Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?

Segara POV

Beberapa hari setelah Pak Imran menemukan dan menolongku saat aku terhempas ke tengah lautan, Pak Imran dan Mutiara masih merawatku dengan sangat baik, luka luka di tubuhku kini sudah mulai mengering sehingga rasa nyeri di sekujur tubuhku juga sudah mulai hilang, akan tetapi aku belum juga bisa mengingat apapun tentang siapa diriku dan juga masa laluku.

Aku merasa sangat beruntung bertemu dengan orang orang baik seperti Pak Imran dan Mutiara yang sangat tulus menolongku, walau aku juga menyadari mereka hanyalah keluarga sederhana dan hidup mereka serba kekurangan.

Tak ingin terlalu menjadi beban bagi Pak Imran dan Mutiara, aku pun mulai membantu mengerjakan beberapa pekerjaan ringan. Seperti membantu Pak Imran memperbaiki jaring ikan dan mempersiapkan perahunya sebelum ia berangkat melaut. Hari ini aku juga ikut bangun saat masih subuh, aku sangat ingin membantu Mutiara pergi ke pasar menjual ikan hasil tangkapan Pak Imran.

Saat perahu Pak Imran baru saja kembali dari melaut aku ikut mengangkat jaring ikan dan mengeluarkan semua kotak penyimpan ikan dari dalam perahu.

Namun Pak Imran dan Mutiara melarangku ikut ke pasar.

"Bang Gara nggak usah ikut ke pasar, Bang! biar aku saja, aku sudah biasa kok mengerjakan ini sendiri!" Mutiara menolak saat aku ingin ikut bersamanya untuk menjual ikan ikan itu.

"Tapi ini berat, Ra! hasil tangkapan Bapak lumayan banyak hari ini, jadi ijinkan aku membantumu membawanya ke pasar!" walau Mutiara melarangku tapi aku tetap memaksa.

"Jangan, Bang! lukamu belum sepenuhnya sembuh sebaiknya kau tinggal di rumah dulu!" Mutiara tetap menolak.

"Iya betul kata Mutiara Gara, kau tidak perlu membantunya dulu, lagi pula tempat ini akan sangat ramai, kau sebaiknya pulang saja!" perintah Pak Imran ikut menimpali.

Sesungguhnya yang dikhawatirkan oleh Pak Imran dan Mutiara bukan karena aku masih belum sepenuhnya sembuh, namun mereka enggan menjawab pertanyaan orang orang yang sudah pasti akan bertanya siapa aku, karena selama ini mereka hanya tinggal berdua dan sanak saudara mereka tinggal sangat jauh dari kampung itu.

Menyadari hal itu, akupun tidak memaksa lagi dan aku berjalan pergi meninggalkan mereka berdua yang masih sibuk mengangkat kotak kotak ikan mereka menuju ke pasar ikan yang tak jauh dari tempat perahu Pak Imran mendarat.

Aku tidak langsung pulang seperti perintah Mutiara dan Pak Imran namun aku melangkah menuju ke sebuah pohon besar yang tidak terlalu jauh dari pasar itu. Di bawah pohon itu ada sebuah bangku kayu dan aku duduk sendiri disana. Dari tempat itu aku bisa leluasa memperhatikan aktivitas orang orang yang sudah mulai ramai ada di pasar itu serta lalu lalang perahu nelayan yang silih berganti berlabuh karena mereka semua baru kembali dari melaut.

Pandanganku tidak pernah lepas dari Mutiara. Gadis manis itu sudah terbiasa dengan pekerjaanya menjual semua ikan ikannya kepada pemasok ikan yang memang selalu datang kesana membeli ikan dari para nelayan. Ikan ikan itu akan di pilah pilah terlebih dahulu sesuai jenis dan ukurannya. Beberapa ikan yang tidak layak untuk di jual dikumpulkannya dan akan dibawanya pulang untuk dimasak hari itu.

