Eps. #12 Kakak Dan Adik

Pembeli yang kebanyakan adalah nelayan dari kampung itu terus silih berganti datang ke warung Mutiara.

"Pelanggan di warung mu kebanyakan laki laki ya, Ra? kamu nggak takut di gangguin sama mereka?" Segara berbisik dan bertanya kepada Mutiara yang tengah sibuk melayani langganannya di warung itu. Ia merasa tidak nyaman melihat Mutiara dikerumuni banyak laki laki yang terdengar selalu saja banyak berbicara menggoda Mutiara, namun Mutiara hanya menanggapi biasa saja olok olok para laki laki itu.

"Buat apa takut, Bang! mereka itu semua warga kampung sini, aku dan Bapak sudah kenal sama mereka semua!" sahut Mutiara tak mengindahkan kekhawatiran Segara.

"Tapi, Ra, mereka ngomongnya kadang suka keterlaluan, aku nggak suka dengernya!" protes Segara dengan wajah tampak tidak senang.

"Nggak apa apa, Bang! mereka memang seperti itu gaya bicaranya, sebenarnya mereka orang baik semua kok!" sanggahnya dengan santai.

Segara diam tak berkomentar, ia memilih untuk tidak protes lagi, dia paham kalau Mutiara pasti lebih tahu kebiasaan orang orang di kampung itu, dan ia pun hanya mengangguk dan kembali melanjutkan membantu Mutiara merapikan semua cangkir cangkir habis pakai dari meja.

Hari semakin siang, warung Mutiara kini sudah sepi karena para nelayan sudah satu persatu meninggalkan warungnya menuju ke rumahnya masing masing.

"Makasih banyak ya Bang hari ini Abang sudah bantuin aku disini, kalau Abang nggak bantuin pasti aku kewalahan melayani pembeli tadi!" Mutiara menyodorkan secangkir kopi untuk Segara yang baru saja selesai merapikan bangku bangku di warungnya.

"Aku hanya bisa membantu mengerjakan hal hal kecil saja, Ra. Sebenarnya akulah yang selalu jadi beban bagi keluarga kalian disini!" Segara merasa segan.

"Kamu jangan terlalu berlebihan gitu, Bang! udah dibantuin seperti ini, aku tuh seneng banget!" sahut Mutiara kalem.

Hari itu warung Mutiara memang terlihat lebih ramai dari biasanya karena beberapa hari sebelumnya, cuaca kurang mendukung bagi para nelayan untuk turun melaut, namun tadi malam cuaca sangat bagus karenanya hampir semua nelayan turun melaut dan pagi itu banyak yang mampir di warungnya.

"Diminum dulu kopinya, Bang!" lanjutnya sambil melirik cangkir kopi untuk Segara yang belum disentuhnya.

"Makasih ya, Ra!" Segara lalu duduk di salah satu bangku yang sengaja masih dibiarkannya di luar karena ia ingin duduk menunggu Mutiara disana.

"Kalau Abang mengantuk, Abang mending pulang duluan aja! kasihan Abang nggak dapat istirahat, dari semalam kan sudah ikut Bapak melaut!" imbuhnya lagi.

"Enggak kok, Ra! aku disini saja nemenin kamu sampai kamu selesai masak makan siang!" Segara tidak ingin meninggalkan Mutiara sendiri di warungnya.

"Ya sudah kalau gitu, Bang, kamu istirahat aja dulu disini aku mau lanjut masak!" Mutiara lalu melangkah menuju dapur kecil yang ada di bagian belakang warungnya itu.

"Kalau ada yang bisa aku bantu lagi, kamu tinggal panggil aku ya, Ra!" seru Segara lagi, namun Mutiara hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab dan terus melangkah ke dapur meninggalkan Segara.

Segara lalu menyandarkan punggungnya di sandaran bangku sambil menyelonjorkan kakinya. Ia mulai menyeruput kopi yang disuguhkan Mutiara untuknya, ia terus saja memperhatikan Mutiara yang sudah masuk ke dapur dan terlihat mulai sibuk memasak mempersiapkan makan siang untuk mereka.Semakin hari Segara semakin kagum akan kepolosan dan kesederhanaan gadis itu, tanpa disadarinya sebuah senyum terus tersungging di bibirnya saat ia memikirkan gadis muda itu.

