Eps. #6 Terdampar Entah Dimana

Pagi hari di sebuah pulau terpencil yang sangat jauh dari hiruk-pikuk dan kebisingan kehidupan kota.

Matahari masih belum beranjak dari peraduan. Namun, pancaran sinarnya sudah sedikit muncul memberi rona kuning di ufuk timur. Kokok ayam pun sudah terdengar saling bersahutan.

Deburan ombak di pantai sudah tenang setelah tadi malam sempat terjadi badai petir disertai angin kencang. Jejeran perahu nelayan tradisional di pinggir pantai juga nampak tak beraturan, sepertinya gelombang air laut tadi malam sangatlah tinggi menerjang hingga ke pulau itu. Para nelayan pun memilih untuk tak melaut karena ancaman cuaca ekstrem yang tidak terprediksi.

Seorang gadis belia nampak berjalan menyusuri pasir pantai yang terlihat penuh dengan sampah dedaunan dan batang batang pepohonan yang hanyut terbawa air laut hingga ke bibir pantai. Dari pancaran wajah gadis itu nampak tersirat kekhawatiran yang teramat sangat dan ia melangkah cepat menuju ke sebuah dermaga tak jauh dari sana.

"Bapak...! Bapak...!" teriak gadis itu memanggil seseorang yang sedang dicarinya. Sesaat gadis itu terdiam dan menghela nafasnya karena ia tidak menemukan siapa siapa di sana. Kepalanya terus bergerak menoleh kanan dan kiri berharap melihat perahu bapaknya yang biasanya akan berlabuh di sana saat pulang dari melaut, kekhawatiran itu semakin merajam di hatinya.

"Tadi malam terjadi badai tapi bapak masih nekat melaut juga," gerutunya dengan wajahnya makin terlihat cemas.

"Mutiara....! Kemari, Nak. Bapak disini!" terdengar seseorang memanggilnya dari kejauhan dan gadis itu langsung menoleh ke arah suara itu. Ia melihat perahu bapaknya baru saja bersandar tak jauh dari dermaga itu, bapaknya juga terlihat tengah melambaikan tangan ke arahnya dan ia segera berlari menghampirinya.

"Bapak..., syukurlah bapak sudah kembali. Aku sangat mengkhawatirkan bapak karena tadi malam terjadi badai!" sergahnya saat ia sudah berada di samping perahu bapaknya.

"Bapak tidak apa-apa, Ra! Hanya saja tidak ada ikan yang bisa bapak tangkap tadi malam, badai sangat kencang tidak ada seekor ikan pun yang mau singgah di jaring Bapak!" ucap bapaknya sambil mengikatkan tali perahunya di dermaga itu.

"Tapi, bapak menemukan seseorang!" Bapak itu menunjuk ke dalam perahunya dan gadis yang bernama Mutiara itu segera mengarahkan pandangannya ke dalam perahu bapaknya.

Mutiara melebarkan matanya saat melihat sesosok pria terbaring di dalam perahu bapaknya dan nampak tak sadarkan diri. Gadis itu terperanjat, "Siapa dia, Pak?" tanyanya dengan nada sangat terkejut.

"Bapak juga tidak tahu siapa pria ini, Bapak menemukannya mengambang, terkatung-katung di laut lalu Bapak menolongnya dan membawanya kesini!"

"Bapak juga sudah periksa, dia masih bernafas dan nadinya juga masih berdenyut, itu artinya dia masih hidup, sebaiknya kita bawa pulang dan obati lukanya!" perintah bapaknya sambil mengangkat tubuh pria itu dari perahunya dan mengalungkan satu lengannya di bahunya.

"Bantu bapak menggendongnya, Ra!" kemudian Mutiara juga ikut mengalungkan satu lagi lengan pria itu di bahunya. Mutiara dan bapaknya membawa pria itu ke rumah sederhana mereka yang terletak tak jauh dari pantai itu.

Tiba di rumahnya, mereka langsung membaringkan tubuh pria itu di bangku panjang di ruang tengah.

"Ambilkan handuk dan kotak P3K, Ra! Bapak mau mengeringkan tubuhnya dulu sambil mengobati luka lukanya." perintah Bapaknya lagi.

