Segara terjaga dari lelap tidurnya dan merasakan sinar matahari menyelinap masuk di ujung matanya yang seketika membuatnya mengerjap.
"Ah aku kesiangan!" Segara langsung mengangkat punggungnya dari kasur, ia terperanjat karena baru teringat tadi malam ia tidur seranjang bersama Mutiara di kamar itu. Ia tersenyum datar dan menatap kecut ranjang itu sambil menggelengkan kepalanya.
"Tadi malam adalah malam pertama kami, tapi tidak terjadi apa apa antara aku dan Mutiara!" Segara menggumam sambil menghela nafasnya pelan.
"Mutiara juga sudah bangun dan dia tidak membangunkanku!" Segara mengusap wajahnya pelan kemudian menurunkan kakinya dari atas ranjang dan melangkah keluar dari kamar itu menuju ke dapur, dia yakin pasti Mutiara sedang berada disana.
Benar saja, Mutiara sudah ada di dapur dan terlihat sibuk membersihkan peralatan masaknya dan dia sudah selesai mempersiapkan sarapan pagi, tiga piring nasi goreng sudah tersaji di meja makan.
"Kenapa kamu nggak membangnkanku, Ra?" tanya Segara sambil tersenyum melihat Mutiara yang nampak bersemangat menyiapkan sarapan di pagi itu.
"Abang pasti kelelahan setelah kesibukan kemarin, makanya aku sengaja nggak bangunin Abang, lagian juga kan aku nggak ke warung hari ini!" ucap Mutiara dengan santainya.
"Bapak belum bangun ya, Ra?" tanya Segara lagi.
"Sudah, Bang! Bapak ada di depan tuh lagi beres beres!" sahut Mutiara.
"Aku sangat terlambat bangun hari ini, maafkan aku nggak ikut bantu kalian membereskan rumah!" Segara menepuk keningnya sendiri, merasa malu karena sudah bangun kesiangan.
"Nggak apa apa, Gara! tadi malam itu kan malam pertama kalian, sudah wajar kalau kalian pasti kelelahan dan bangun kesiangan!" tiba tiba Imran sudah berdiri di sebelah Segara sambil memasang senyum lebar di bibirnya.
Segara hanya tersenyum malu menanggapinya, sambil menoleh ke arah Mutiara yang juga terkekeh mendengar kata kata Imran.
"Sarapan sudah siap, ayo kita makan dulu!" Mutiara segera mengalihkan topik pembicaraan Imran agar tidak membahas tentang malam pertama lagi.
Ketiganya kemudian duduk untuk menikmati sarapannya.
"Gara, siang ini kau harus pergi ke kota kabupaten! datang lah ke kantor catatan sipil dan urus akta perkawinan kalian!" perintah Imran.
"Baik, Pak!" sahut Segara singkat karena mulutnya masih penuh dengan nasi goreng.
"Kau tidak akan pergi sendiri, Mutiara akan ikut bersamamu! lanjut Imran lagi.
"Segara belum pernah pergi ke kota, Ra! jadi kau harus menemaninya!" perintah Imran lagi kepada Mutiara.
"Iya dengan senang hati, Pak. Sekalian aku juga mau berbelanja beberapa perlengkapan untuk di warung nanti disana." jawab Mutiara dengan sangat antusias.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Segara dan Mutiara lalu berpamitan kepada Imran karena mereka akan pergi ke kota, helm dan jaket juga sudah melekat di tubuh mereka. Dengan menggunakan motor butut Imran mereka segera meluncur menuju kota kabupaten yang akan mereka tempuh kurang lebih satu setengah jam dari kampung itu, berbeda dengan kota kecamatan yang bisa ditempuhnya hanya satu jam saja.
Jalan setapak yang berkelok kelok dengan banyak tanjakan dan juga turunan mereka lewati, Mutiara dengan setia duduk di belakang Segara sambil melingkarkan kedua tangannya dengan sangat erat di pinggang segara saat motor itu melaju kencang, ini pengalaman pertama mereka naik motor berdua selama Segara tinggal bersama Mutiara di kampung itu.
"Pegang yang erat, Ra! tanjakannya cukup terjal!" pekik Segara saat ia mulai tancap gas agar motor itu bisa menaiki tanjakan yang cukup licin dan terjal.
Jantung Mutiara berdebar kencang saat merasakan dadanya begitu dekat menempel di punggung Segara, begitu pula Segara, tangannya seketika keluar keringat dingin saat merasakan tonjolan di dada Mutiara menyentuh punggungnya. Semua perasaan itu pastinya meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka, ada sesuatu yang sulit diungkapkan yang tengah mereka rasakan saat itu.
