Ting!
(Temui aku sekarang juga di tempat biasa. Ada hal penting yang harus kita bicarakan).
Livina terlihat begitu gelisah membaca sebuah pesan singkat di ponselnya. Seharian ini, Alfin beberapa kali mengirim pesan singkat untuknya dan memaksa untuk bertemu hari itu.
Meski sudah menikah dengan Arkha, Livina dan Alfin memang masih sering berhubungan, ikatan cinta antara mereka masih begitu kuat sehingga diam diam mereka masih menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Arkha.
Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya perlahan Livina meraih tasnya dan mengambil kunci mobil lalu keluar dari kamarnya hendak menemui Alfin.
"Mau pergi kemana kamu sudah sore begini, Livina? Apa kamu tidak tahu kalau sebentar lagi suamimu pulang dari kantor?" seringai Mama Yuna yaitu ibu mertuanya, saat melihat Livina akan pergi, ia langsung menghadang langkahnya.
"Aku akan keluar sebentar saja, ada urusan sama temanku!" jawab Livina singkat tanpa memberi banyak alasan.
"Apa tidak ada hal lain yang bisa kau kerjakan selain keluyuran di luar dan menghambur hamburkan uang saja?" ketus Mama Yuna tidak senang dengan jawaban Livina.
Mama Yuna memang tidak menyukai Livina, dan dari dulu sebenarnya tidak menyetujui pernikahan Arkha dengan wanita itu.
Bukan tanpa alasan, dari awal dia sudah tahu kalau Livina tidak pernah mencintai Arkha. Dia bersedia menikah dengan putranya hanya karena keluarga Livina yang sangat materialistis dan hanya menginginkan kekayaan saja.
"Apa kamu tidak lihat ini sudah jam berapa, Livina? Seharusnya kamu ada di rumah saat suamimu tiba, bukan? Menapa harus keluar lagi di jam segini?" ketus Mama Yuna menampakkan wajah tidak suka, menanggapi sikap tidak sopan Livina terhadapnya.
"Cuma sebentar saja! Tidak akan lebih dari satu jam!" sanggah Livina dengan nada suara mengacuhkan.
"Apa kau sudah menyiapkan makan malam untuk Arkha? Jangan katakan kalau kamu lupa akan tanggung jawabmu sebagai seorang istri dan juga menantu di rumah ini!"
Mama Yuna menatap Livina sangat kesal dan berkata dengan aura kemarahan di wajahnya.
"Sudah ada banyak pelayan disini yang bisa menyiapkan makan malam untuk Arkha, kenapa Mama menyuruhku? Buat apa punya banyak uang kalau hanya untuk menyiapkan makan malam saja masih harus aku yang mengerjakannya?" pungkas Livina semakin acuh.
"Jaga bicaramu, Livina! Kau sungguh tidak sopan terhadap orang tua! Aku ini mamanya Arkha, kau seharusnya menghormati aku!" bentak Mama Yuna sambil menatap Livina dengan sorot mata tajamnya.
"Dasar menantu tidak tahu sopan santun!" umpat Mama Yuna dalam hatinya dan ia sangat jengkel dengan kelakuan Livina yang memang tidak pernah bersikap sopan terhadapnya.
Tanpa ingin berdebat panjang demgan ibu mertuanya, Livina segera keluar dari rumahnya dan bergegas mengarahkan mobilnya menuju tempat biasa dimana Alfin sudah menunggu.
"Maaf aku terlambat, Al. Apa kau sudah lama menungguku?" tanya Livina kepada Alfin yang sudah duduk di bangku di sebuah taman yang ada di pusat kota.
"Selama apapun aku akan selalu menunggumu, Livina. Dan kau sudah tahu itu!" jawab Alfin dingin tanpa menoleh ke arah Livina yang kini sudah ikut duduk di sebelahnya.
Alfin tetap duduk, diam, sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan tatapannya tampak kosong. Ada rasa kecewa yang masih terlihat jelas di raut wajahnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Al? Kenapa kau ingin sekali kita bertemu sekarang?" tanya Livina, ia bisa menyadari kalau ada yang berbeda dari sikap Alfin terhadapnya hari itu.
"Katakan padaku apa yang Arkha telah lakukan terhadapmu? Apa dia menyakitimu lagi?" Alfin bertanya masih tanpa menatap ke arah Livina.
Mendengar pertanyaan Alfin, Livina langsung menundukkan wajahnya, ada bulir air mata yang tak tertahankan menetes dari kedua bola matanya. Dari perubahan sikap Alfin hari itu, Livina sudah langsung bisa menebak kalau Alfin sudah tahu semuanya yang sudah terjadi antara dirinya dan Arkha.
