Pagi yang cerah menyambut kedatangan para nelayan yang baru saja pulang dari melaut, satu persatu mereka berlabuh di dermaga dan menurunkan hasil tangkapannya masing masing.
Mutiara juga tampak sudah berada diantara para nelayan itu dan tengah disibukkan dengan kotak kotak ikan yang baru saja dikeluarkan Imran dari perahunya. Seperti biasa mereka lalu menjual semua ikan itu kepada para pemasok setelah itu mereka bergegas akan membuka warungnya dan terlihat beberapa orang pelanggannya juga sudah menunggu disana.
"Segara dimana? Dia tidak membantumu hari ini ya, Ra?" Imran mencari cari keberadaan Segara di area warung itu.
"Aku menyuruhnya tinggal di rumah, Pak! setelah kejadian kemarin, aku tidak mengijinkan dia kesini membantuku, aku nggak mau warga kampung menghina kami lagi!" jawab Mutiara jengah.
"Keputusanmu sudah benar, Nak. Memang sebaiknya dia di rumah saja dulu sebelum hari pernikahan kalian." Imran mengangguk setuju dengan apa yang sudah dikatakan oleh putrinya.
Mutiara hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Imran, dia merasa sangat tidak siap dengan pernikahan yang akan segera ia jalani bersama Segara.
"Bapak sebaiknya juga pulang dan istirahat di rumah, Pak! bapak pasti lelah semalaman ada di laut!" ujar Mutiara yang tengah memasak air panas untuk membuat kopi dan merebus mie instan.
"Enggak, Ra! Bapak akan tetap disini! Setelah apa yang terjadi kemarin, Bapak mengkhawatirkanmu. Bapak tidak akan meninggalkanmu sendiri!"
Mutiara tetap melanjutkan pekerjaannya dan Imran juga ikut membantunya karena tidak mau meninggalkannya seorang diri disana. Tak lama berselang warung itu pun mulai ramai, para nelayan yang baru selesai menjual ikan langsung mampir ke warung Mutiara untuk sekedar mencari sarapan dan minum kopi disana. Mereka mengobrol dan bercengkrama disana, ada juga yang hanya membahas hasil tangkapannya hari itu.
"Segara mana, Ra? Kok tumben dia tidak membantumu jualan?" tanya salah seorang nelayan yang memang setiap hari datang ke warungnya.
"Bang Gara ada di rumah, Bang!" sahut Mutiara.
"Aku dengar kemarin sore ada ribut ribut ya disini? ada apa?" nelayan itu kembali bertanya, nadanya terdengar masih sopan.
"Iya, cuma salah paham kecil saja, Bang!" sangkal Mutiara, ia tahu kalau pertanyaan itu pasti akan banyak didengarnya lagi dari yang lain.
"Makanya aku bilang apa, Ra? harusnya kamu dan Segara itu menikah saja, nggak baik tinggal serumah, kalian kan bukan saudara kandung. Menikahi sepupu, apalagi cuma sepupu jauh itu, masih diperbolehkan kok oleh agama!" sahut nelayan yang lain ikut menghardiknya.
Mutiara hanya tersenyum tipis menanggapi hardikan yang ditujukan terhadapnya itu.
"Iya, tidak lama lagi Bapak akan segera menikahkan mereka!" ujar Imran yang merasa terganggu mendengar pertanyaan nelayan itu. Mutiara hanya bisa menundukkan kepalanya, entah mengapa ia merasa bahwa Bapaknya juga menginginkan pernikahannya dengan Segara.
"Yang penting kalian jangan lupa mengundang kami, Pak Imran!" nelayan itu menoleh ke arah rekannya yang lain dan disambut anggukan kepala oleh rekan rekannya, semuanya lalu terkekeh bersamaan.
"Iya.. iya betul itu!" sahut mereka hampir bersamaan.
"Tenang saja! kalian semua pasti Bapak undang!" sergah Imran sambil tersenyum lebar.
Tak lama berselang, warung itu pun sudah sepi, Imran masih menemani Mutiara disana hingga putrinya selesai memasak makan siang.
"Sudah selesai, Pak! Ayo kita pulang! kasihan Bang Segara sendiri di rumah dan dia pasti sudah lapar!" ujar Mutiara sambil menutup pintu warungnya.
"Bapak lihat kamu sangat perhatian kepada Segara, Ra! Bapak yakin di dalam hatimu sebenarnya kamu pasti menyukai pria itu kan?' tanya Imran kepada Mutiara dengan nada sedikit menggodanya.
Mutiara hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tanpa arti. Mutiara dan Imran pun berjalan cepat hendak pulang dan meninggalkan warungnya.
"Bang Gara, itu motornya kenapa, Bang?" tanya Mutiara kepada Segara yang saat mereka tiba di teras rumahnya, gadis itu melihat Segara sedang sibuk mengutak-atik mesin motor Imran.
