
Perlahan ku raih pakaianku yang berserakan di lantai dan ku kenakan celana pendekku. Namun, aku masih bertelanjang dada, lalu ku hampiri wanita itu dan ikut duduk di tepi ranjang.
Saat ku dekati, dia semakin erat memeluk kedua lututnya untuk menutupi bagian sensitif tubuhnya, karena dia juga sedang tak memakai sehelai benangpun saat itu.
Ku tatap wajahnya yang tampak penuh penyesalan, air matanya terus mengalir di pipinya dan dia menundukkan wajahnya, membenamkan kepalanya diantara kedua lututnya. Perlahan ku angkat dagunya dengan dua jariku lalu kuusap air mata itu dengan lembut. Namum, dia justru menatapku dengan rona kebencian di wajahnya.
"Kamu jahat, Arkha! kau sudah merenggut kesucianku!" hanya kata itu terucap ketus dari bibirnya yang bergetar menahan kemarahan yang teramat kepadaku.
Ku hela nafasku panjang. Apa aku sudah salah melakukan semua ini?
"Sudah enam bulan kau menjadi istriku, Livina, dan selama itu aku tidak pernah menyentuhmu sama sekali karena aku menghargai perasaanmu yang belum bisa mencintai aku seutuhnya!" ucapku dengan nada datar dan aku masih berusaha tenang menghadapi kemarahan Livina.
Memang sudah enam bulan lamanya aku menikahi Livina. Akan tetapi, selama itu pula kami belum menjalankan ritual malam pertama kami. Livina belum bisa menerimaku, makin hari hanya kebencian dan penyesalan yang aku lihat dimatanya.
Tapi, malam ini aku sudah memaksakan keinginanku untuk mengambil hak ku sebagai suaminya. Itu aku lakukan karena hari itu aku sangat cemburu melihatnya bersama sahabatku. Kemarahanku mendorongku untuk segera mendapatkan hakku sebagai suaminya meskipun harus dengan cara memaksa. Aku harus memiliki Livina sepenuhnya agar tidak ada pria lain yang bisa mengambilnya dariku.
"Kau boleh merasa hebat, Arkha! Kau boleh berfikir kalau kau bisa memiliki apapun dengan uangmu. Bahkan, kau juga bisa membeliku dari orang tuaku, tapi tidak dengan cintaku, Arkha! Selamanya aku tidak akan pernah mencintaimu!" ketus Livina sambil mengarahkan telunjuknya ke wajahku dengan air mata yang masih mengalir deras dari kedua bola matanya.
Setelah mendengar kata-katanya aku langsung beranjak dari ranjang itu dan ku pakai semua pakaianku. Aku sangat kecewa terhadap Livina. Enam bulan aku berusaha bersikap lembut padanya, memberikannya banyak cinta dan juga harta. Apapun yang diinginkannya selalu ku penuhi. Aku berharap dia bisa belajar mencintaiku setelah kami berumah tangga.
Tanpa sepatah katapun terucap dari bibirku, aku tinggalkan Livina sendiri di kamar lalu aku keluar dan berjalan menyusuri jalan di depan villa itu. Udara yang dingin malam itu terasa menusuk, menyelusup hingga ke tulangku, namun aku tidak peduli. Sambil terus berjalan ku hisap sebatang rokok dan aku terus saja melangkahkan kakiku tanpa tujuan yang pasti.
Akhirnya, aku hentikan juga langkahku di tepi pantai dan aku duduk di atas pasir sambil memandangi sinar rembulan berharap semua itu bisa membuatku lebih tenang dan juga bisa mengurangi rasa kecewaku.
Akan tetapi rasa kecewa itu semakin menghujaniku ketika aku ingat tadi siang aku melihat Livina jalan bersama Alfin sahabatku. Mereka bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra.
Apa sebenarnya hubungan antara Livina dan Alfin?
Mengapa mereka terlihat begitu dekat? Pertanyaan itu selalu saja memenuhi kepalaku.
Aku, Livina dan juga Alfin adalah sahabat sedari kecil, kami memang sering menghabiskan waktu bersama, susah senang kami hadapi bersama. Tapi, entah mengapa melihat kejadian tadi siang aku begitu merasa cemburu, aku curiga Livina dan Alfin sedang bermain di belakangku.
Kalau iya mereka ada hubungan lebih dari sekedar sahabat, lalu hubungan apa?
Aku baru saja merenggut kesucian Livina, walau dengan cara memaksa setidaknya dari sana aku punya bukti kalau Livina tidak pernah berbuat curang di belakangku, dia masih suci, masih perawan dan akulah yang mendapatkan semua itu.
Suara deburan ombak di pantai masih terus terdengar, malam semakin larut dan aku masih tetap duduk sendiri disana. Aku enggan kembali ke villa dan menemui Livina. Niat hati membawanya berlibur di villa pribadi milikku, tapi penolakannya justru membuatku semakin merasa kecewa.
Beginikah rasanya saat cinta hanya bertepuk sebelah tangan?
Aku begitu mencintaimu Livina, tapi mengapa sampai saat ini kau belum bisa menerimaku?
Apa ketampanan dan kekayaanku masih kurang baginya?
Mengapa sampai sekarang aku masih belum bisa menaklukkan hatinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Don't Ask Myname
wow awalan yang luar biasa. Fix aku masukkan rak fav dan maraton baca.
semangat thor...
2022-08-08
1
Rosdiana Niken
wah,sabar banget ya si Babang,menjadi suami selama 6 bulan tapi baru dapat hak nya,karna si istri belum cinta, padahal cinta dan semua keinginan si istri telah di berikan
2022-08-08
1
Anfit Annisa Fitri Tangka
Minyakk dlu
2022-07-18
1