"Maafkan aku, Al! Aku tidak bisa menjaga kesucianku, Arkha sudah merenggut semuanya dariku!" ucapnya lirih sambil menahan isak tangisnya.
Alfin lalu menatap Livina sambil memegang pundaknya dan mengusap air mata di pipi Livina dengan telunjuknya penuh rasa tidak terima.
"Arkha memang sudah sangat keterlaluan! Laki-laki sombong itu sudah tega memaksakan kehendaknya terhadapmu! Aku tidak bisa terima dengan perlakuannya! Aku bahkan sangat membencinya!" gerutu Alfin sambil menatap mata basah Livina dan ia terlihat begitu kecewa.
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Al. Bagaimanapun juga Arkha adalah suamiku. Aku sudah tahu kalau cepat atau lambat dia pasti menuntut itu dariku, karena dia memang berhak melakukan itu!" Sembari terus menangis, ucapan Livina terdengar tenang. Meski menyesali semuanya, tapi ia berusaha menerima kalau faktanya saat ini Arkha sudah menjadi suaminya dan sudah menjadi haknya melakukan itu terhadapnya.
"Walaupun begitu, dia tetap salah karena sudah memaksamu, Vin! Kau tidak mencintainya dan kau menyerahkan dirimu padanya juga dengan terpaksa kan?" sahut Alfin tidak bisa terima penjelasan Livina. Ia kembali memalingkan wajahnya tak mau menatap wajah Livina lagi. Kekecewaan itu makin jelas tampak dari tatapannya.
Livina hanya bisa diam, dia merasa ada di posisi yang serba salah. Sudah enam bulan menikah dengan Arkha, dan selama itu juga Arkha selalu bersikap baik kepadanya. Arkha tidak pernah memaksa apalagi berbuat kekerasan terhadapnya, kecuali hanya malam itu saja.
Livina menjadi sangat bimbang dengan pikirannya. Di satu sisi ia ingin belajar menerima kenyataan bahwa Arkha sudah menjadi suaminya, tapi di sisi lain Livina tidak bisa mencintai Arkha. Cintanya hanya untuk Alfin seorang.
"Bertahun-tahun aku menjagamu, Vin. Meski aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak pernah berani menyentuhmu. Arkha sungguh biadab! Dia dengan bangganya menunjukkan kalau kau sekarang sudah jadi miliknya seutuhnya di hadapanku!" ucap Alfin dengan nada kemarahan makin menggelegar dari nada suaranya.
"Tapi aku tidak akan tinggal diam, Vin. Aku akan membalasnya! Laki-laki sombong seperti Arkha harus aku beri pelajaran!"
"Apa yang akan kamu lakukan terhadap Arkha? Aku nggak mau kamu melakukan hal-hal yang justru bisa membahayakan dirimu sendiri, Al. Kamu tahu kan seperti apa Arkha? Dia tidak pernah takut kepada siapapun dan dia akan berani melakukan apa saja bila ada orang yang ingin menentangnya. Dia pria yang sangat ambisius!" tepis Livina. Dia menjadi sangat khawatir dengan rencana Alfin yang ingin membalas dendam terhadap Arkha.
"Kamu tidak perlu khawatir, Vin. Aku dan Arkha sudah menjadi sahabat dari kecil dan aku tahu betul bagaimana cara menghadapinya!" jawab Alfin dengan entengnya.
Livina kembali hanya terdiam dan tidak tahu bagaimana harus menghadapi kemarahan Alfin. Dia merasa sangat bingung karena ada di tengah-tengah dua orang yang sedang berjuang untuk bisa memilikinya.
"Sekarang kau ikutlah denganku! Aku tidak rela Arkha melakukan itu secara paksa terhadapmu, Vin. Kalau dia bisa mendapatkanmu, maka aku juga bisa melakukan hal yang sama!" tegas Alfin. Dia kemudian menarik tangan Livina dan membawanya menuju ke mobil.
"Kau mau membawaku kemana, Al?" tanya Livina terlihat bingung.
"Nanti saja kau akan tahu sendiri!" jawab Alfin singkat sambil melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat.
"Hah, ini kan hotel?"
Livina membulatkan matanya saat Alfin menghentikan mobilnya di lobby sebuah hotel.
"Untuk apa kau membawaku kesini, Al? Jangan coba-coba berbuat nekat terhadapku!" heran Livina semakin bingung dengan sikap Alfin yang nampak tidak biasa saat itu.
"Sebaiknya kau menurut saja, Vin!" tegas Alfin, lalu ia membawa Livina ke sebuah kamar yang memang sudah dipesannya sebelum bertemu dengan Livina sore itu.