Setelah semua ikannya terjual, Mutiara langsung menuju warungnya yang sudah terlebih dahulu di buka oleh Pak Imran dan mulai berjualan untuk para nelayan yang baru pulang dari melaut yang ingin mencari sarapan disana. Warungnya pun seketika ramai pembeli, dibantu oleh Pak Imran, Mutiara terlihat sangat cekatan dalam melayani para pelanggannya, namun keramaian itu hanya sebentar, karena para nelayan hanya singgah disana untuk sekedar mencari sarapan ataupun sekedar minum kopi saja. Setelah itu mereka akan segera pulang melepas lelah setelah semalaman ada di laut lepas.

Dalam hati aku mengagumi kesederhanaan Mutiara. Meski masih sangat muda, dia begitu bertanggung jawab, bekerja keras membantu Pak Imran dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari harinya.

Sejujurnya saat ini aku masih sangat bingung dengan diriku. Aku terus saja berfikir tentang siapa sebenarnya diriku. Di satu sisi aku sangat ingin ingat semua tentang diriku namun di sisi lain aku sangat takut mengetahui kenyataan tentang diriku.

"Siapa sebenarnya aku?" pertanyaan itu selalu ada di kepalaku namun aku sama sekali tidak bisa mengingat apapun.

"Bagaimana kalau ternyata sebenarnya aku adalah seorang buronan yang mungkin saja saat ini tengah di kejar kejar polisi?" aku sungguh tidak berani membayangkan hal itu.

"Lalu kalau aku bukan penjahat kenapa aku bisa hanyut di tengah laut? apakah ada orang yang sengaja mencelakakanku, bukankah aku memakai baju pelampung saat Pak Imran menemukanku?"

"Kalau aku terbawa arus laut karena sebuah kecelakaan kapal, kenapa hanya aku saja dan tidak ada korban yang lain? Kenapa tidak ada puing kapal atau apapun barang bukti lain yang ada di dekatku? Kenapa juga tidak ada orang yang mencariku?"

Tiba tiba kepalaku terasa sangat sakit saat aku berusaha mengingat semua tentang diriku dan aku menekan nekan keningku sendiri sambil meringis menahan sakit yang tak tertahankan.

Aku tarik nafasku dalam dalam kemudian ku hembuskan perlahan. Aku berusaha menenangkan diriku untuk meredakan sakit kepalaku yang begitu dahsyat, ku sandarkan punggungku di bangku itu dan aku pandangi hamparan lautan luas di hadapanku. Sesekali ku pejamkan mataku sambil terus menarik nafas dalam dan ku hembuskan kembali, akhirnya semua itu bisa sedikit mengurangi sakit kepalaku.

Aku masih duduk di bawah pohon itu dan tanpa terasa kini terik matahari yang sudah semakin tinggi menerpa tubuhku. Hembusan angin laut menyamarkan panas sengatan sinar mentari di kulitku. Aku masih memperhatikan semua kegiatan di warung milik Mutiara yang kini mulai terlihat sepi. Di area itu memang hanya ada satu warung saja yaitu warungnya Mutiara, karena warung yang lain kebanyakan adanya di dekat pasar, hanya warungnya Mutiara saja yang paling dekat dengan bibir pantai namun tidak terlalu jauh dari dermaga.

Aku beranjak dari tempat dudukku dan perlahan berjalan menuju warungnya Mutiara.

"Bapak mana, Ra. Sudah pulang ya?" tanyaku saat aku sudah sampai di warungnya dan tidak melihat Pak Imran lagi disana.

Mutiara yang sedang sibuk mencuci cangkir bekas kopi dan mangkuk mie terlihat terkejut saat aku sudah ada di dekatnya.

"Loh Bang Gara nggak jadi pulang tadi?" tanyanya sambil menatapku heran.

"Aku duduk di bawah pohon itu tadi, aku malas pulang sendiri, habisnya kau melarangku membantumu!" seperti itu alasanku. Dan Mutiara hanya tersenyum medengarnya.

"Bapak buru buru pulang, katanya ada urusan mau pergi ke kota kecamatan!" ujar Mutiara sambil merapikan cangkir dan mangkuknya.