Mereka pun kini sudah tiba di kota dan langsung menuju ke kantor catatan sipil. Beberapa jam mereka disana dan semua dokumen pun sudah selesai mereka urus.
"Sekarang Abang antar aku berbelanja ya!" ajak Mutiara sambil kembali duduk di belakang Segara di atas motornya. Mereka menuju sebuah toko peralatan dapur dan Mutiara hanya masuk sendiri ke toko itu, Segara menunggunya di luar toko.
Pandangan segara menyapu semua sudut kota itu. Hanya sebuah kota kecil dan juga tidak terlalu ramai sangat berbeda dengan yang ada di pikiran Segara selama ini.
"Pantas saja selama ini Bapak tidak menemukan informasi apa apa tentang diriku, kota ini sangat kecil, disini juga tekhnologi hanya seadanya saja." gumam Segara.
"Sudah dapat, Bang!" Segara kaget karena Mutiara sudah ada di belakangnya sambil tersenyum memegang satu kantong belanja di tangannya.
"Kamu beli apa aja, Ra?" tanya Segara sambil mengambil alih tas belanja itu dari tangan Mutiara dan menggantungnya di motor.
"Beberapa kelengkapan di warung saja, Bang!" jawabnya.
Saat itu sudah pukul 2 siang.
"Bang aku haus dan lapar, kita cari makan siang yuk!" ajak Mutiara. Segara hanya mengangguk dan ia langsung mengarahkan motornya menuju sebuah warung makan sederhana yang ditunjuk oleh Mutiara. Mereka memesan dua porsi soto ayam dan makan disana.
"Kita jalan jalan sebentar di kota ini ya, Bang! semenjak lulus SMA aku jarang ke kota ini, aku pengen ngajak kamu ke taman kota!" ajak Mutiara lagi.
Kembali Segara hanya mengangguk, selama ini ia hanya tinggal di kampung nelayan itu, ia juga sangat ingin tahu dunia luar di sekitarnya.
Di taman kota, Mutiara dan Segara duduk berdua di sebuah bangku yang teduh dibawah rindangnya pepohonan sambil memandangi orang orang yang terlihat cukup ramai di taman itu. Ada yang hanya duduk duduk saja dan ada juga yang sedang berolahraga sore disana. Beberapa orang pedagang asongan juga terlihar mondar mandir menjajakan dagangannya.
Segara mengeluarkan map dari dalam jaketnya, map yang berisi akta pernikahan mereka, lalu perlahan ia membukanya.
"Surat ini bukti sah pernikahan kita, Ra! secara hukum dan agama kamu sudah sah menjadi istriku!" ucap Segara pelan sambil memandangi akte perkawinan mereka.
Mutiara ikut memandangi akte itu sambil tersenyum tipis, "iya, Bang! ini adalah ikatan yang harus kita jalani seumur hidup!" ucap Mutiara sambil menyandarkan kepalanya di bahu Segara mencoba lebih dekat dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Segara juga membalas dengan merangkul erat pundak Mutiara sambil sesekali membelai rambut Mutiara, sejenak kedekatan itu membuat perasaan hangat diantara keduanya.
Mutiara mulai merasa sangat nyaman saat dekat seperti itu dengan Segara, mungkin saja getaran cinta itu mulai tumbuh dihatinya, namun saat ia kembali teringat akan Segara yang masih tidak ingat akan masa lalunya, Mutiara menjadi kembali ragu, sehingga keraguan itu juga akan kembali mengubur perasaan cintanya.
Sementara Segara, ia terus berusaha menumbuhkan rasa cinta itu dihatinya untuk Mutiara, baginya menikah dengan Mutiara bukan lagi hanya karena menghindari fitnah, tapi ia ingin menjalaninya dengan sepenuh hati, Mutiara adalah seorang gadis yang sempurna di matanya saat ini. Cantik, sopan, lemah lembut dan sangat perhatian padanya, semua sudah ia temukan di diri Mutiara. Hanya saja masih butuh waktu baginya untuk meyakinkan perasaanya.
Mereka tetap duduk disana untuk beberapa saat sampai matahari sudah sangat condong di arah barat.
"Kita pulang sekarang, Bang!" ujar Mutiara.
"Iya, Ra!, ini sudah sore pasti kita kemalaman sampai di rumah!"
"Nggak apa apa lah, Bang. Toh hanya sekali ini saja, tumben kita bisa jalan jalan keluar kampung kita kan?" Mutiara tersenyum bahagia, Segara juga senang karena bisa melewati waktu santai berdua cukup lama bersama Mutiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
DudI Koswara
Mantap, benih cinta mulai tumbuh tuh😅
2022-07-06
2
Teguh Sulaqsono
Gaass
2022-05-26
2
wongbagja
kapan MLnya Thor 😭😭😭😭😭
2022-05-25
3