"Kamu mau apa, Al?"
Livina tiba-tiba merasa khawatir dan sangat takut ketika menyadari dia dan Alfin kini sudah ada di dalam satu kamar dan Alfin juga men-double lock pintu kamar hotel itu.
"Aku juga ingin melakukan apa yang Arkha sudah lakukan terhadapmu, Vin. Aku tidak rela dia berbuat ini terhadap wanita yang sudah aku jaga selama bertahun-tahun lamanya. Aku berhak mendapatkan hal yang sama!"
Ada kilatan gairah yang tersirat dari balik ucapan Alfin.
"Aku ingin kau membuktikan kalau kau benar-benar mencintaiku, Vin! Katakan padaku kalau hanya aku yang seharusnya berhak melakukan ini terhadapmu ... dan bukan Arkha!" seru Alfin seraya mendekap Livina serta memojokkannya ke atas tempat tidur.
"Jangan, Al! Kau tidak boleh melakukan ini terhadapku. Bukan seperti ini caranya membuktikan cinta kita!"
Livina berusaha menolak tapi Alfin terus mendesak tubuh Livina, sehingga mereka sama-sama jatuh berguling di atas ranjang dengan posisi saling menindih. Alfin lalu mencumbu Livina dengan penuh gairah.
Sebelumnya mereka sudah sering berciuman mesra. Mencumbu Livina seperti itu sudah biasa dilakukan Alfin secara sembunyi-sembunyi bahkan saat Livina sudah menjadi istri Arkha. Tetapi, ada satu hal selalu dijaga oleh Alfin, dia tidak ingin melakukan lebih, karena ingin tetap menjaga kesucian Livina.
Entah mengapa, hari itu dia menjadi sangat ingin melakukannya. Karena, ia merasa tidak terima dengan perlakuan Arkha yang sudah lebih dahulu merebut semuanya darinya.
Meski mengatakan jangan, namun Livina tidak mampu menolak semua sentuhan Alfin dan mereka pun hanyut dalam gairahnya malam itu.
Livina duduk di tepi ranjang. Dia menangis tersedu menyadari kesalahan yang telah dia lakukan bersama Alfin.
"Kau tidak perlu menyesali semua ini, Livina! Kita melakukannya karena kita saling mencintai!" hibur Alfin sambil memeluk tubuh Livina yang saat itu masih belum memakai pakaiannya.
"Ini hubungan terlarang, Al. Tidak seharusnya kita melakukan ini," ucap Livina dengan suara serak menahan isak tangisnya.
"Yang Arkha lakukan terhadapmu jauh lebih salah, Vin! Aku sungguh tidak rela dia melakukan itu terhadapmu!" ujar Alfin berusaha menenangkan Livina sambil mengecup lembut kening Livina.
"Arkha hanya sekali saja melakukan itu terhadapku, Al!" kilah Livina.
"Iya saat ini memang hanya baru sekali. Tapi besok-besok, pasti dia akan memaksamu melakukan itu lagi. Dia suamimu bukan? Dia bisa melakukannya kapan saja yang dia mau!"
Alfin semakin erat memeluk Livina, dia sungguh tidak bisa terima Livina jatuh ke tangan Arkha, sahabatnya yang kini sangat dia benci.
.
Semenjak kejadian hari itu, Alfin dan Livina makin sering berhubungan secara diam-diam, meskipun di sisi yang berbeda Arkha juga terus berusaha mencari tahu tentang kedekatan hubungan Alfin dan Livina.
Kendati demikian, Arkha susah mendapatkan informasi yang dicarinya. Alfin dan Livina sangat tahu kelengahan Arkha, sehingga mereka tetap bisa mencari kesempatan untuk bertemu secara sembunyi-sembunyi.
🌹🌹🌹🌹
Yang mengharapkan adegan 21+ antara Alfin dan Livina tanpa sensor tunggu setelah episode 20 ya guys.... episode awal haram hukumnya menulis cerita yang terlalu vulgar sebelum bisa lulus kontrak (^_^)
⤵️⤵️⤵️⤵️⤵️⤵️
Di episode ini aku juga mau kasih visualnya Livina.
Visualnya Arkha silahkan buka kembali di episode 1.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Fitria Fitri
Di luar ekspektasi
2022-10-03
1
Eros Hariyadi
ini mah bini pelacur, ga menghargai nilai kesakralan sebuah pernikahan, klo ga setuju dari awal janganlah menikah...bukan begini caranya jadi poliandri.... paraaahh 🤔🙄😫😫👎👎👎
2022-09-20
1
Panta Jhoni Panta Wsl
next
2022-09-16
1