Eps. #9 Belum Mendapat Informasi

Hari semakin siang dan Mutiara sudah selesai memasak makan siangnya. Dia memasukkan semua makanan itu ke dalam rantang yang akan dibawa pulang untuk makan siang bersama bapaknya. Segara tetap menunggunya disana dan ikut membantu Mutiara menutup warungnya.

Mereka berdua lalu berjalan pulang bersama secara beriringan.

Dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan seorang wanita yang menatap mereka wajah dengan penuh tanda tanya.

"Mutiara, tumben kamu jalan sama laki laki, Ra, siapa dia?" wanita itu bertanya sambil menaikkan satu ujung bibirnya menatap ke arah Segara.

Mutiara nampak gugup mendengar pertanyaan wanita itu yang merupakan salah seorang tetangga samping rumahnya. Selama beberapa hari Segara tinggal di rumahnya, Segara memang tidak pernah keluar rumah karena belum sembuh dari luka lukanya.

"Ee...aa...ii...ini.. ini saudara sepupu jauhku, Mbak Lis, dia baru saja datang dari pulau seberang, namanya Segara!" jawab Mutiara sambil berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

"Tidak biasanya ada saudaramu kesini, Ra? dulu kau pernah bilang kau tidak punya saudara sepupu?" Tanya wanita yang biasa dipanggil Mbak Lis itu lagi, ia nampak sangat penasaran. Mbak Lis terus memandangi Segara dari ujung rambut sampai ujung kakinya.

"Aaa... iya sebenarnya aku punya saudara sepupu jauh, Mbak Lis, tapi selama ini dia tinggal di kota, jadi sangat jarang bisa mengunjungi kami disini!" jawab Mutiara berbohong.

"Kenapa banyak sekali bekas luka di tangan sepupumu ini, Ra?" Mbak Lis masih terus bertanya dan Segara hanya diam tanpa reaksi sambil menundukkan wajahnya karena Mbak Lis terus menatap kearahnya dengan tatap mata penuh tanda tanya.

"Iya.... dia habis kecelakaan, jatuh dari motor!" kembali Mutiara berbohong mencari alasan yang sekiranya masuk di akal. Dan Mbak Lis hanya mengangguk namun masih terllihat menaikkan satu ujung bibirnya yang lain dan menatapnya ragu.

"Sudah ya, Mbak Lis, aku pulang dulu, aku mau nyiapin makan siang buat Bapak!" Mutiara segera menarik tangan Segara dan mengajaknya pulang.

"Pertanyaan seperti itu pasti akan sering aku dengar setelah ini!" gumam Mutiara dalam hatinya.

"Bapak belum kembali, kalau Bang Gara sudah lapar biar aku siapin makan siang untuk Abang saja dulu!" Mutiara meletakkan rantang makanannya di meja.

"Aku belum lapar, Ra, nanti saja tunggu Pak Imran pulang lalu kita makan sama sama!" jawab segara sambil duduk di bangku panjang di ruang tengah tempat ia biasanya tidur.

"Duduk sini, Ra! aku mau ngobrol sama kamu!" pintanya.

Mutiara lalu duduk di kursi di sebelah Segara.

"Kamu masih sangat muda Mutiara, usiamu berapa sekarang?" tanya Segara sambil menatap wajah belia Mutiara yang terlihat masih sangat polos.

"Umurku akan genap dua puluh tahun bulan depan, Bang!" jawabnya dengan senyum manis yang selalu melekat di bibirnya.

"Kamu nggak kuliah ya?" tanya Segara lagi.

"Tamat SMP saja disini sudah sangat bersyukur, Bang!" Mutiara mengernyitkan keningnya.

"Sekolah sangat jauh dari kampung ini dan adanya sampai SMP saja. SMA hanya ada di kota kecamatan, dan aku bersyukur dulu aku bisa sekolah disana sampai lulus, selama aku sekolah SMA aku tinggal di rumah salah satu saudara disana!" Mutiara mulai panjang bercerita.