Segara meregangkan kedua tangannya, melemaskan semua otot ototnya yang terasa lelah sambil sesekali menguap karena semalaman ikut melaut bersama Pak Imran, rasa kantuk pun mulai menyerangnya. Semilir angin pantai yang terasa sejuk, membuat matanya sejenak terpejam, ia akhirnya ketiduran juga di bangku itu.

Langit yang tadinya cerah kembali berubah mendung, awan hitam tiba tiba datang bergulung gulung dan angin bertiup cukup kencang. Di pulau itu cuaca memang sangat sulit diperkirakan, panas dan hujan susah diprediksi.

Segara membuka matanya, terpaan angin yang cukup kencang di wajahnya membangunkannya dari tidurnya. "Astaga... aku ketiduran rupanya!" gumamnya.

Segara lalu buru buru bangun dan merapikan bangku yang didudukinya dan membawanya masuk.

Mutiara masih terlihat sibuk di dapur, lalu perlahan Segara menghampirinya.

"Langit mendung lagi, Ra, sepertinya akan turun hujan lagi!" ucapnya.

"Apa yang aku bisa bantu, Ra?" Segara ingin menawarkan bantuan agar mempercepat pekerjaan Mutiara.

"Nggak ada, Bang. Ini juga sudah selesai kok!" Mutiara menolak tawaran Segara karena dia memang sudah selesai memasak dan tinggal memasukkannya ke dalam rantang untuk dibawanya pulang.

Langit semakin gelap dan akhirnya hujan pun turun sangat deras. Kilatan petir dan suara gemuruh saling bersahutan, angin bertiup sangat kencang sampai menghempaskan air hujan masuk ke warung kecil milik Mutiara

"Yah... kita di salip sama hujan, Ra. Dan sekarang kita terjebak disini tidak bisa pulang!" keluh Segara dengan wajahnya yang masih tampak lelah.

"Kita tunggu aja dulu disini, Bang! semoga saja hujannya segera reda!" ujar Mutiara tenang tanpa ada rasa kekhawatiran.

"Disini nggak ada payung ya, Ra?" Segara bertanya lagi.

"Nggak ada, Bang! lagi pula hujan angin begini, pakai payung juga akan tetap basah!" terangnya.

"Abang ngantuk apa lapar sih, Bang? sepertinya udah pengen buru buru pulang aja?" Mutiara terkekeh ia menyadari kalau saat itu Segara nampak gelisah sepertinya ingin buru buru pulang.

"Kasihan Bapak di rumah sendiri, Ra! Pak Imran pasti lapar dan sedang menunggu kita pulang membawakan makanan." jelas Segara mencari alasan dan memang ia sedikit mencemaskan Pak Imran karena itu adalah waktunya ia biasa makan siang.

"Bapak tadi pergi ke tempat hajatan salah satu warga, Bang! pasti Bapak sudah makan disana." Mutiara menanggapinya hanya dengan senyuman.

"Oohh..." Segara hanya mengangguk paham.

"Kita makan disini saja yuk, Bang! sepertinya hujan ini akan lama, dan aku juga sudah lapar!" ajak Mutiara sambil mengeluarkan kembali rantangnya yang sudah sempat dikemasnya. Lagi lagi Segara hanya mengangguk saja karena ia memang sudah sangat lapar. Mereka berdua lalu makan disana.

"Bang Gara, mau tambah nasinya lagi?" Mutiara mengambil centong nasi karena melihat piring Segara sudah kosong.

"Cukup, Ra, aku sudah kenyang!" Segara menyentuh perutnya yang sudah cukup terisi makanan siang itu.

"Ya sudah aku akan simpan lagi sisa makanannya untuk kita makan nanti malam." Mutiara lalu membereskan semua makanan itu merapikan semua peralatannya karena dia juga sudah menyelesaikan makannya.

Meski makan sangat sederhana, namun Segara merasakan ada yang istimewa saat bisa makan berdua bersama Mutiara. Begitu juga Mutiara, dekat dengan Segara membuatnya merasa aman dan nyaman, seperti ada seorang pangeran pelindung yang senantiasa ada disisinya.

Hujan masih turun sangat deras, Mutiara merapikan beberapa barang barang jualannya, dipersiapkan lagi untuk dijual esok harinya.

"Kalau Abang mengantuk, Abang tidur aja di bangku itu!" Mutiara menunjuk ke salah satu bangku yang tadi dimasukkan oleh Segara ke dalam warungnya.

