Eps. #7 Namamu Adalah Segara

Hari beranjak siang, Arkha masih terlihat sangat lemah karena luka yang dideritanya cukup parah, dia merasa kurang nyaman berbaring di bangku kayu yang keras, sesekali ia membolak balikkan badannya dan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.

"Pakai ini, Bang!" Mutiara bisa menyadari kalau Arkha merasa tidak nyaman dengan posisi tidurnya di bangku itu, lalu ia membawakan dua buah bantal untuknya. "Letakkan ini di punggungmu, dan kau akan merasa lebih nyaman!" lanjutnya lagi.

Mutiara membantu Arkha bangun dari bangku itu lalu memasang bantal untuk menyangga punggung Arkha.

"Maafkan, hanya ada dua kamar tidur di rumah ini, satu kamar Bapak dan satu kamarku! Kau terpaksa harus tidur di bangku ini!" Mutiara kembali membantu Arkha menyandarkan tubuhnya di bangku itu.

"Sekali lagi terimakasih banyak, aku sudah banyak merepotkan kalian!" Arkha mulai sedikit merasa lebih nyaman dengan dua bantal yang menyangga tubuhnya yang penuh luka.

"Di warung aku punya kasur lipat, nanti siang akan aku bawa kesini jadi kau bisa pakai alas tidur supaya lebih nyaman!"

"Tidak usah repot repot lagi, ini saja sudah cukup!" Arkha menolak dengan sopan.

"Kamu tidak buka warung hari ini Ra?" Imran masuk ke ruangan itu dan bertanya kepada Mutiara.

"Iya ini mau berangkat sekarang Pak, sekalian aku akan ambil kasur lipatnya. Kasihan si Abang tidur di bangku dia pasti sangat tidak nyaman apalagi dia sedang terluka!" jawab Mutiara jujur.

"Abang? ha..ha.." Imran tergelak mendengar perkataan putrinya. "Baru beberapa jam bapak tinggal keluar, rupanya kalian sudah akrab!" ujarnya, dari nadanya terdengar sedikit menggodanya.

Mutiara terkekeh dan tersipu malu "Aku bingung memanggilnya siapa Pak, dia sendiri tidak ingat siapa namanya dan sepertinya dia lebih tua dariku jadi aku panggil saja dia Abang!" Akunya dengan sangat polos.

"Jadi kau benar benar tidak ingat siapa namamu ya?" Imran mulai bertanya lagi kepada Arkha, dan Arkha hanya menggeleng pelan.

"Bapak menemukanmu di tengah laut karena itu Bapak akan memanggilmu dengan nama SEGARA, sementara kau belum bisa mengingat siapa namamu yang sebenarnya, kau sebut saja namamu adalah Segara! apa kamu setuju?" Imran menatap wajah Arkha yang terlihat bingung karena tidak bisa mengingat jati dirinya.

"Iya sudah, panggil saja aku dengan nama itu!" Arkha mengangguk setuju.

"Baiklah, Pak. Aku akan ke warung dulu, nanti siang aku akan pulang membawakan kalian makan siang!" Mutiara mencium punggung tangan bapaknya berpamitan seraya berjalan keluar dari rumahnya.

Sehari harinya Mutiara selalu bangun mendahului terbitnya sang surya untuk menjual ikan ikan hasil tangkapan bapaknya yang merupakan seorang nelayan tradisional yang akan pergi melaut setiap malam dan kembali saat subuh. Ikan ikan itu biasanya dijualnya di sebuah pasar tak jauh dari dermaga. Setelah menjual semua ikan hasil tangkapan bapaknya ia akan lanjut berjualan di sebuah warung miliknya juga tak jauh dari dermaga itu. Hanya sebuah warung kecil, ia hanya menjual mie instan, kopi dan beberapa cemilan hanya untuk mengisi waktunya. Biasanya warungnya akan sangat ramai apabila semua nelayan pulang dari melaut sekedar untuk mencari sarapan pagi disana. Namun beberapa hari ini warungnya sangat sepi karena nelayan tidak ada yang berani turun melaut sebab cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan dan badai bisa datang kapan saja, dan cuaca sungguh tidak menentu.

Seperti halnya hari itu, hampir tak ada satu orangpun yang mampir ke warungnya. Perahu perahu nelayan semua masih terlihat berjejer di pinggir pantai karena tidak ada nelayan yang pergi melaut hari itu.

Mutiara baru saja selesai memasak ikan asin dan dan sayur yang akan dibawanya pulang untuk makan siang bersama Bapaknya. Namun hari itu dia menyiapkan porsi untuk tiga orang karena ia ingat di rumahnya sedang ada Segara tinggal bersamanya. Dia juga tidak lupa membungkus pisang goreng yang rencananya akan dijualnya sebagai cemilan peneman kopi, namun karena hari itu warungnya sangat sepi tak ada pembeli, maka pisang goreng yang sudah dibuatnya terpaksa akan dibawanya pulang untuk dimakannya sendiri bersama bapaknya.

Langit yang tadinya tampak cerah tiba tiba kembali diselimuti mendung dan awan tebal.