"Sudah tiga hari motor Bapak mati, Ra. Kemarin Bapak menyuruh Segara memperbaikinya!" sebelum Segara sempat menjawab, Imran sudah menjawab pertanyaan Mutiara lebih dulu. "Segara paham tentang mesin, karena itulah Bapak menyuruhnya." lanjut Imran lagi dengan senyum penuh rasa bangga terhadap Segara.
Segara hanya tersenyum kecil mendengar pujian dari Imran.
"Sudah beres, Pak! Sekarang sudah bisa nyala lagi motornya!" Segara menepuk nepukkan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan debu debu yang menempel di tangannya karena baru saja memperbaiki mesin motor Imran, tangannya juga penuh noda oli saat itu. Segara lalu menginjak starter motor itu sambil menarik gas dan motor itu pun menyala sempurna seperti sebelumnya.
"Kamu memang hebat, Segara! Kamu berpengalaman dalam segala hal!" puji Imran lagi.
"Motor Bapak sudah bisa hidup lagi, jadi hari ini Bapak bisa pergi ke kota kecamatan untuk membeli beberapa keperluan pernikahan kalian!" lanjut Imran lagi sambil tersenyum sumringah.
Mendengar kata kata Imran, Segara hanya menghela nafasnya datar sambil melirik ke arah Mutiara yang masih berdiri di dekat pintu. Tak elak, keduanya saling menatap, Segara mengulas sebuah senyumannya untuk Mutiara, tetapi Mutiara malah menundukkan wajahnya dan tersipu malu.
"Kalau sudah selesai, aku tunggu kalian di meja makan ya! Ayo sekarang kita makan dulu!" seru Mutiara menyembunyikan senyum malunya.
Ketiganya lalu makan bersama seperti biasanya.
"Bapak sudah menentukan tanggal pernikahan kalian minggu depan, Bapak sudah berdiskusi dengan Pak Kepala Kampung!" celoteh Imran di sela sela makan siang mereka.
Mutiara dan Segara hanya diam tak merespon, mereka bahkan belum menyatakan keputusan mereka menerima atau tidak pernikahan itu, namun Imran sudah sangat yakin kalau akan segera menikahkan mereka. Karenanya, baik Mutiara maupun Segara merasa sudah tidak bisa lagi memutuskan hal lain kecuali menjalani saja pernikahan mereka yang harus segera dilaksanakan untuk menghindari fitnahan warga kampung itu lagi.
Sesungguhnya ada rasa bahagia di hati Imran karena akan menjadikan Segara sebagai menantunya. Semenjak Segara ada di keluarga mereka, kehadirannya seperti membawa keberuntungan bagi Imran. Ia merasa dekat dengan dewi fortuna setelah ada Segara disana, hasil tangkapannya makin hari makin meningkat dan Segara juga sangat bertanggung jawab membantunya dalam segala hal termasuk menjaga putri kesayangannya.
"Bapak akan ke kota kecamatan sekarang juga, supaya nggak kesorean!" ujar Imran sambil meraih jaket dan helm nya dari dalam kamarnya.
"Hari ini Bapak tidak akan melaut karena ini bulan purnama." tambahnya. "Segara, kamu tolong jaga Mutiara ya! kemungkinan Bapak pulang agak malam!" Imran tersenyum, ia sangat percaya kalau Segara bisa menjaga Mutiara dengan penuh tanggung jawab.
"Baiklah, bapak juga hati hati di jalan ya!" balas Mutiara sambil mencium punggung tangan Bapaknya, Segara juga ikut mencium tangan Imran.
Imran kemudian melangkah keluar dan mengambil motornya, segera berlalu dari rumah itu.
"Entah mengapa aku merasa Bapak bahagia dengan rencana pernikahan kita ya, Bang?!" ujar Mutiara kepada Segara sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Iya, Ra! karenanya sudah kewajiban kita sebagai anaknya membuat senyum kebahagiaan Pak Imran selalu ada kan?" jawab Segara dengan bertanya sambil tersenyum menatap wajah Mutiara yang terlihat bersemu merah mengingat hari pernikahan mereka yang sudah akan segera dilaksanakan.
"Iya Bang, sebentar lagi kau akan jadi menantunya dan aku akan jadi istrimu!" kata kata itu terlontar sangat lugu dari bibir polos Mutiara.
"Dan aku berjanji setelah kita menikah, aku akan selalu berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu, dan menantu yang baik untuk Pak Imran, Ra!" Segara tersenyum sambil mengusap lembut kepala Mutiara dan gadis itu ikut menatapnya juga dengan senyum manisnya.
Keduanya makin merasa yakin akan mampu menjalani pernikahan mereka walau saat ini belum ada getaran getaran cinta di hati mereka. Segara dan Mutiara sama sama memantapkan hatinya untuk saling menerima dan belajar saling mencintai setelah pernikahan merekan nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Panta Jhoni Panta Wsl
lanjut
2022-09-16
1
Fay
lanjut thor
2022-05-21
2
Niekooke Likes King
moga menjadi kelurga samawa
2022-05-17
5