Segara lalu duduk di bangku itu dan hendak tidur mengikuti saran Mutiara. Baru saja ia meletakkan pantatnya di bangku itu tiba tiba deru angin terdengar sangat kencang. Atap warung yang terbuat dari seng terdengar saling bertautan menimbulkan suara nyaring menusuk telinga dan tampias air hujan tak terelakkan masuk ke dalam warung itu. Mutiara memeluk tangannya sendiri merasakan angin dingin menyentuh kulitnya, hembusan angin pantai bercampur air hujan membuatnya merasa kedinginan.

"Jangan berdiri disana, Ra! disana dingin, duduk sini di sebelahku, disini kamu akan lebih hangat!" Segara menepuk bangku di sebelahnya.

Mutiara yang sebelumnya hanya berdiri di dekat pintu lalu duduk di bangku yang sama dengan Segara, dia masih menggosok gosokkan kedua telapak tangannya untuk mengurangi rasa dingin.

"Dingin ya?" tanya Segara dengan seringai miring.

"Iya dingin lah Bang, emangnya Abang nggak ngersa dingin kena hembusan angin itu?" celetuk Mutiara sambil tersenyum kecut menanggapi seringai Segara.

"Lagian kamu ngapain tadi berdiri disana, memang enak kena hujan dan kedinginan?" tanya Segara dengan kembali dengan seringai miringnya. Mutiara seketika tersipu mendengar kekehan Segara.

"Aku hanya memandangi hujan Bang!" sahutnya mengalihkan.

"Hujannya makin deras, Bang! kita jadi harus tinggal disini dulu, aku kasihan sama Abang pasti nggak akan bisa beristirahat senyaman di rumah kalau disini!' ujar Mutiara kemudian.

"Nggak apa apa, Ra! disini juga nyaman kok hanya saja ada nyanyian yang cukup tidak enak didengar dari atap seng diatas!" jawab Segara sambil terkekeh. Mutiara pun ikut terkekeh mendengar jawaban konyol Segara. Sebenarnya Segara merasa sangat mengantuk tapi suasana di dalam warung itu membuatnya tidak merasa nyaman. Apalagi ada Mutiara yang kini duduk di sebelahnya, bangku itu menjadi sangat sempit tidak cukup untuknya bisa merebahkan badannya disana.

"Makasih banyak ya, Ra! selama ini kamu sudah sangat perhatian terhadapku. Aku sungguh sungguh berhutang budi sama kamu dan juga Pak Imran. Sudah sebulan aku disini dan aku masih nggak tahu kapan ingatanku akan kembali!" Segara menekan keningnya ia merasa tak berdaya karena sudah terus berusaha keras mengingat masa lalunya namun sampai saat itu belum juga menemukan petunjuk tentang jati dirinya.

"Jujur nih Bang ya, semenjak Abang tinggal disini, aku tuh ngerasa seneng banget, Bang! Selama ini aku cuma tinggal sama bapak, tapi semenjak kehadiran Abang aku merasa menemukan sosok seorang kakak dalam diri Abang!" Mutiara tersenyum menatap wajah Segara yang tiba tiba nampak murung.

"Iya, Ra! kamu juga sudah seperti adikku sendiri, aku merasa punya keluarga semenjak tinggal bersama kalian." Segara ikut menatap wajah Mutiara yang selalu tersenyum kepadanya.

"Kalau begitu,mulai sekarang jangan pernah sungkan lagi ya!" Kita adalah kakak dan adik walau bapak dan ibu kita tidak sama!" seloroh Mutiara ikut menimpali ucapan Segara sambil terkekeh lirih.

**Maaf ya guys up nya agak lambat\, author lagi punya kesibukan pribadi. Tapi akan tetap diusahakan up satu episode setiap hari. So lanjut terus bacanya ya dan jangan lupa tinggalkan jejak\, jangan cuma jadi jin gentayangan\, casper aja bisa dilihat\, masa kamu enggak!**

Terpopuler

Comments

Nairyan

Nairyan

dari pada jadi kakak adik mendingan juga jadi suami istri 🤭🤭

2023-06-21

1

Rizal Zainal

Rizal Zainal

oke author

2022-07-24

1

Nunung Sunarti

Nunung Sunarti

mudah2an segara menjadi jodohnya mutiara

2022-07-02

5

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!