"Sepertinya akan turun hujan lagi!" Mutiara buru buru menutup warungnya dan bergegas kembali pulang. Rantang yang berisi makan siang sudah siap untuk dibawanya pulang, tidak lupa juga ia membawa kasur lipatnya.

"Ayo Pak, Bapak silahkan makan dulu!" Mutiara sudah selesai menyiapkan semua makanan itu di meja dan mengajak Imran untuk makan.

Namun hari itu dia tidak ikut makan di meja bersama bapaknya, Mutiara harus menyiapkan satu piring makanan untuk Segara yang masih terbaring lemah di bangku ruang tengah.

"Bang Gara, Abang makan dulu ya!" Mutiara menyodorkan satu piring nasi beserta lauknya kepada Segara yang sudah kembali duduk bersandar di bangku saat melihat Mutiara menghampirinya.

"Aku tidak tahu bagaimana lagi harus berterima kasih kepada kalian!" ucap Segara sungkan.

"Kalian sangat baik dan tulus menolong orang asing sepertiku walau aku sendiri tidak tahu siapa aku, bagaimana kalau aku sebenarnya adalah seorang penjahat?!" Segara nampak canggung menerima kebaikan Mutiara dan Imran, dia merasa tidak enak karena sudah sangat merepotkan mereka.

"Jangan berpikiran yang tidak tidak dulu, Bang. Sekarang yang terpenting kamu cepat sembuh dan setelah itu kamu pasti akan mengingat semuanya lagi!" tegas Mutiara.

"Sekarang makanlah dulu. Maaf aku hanya masak ikan asin, beberapa hari ini bapak tidak melaut dan warungku juga sangat sepi, uangku hanya cukup untuk beli beras dan sayuran saja!" Mutiara meraih tangan Segara dan menyerahkan piring itu kepadanya, Segara pun segera mengambilnya.

Segara memandangi sepiring makanan di tangannya, ada nasi dan sepotong ikan asin juga tumis kangkung di dalam piring itu. Makanan yang sangat sederhana dan membuat Segara makin merasa sungkan, dia menyadari kalau kehidupan Pak Imran dan Mutiara sangatlah kesusahan karena hanya bergantung dari laut, penghasilan yang mereka dapatkan dalam satu hari hanya untuk mencukupi kehidupannya satu hari itu saja, apabila mereka tidak bekerja maka di hari itu mereka terpaksa menahan lapar karena tidak mampu membeli makanan.

"Makanlah! kenapa hanya bengong saja?" ucapan Mutiara menyadarkan Segara dari lamunannya.

"Kamu nggak ikut makan juga, Ra?" tanya Segara sambil mulai menyendok makanannya dan memasukkannya ke mulutnya.

"Setelah Abang makan, baru aku akan makan!" ujarnya.

Pertama kali menelan makanan itu Segara merasa ada yang sedikit aneh di lidahnya, ia tidak terbiasa dengan makanan seperti itu maklum saja Arkha terbiasa hidup mewah sedari kecil, makanan untuk orang selevel dia pastinya sangat berbeda. Namun lama lama dia merasakan makanan itu penuh cita rasa, ada pedas dan juga asin yang terasa pas di lidahnya sehingga ia pun dengan cepat bisa menghabiskan makananya.

"Sekali lagi terimakasih banyak ya, Ra! masakanmu sangat lezat!" Segara memberikan pujian kepada Mutiara sambil menyerahkan kembali piringnya yang sudah kosong kepada Mutiara.

"Apa kepalamu masih terasa sakit, Bang?" Mutiara bisa melihat kalau pucat di wajah Segara kini sudah mulai berkurang.

"Sedikit! hanya saja rasa perih dari luka luka ini masih sangat terasa!" Segara memandangi beberapa luka robek dan lebam di tangannya.

"Nanti obat penghilang rasa sakitnya kamu minum lagi, Gara! supaya kamu bisa beristirahat lebih nyaman!" Imran yang sudah selesai menikmati makan siangnya ikut menimpali dan ikut duduk di kursi di sebelah Segara.

Hanya beberapa menit setelah makan, Segara merasakan perutnya sangat sakit, ia tidak terbiasa dengan makanan seperti itu dan perutnya langsung memberontak melawan makanan asing yang masuk ke perutnya dan kini terasa bagai melilit-lilit.

"Maaf aku permisi mau ke kamar kecil!" Serunya sambil berjalan tertatih menuju kamar mandi di rumah itu.

Mutiara dan Imran hanya saling menatap.

"Sepertinya dia adalah orang berada Pak, dia tidak terbiasa dengan makanan kita" ujar Mutiara.

"Iya Bapak juga menduga hal yang sama!" sahut Imran.

Mengetahui hal itu Mutiara mengurungkan niatnya membagi pisang gorengnya dengan Segara, pisang goreng itu hanya dimakannya berdua bersama Imran.

Terpopuler

Comments

El Geisya Tin

El Geisya Tin

makanya Arkha itu pelajaran bagimu

2022-08-13

0

El Geisya Tin

El Geisya Tin

hai kak aku lanjut baca bab ini, ya...

2022-08-13

0

DudI Koswara

DudI Koswara

Makin menarik, mantap.. Lanjut

2022-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!