"Oh.. disini cuma ada SMP saja ya?" kembali Segara bertanya singkat.

"Iya, itupun nggak semua bisa sekolah sampai lulus, Bang, terutama yang perempuan. Semua wanita disini masih kecil udah pada nikah. Bang. Bahkan teman temanku banyak yang sudah punya anak dua, dan ada yang sudah punya tiga bahkan hehe...!" Mutiara terkekeh sambil menunjukkan tiga jari di hadapannya.

Mutiara memang seorang gadis yang periang dan bicaranya pun sangat ramai. Apabila dia mendapat satu pertanyaan mungkin jawaban Mutiara bisa dua atau tiga lebih banyak dari yang bertanya padanya. Meski demikian Mutiara adalah seorang gadis yang sangat sopan terhadap orang lain, meski banyak bicaranya namun dia tidak pernah suka membicarakan orang lain apalagi nyinyir terhadap siapapun, dia adalah seorang gadis yang sangat ramah kepada semua orang.

"Terus kamu kenapa belum menikah juga seperti teman temanmu itu?" tanya Segara lagi

"Buat apa cepet cepet nikah, Bang? aku masih pengen sama Bapak, kasihan Bapak tinggal sendiri, lagian nggak ada Ibu aku sudah terbiasa hidup berdua sama Bapak saja!" kilahnya.

"Memangnya Ibumu kemana, Ra?" Segara masih terus bertanya, jawaban ramai dari mulut lugu Mutiara membuatnya merasa terhibur.

"Ibu sudah meninggal karena sakit saat aku masih kecil, Bang!" kini jawaban Mutiara terdengar singkat, ia lalu menundukkan wajahnya dan nampak sedih mengenang ibunya yang sudah tiada.

"Maaf, Ra! aku tidak bermaksud membuatmu sedih!" Segara kembali menatap ke arah Mutiara yang sedang menundukkan wajahnya.

"Nggak apa apa, Bang. Ibu sudah lama tiada, aku sudah terbiasa tanpa Ibu!" Mutiara mengangkat wajahnya dan kembali tersenyum.

"Lalu Bang Gara sendiri kira kira umurnya berapa ya? Kalau aku perhatikan sih Abang sudah cukup dewasa, kalau menurutku usia Bang Gara sekarang mungkin sekitar dua puluh enam tahunan gitu deh!" kini giliran Mutiara yang bertanya kepada Segara dan mengira ngira, tapi Segara hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Mutiara.

"Entahlah Ra, aku sama sekali tidak ingat!" jawabnya sambil mengusap keningnya pelan. Bekas lukanya masih nampak jelas di keningnya itu.

"Kalau aku tebak sih sepertinya Bang Segara ini sebenarnya pasti sudah menikah dan bisa jadi juga sudah punya anak!" kembali Mutiara hanya menebak saja.

"Pasti keluarga Abang juga sangat mengkhawatirkan Bang Gara saat ini?" Mutiara masih terus mencoba menerka nerka.

Segara pun hanya menanggapi dengan senyuman dan gelengan kepala, ia sama sekali tidak ingat siapa dirinya.

Brummm.....!

Di luar terdengar suara motor butut Pak Imran memasuki halaman rumahnya dan Mutiara bergegas keluar menemuinya. Setelah memarkirkan motornya, Pak Imran langsung menyerahkan beberapa kantong belanjaan kepada Mutiara.

"Berikan ini kepada Segara, Bapak membelikan beberapa pakaian untuknya, kasihan dia pakai baju Bapak kekecilan semua!" perintahnya kepada Mutiara sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya. Selama beberapa hari ini Segara memang memakai pakaian milik Pak Imran yang terlihat ketat saat dipakainya karena terlalu kecil untuk postur tubuh Segara yang kekar jauh lebih besar dari tubuh kurus Pak Imran.