"Bapak juga pergi untuk mencari informasi tentang Abang, siapa tahu saja ada yang sedang mencari Bang Gara atau berita apa gitu terkait dirimu, Bang! Maklum jaringan internet dan GSM kan cuma sampai kota kecamatan saja, disini sangat terpencil jauh dari sentuhan tekhnologi Bang!"

"Sekalian membeli obat untuk Bang Gara juga." Mutiara terus berceloteh menjelaskan tujuan Pak Imran pergi ke kota kecamatan hari itu.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala, ada rasa cemas di hatiku apabila Pak Imran menemukan informasi tentang diriku dan ternyata itu adalah informasi yang tidak sesuai harapanku.

"Kalau aku ternyata adalah seorang penjahat yang sedang dalam pengejaran polisi gimana Ra? Kalian juga pasti akan ikut terseret karena menyembunyikan seorang buronan kan?" tanyaku penuh kekhawatiran.

Namun Mutiara hanya tersenyum menanggapi kekhawatiraku itu.

"Bang Gara sudah beberapa hari ada di rumah kami, dan selama itu Abang tidak ada menunjukkan kalau Abang itu orang yang jahat. Aku sama sekali tidak takut akan hal itu, Bang!" jawabnya seperti tanpa beban.

Aku lalu duduk di sebuah kursi di warung itu dan jujur saja, aku sangat terharu mendengar jawaban Mutiara, selain suka rela memberiku tumpangan di rumah mereka, Mutiara dan Pak Imran juga tidak pernah berfikir kalau bisa jadi saja aku adalah seorang yang jahat, mereka sangat tulus menolongku.

"Bang Gara, mau aku buatkan kopi?" Mutiara menghampiriku karena ia sudah selesai mencuci semua cangkir dan mangkuknya, warung itupun sudah sepi tidak ada lagi seorang pembelipun disana.

"Boleh!" jawabku sambil ku anggukkan kepalaku.

Mutiara segera membuatkan secangkir kopi dan menyajikan beberapa potong ubi goreng sisa yang tidak habis di jualnya. Sudah beberapa hari aku tinggal bersama mereka dan perutku juga semakin terbiasa menerima makanan yang dimasak oleh Mutiara.

"Kamu masak apa untuk makan siang, Ra?" tanyaku lagi, karena biasanya kalau warungnya sudah sepi Mutiara akan memasak makan siang untuk Pak Imran dan juga aku di warung itu.

"Ada sisa ikan hasil sortiran pemasok, Bang, aku mau jadikan pepes!" Mutiara lalu membuka kantong plastik yang berisi beberapa jenis ikan di dalamnya.

Perlahan ku dekati Mutiara, "boleh aku bantu bersihkan ikannya?" tanyaku sambil meraih kantong plastik itu.

"Nggak usah Bang, biar aku saja!" tolaknya.

"Kamu buat bumbunya saja sana, biar aku yang bersihkan ikan ikan ini!" aku tetap membujuk.

"Memangnya Bang Gara bisa bersihkan ikan ini?" tanyanya ragu.

Aku hanya tersenyum menanggapi keraguannya lalu ku ambil ikan ikan itu dan mulai membersihkannya. Entah mengapa aku merasa sangat tidak asing dengan jenis jenis ikan laut.

"Apakah pekerjaanku berkaitan dengan ikan sebelumnya?" sekilas ada pertanyaan itu melintas di benakku.

**Buat yang masih terus menyimak kelanjutan cerita ini tolong tinggalkan jejak dong! Sekedar kasih jempol saja akan membuatku semangat melanjutkan cerita ini! Apalagi kalau mau komentar kasih saran\, aku akan sangat senang. Malam ini aku double up deh biar kalian tetap lanjut bacanya**

Terpopuler

Comments

Rosdiana Niken

Rosdiana Niken

disaku celana si Abang ga ada dompetnya?

2022-08-08

2

Lulu Cooking

Lulu Cooking

aku sih ye Kaka aoutor

2022-07-31

1

Lexca Qilla

Lexca Qilla

semoga sma tiara

2022-07-29

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!