"Ini Bapak membelikan beberapa baju buat Bang Gara, di coba dulu, Bang, mudah mudahan pas!" Mutiara kemudian menyerahkan tas yang berisi beberapa potong pakaian pria itu kepada Segara. Ia pun meraih tas itu dari tangan Mutiara. "Terimakasih banyak ya Pak Imran, aku benar benar sudah sangat merepotkan Bapak!" ucapnya sangat sungkan.

"Bapak ada dapat informasi apa di kota kecamatan, Pak? Apa ada yang sedang mencari Bang Segara?" Mutiara tidak sabar ingin mendengar cerita dari Bapaknya.

Namun Pak Imran hanya menggelengkan kepalanya. "Bapak tidak mendapatkan informasi apapun! Disana tadi internet sedang down ada gangguan fiber optik, Bapak tidak bisa melihat berita online dan jaringan GSM juga sangat buruk, ada angin p*ting beliung beberapa hari yang lalu disana dan membuat tower GSM tumbang!" jawabnya.

Wajahnya Imran terlihat lesu dan nampak ada kekecewaan karena sudah jauh jauh pergi ke kota kecamatan namun tidak mendapatkan juga informasi yang dicarinya.

Mendengar cerita Pak Imran Segara lalu menghela nafas pelan. Ada kecewa dan ada juga senang yang dirasakannya. Ia kecewa karena ia masih harus berusaha sendiri mengingat siapa dirinya namun dibalik itu, ia juga merasa senang karena setidaknya untuk saat ini ia masih bisa tetap tinggal disana karena ia sangat khawatir kalau ternyata dia adalah seorang buronan polisi.

"Maafkan saya harus menjadi beban terus di keluarga ini!" Segara menundukkan wajahnya.

"Saya belum bisa mengingat siapa saya, saya mohon ijinkan saya tinggal disini untuk beberapa waktu lagi sampai ada informasi tentang saya, atau ingatan saya sudah kembali lagi." Segara mencakupkan kedua tangannya di dadanya, nadanya terdengar memelas.

"Jangan terlalu sungkan, Segara! Bapak dan Mutiara tidak pernah keberatan kamu tinggal disini. Hanya saja Bapak kasihan sama kamu, kalau Bapak perhatikan mungkin kamu adalah orang berada, tapi saat ini kamu harus hidup sederhana bersama kami disini!" Pak Imran memegang pundak Segara dan tetap tersenyum menatapnya.

"Bapak akan terus berusaha mencari tahu siapa kamu yang sebenarnya, Segara, dan kamu jangan terlalu mengkhawatirkan banyak hal, kamu belum sepenuhnya pulih saat ini. Selama kamu tinggal disini Bapak akan anggap kamu seperti anak Bapak sendiri jadi anggap saja kami juga adalah keluargamu!" ucapan bijaksana itu sangat membuat hati Segara menadi teduh, ia seperti benar benar menemukan arti sebuah keluarga di rumah itu.

"Kalau begitu ayo kita makan sekarang, sebenarnya aku dari tadi sudah lapar tapi Bang Gara minta nunggu Bapak pulang saja, supaya kita bisa makan sama sama!" Mutiara menyela pembicaraan mereka sambil mempersiapkan meja makan, dan ketiganya lalu makan bersama.

Terpopuler

Comments

Rizal Zainal

Rizal Zainal

semangat author

2022-07-24

1

Antoni Napitupulu

Antoni Napitupulu

lanjut

2022-06-10

2

Mar doank

Mar doank

Sebenarnya Novel ini sdh lama disimpan di rak. Penasaran dgn judulnya, tetapi krn baru 7bab, aku tinggalin begitu saja. Barusan bongkar2 rak, eh, nemu ini diurutan paling bawah. Iseng baca satu bab, ternyata nagih banget alurnya. Bakalan marathon dh mlm ini, bacanya.

2022-06-08

3

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!