Mutiara hanya mengangguk dan bergegas mengambilkan barang-barang yang diminta Bapaknya. Bapak itu lalu membuka baju pelampung dan kemeja pria itu yang masih basah dan terlihat compang-camping terkoyak oleh badai.

"Ambilkan juga sepasang baju Bapak, Ra! Baju pria ini basah harus diganti agar dia tidak kedinginan!" Kembali Bapaknya memberi perintah kepada Mutiara. Lagi-lagi Mutiara hanya mengangguk dan menuruti semua yang diperintahkan bapaknya.

"Kira-kira siapa pria ini, Pak? Dan kenapa dia bisa terkatung-katung di tengah laut?" Mutiara bertanya kepada bapaknya dan terlihat sangat penasaran.

Saat itu bapaknya sudah mengganti semua pakaian yang dikenakan pria itu, lalu mengoleskan obat merah di kepala dan beberapa bagian tubuh yang lain pria itu. Tubuhnya penuh luka robek akibat menghantam batu karang dan nampak lebam hampir di sekujur tubuhnya.

"Bapak juga tidak tahu. Tapi, kalau dilihat dari penampilannya, sepertinya dia bukan nelayan dan dia juga bukan warga kampung kita, bapak belum pernah melihatnya sebelumnya."

Bapaknya menatap wajah pria itu juga dengan penuh tanda tanya, dia sama sekali tidak mengenali pria itu.

Pria itu tidak lain adalah Arkha. Kerasnya gelombang laut di kala badai malam itu telah menghempaskan tubuh Arkha sangat jauh dari kapal naas miliknya dan kini ia terdampar entah dimana. Setelah sempat tersangkut di batu karang, tubuh Arkha kembali terombang-ambing hingga akhirnya Bapaknya Mutiara menemukannya dan menolongnya.

Mutiara terus menatap wajah pria yang masih tak sadarkan diri di hadapannya. Luka robek dan lebam di keningnya sudah di balut kain kasa oleh bapaknya.

"Siapa pria ini? Kulitnya terlihat bersih dan dia juga sangat tampan, pastinya pria ini bukan orang biasa," gumamnya.

Mutiara memeras handuk kecil yang sudah dicelupkannya ke dalam air panas lalu mengompres luka lebam di kening Arkha sambil terus bertanya-tanya dalam hatinya.

Beberapa menit kemudian Arkha belum juga sadar dari pingsannya.

"Pak, pria ini belum sadar juga, luka di kepalanya cukup parah, apa sebaiknya kita bawa dia ke Puskesmas saja?" tanya Mutiara.

"Puskesmas jauh dari sini, Ra. Kota kecamatan harus kita tempuh satu jam dari sini dan pria ini belum sadar, bagaimana Bapak bisa memboncengnya dengan motor?" Bapak itu menggelengkan kepalanya pasrah, untuk membantu Arkha dan membawanya ke Puskesmas sangat tidak memungkinkan untuk saat ini.

Kampung nelayan itu memang sangat terpencil dan akses untuk menuju ke kota kecamatan harus melewati jalanan setapak dan berkelak kelok. Kondisi jalanan pun sangat licin dan berlumpur apalagi di musim penghujan seperti saat itu.

Satu jam berlalu, Arkha mulai membuka sedikit matanya perlahan dan ia sudah sadar dari pingsannya. Pandangannya terasa kabur dan rasa sakit teramat sangat menghujami kepalanya. Arkha meringis menahan sakit sambil memegang kepalanya yang terasa bagai ditusuk-tusuk, sungguh sakit tak tertahankan.

"Pak, pria ini sudah sadar!" Hanya kalimat itu yang bisa didengarnya namun pandangannya sangat kabur sehingga tak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berbicara di sebelahnya.

"Saya dimana?" ringis Arkha lirih sambil terus memegang kepalanya.

"Kamu ada di rumah kami, Bapak menemukanmu di tengah laut saat kamu masih pingsan!" Bapaknya Mutiara mendekati Arkha dan menyentuh kening Arkha yang masih mengeluarkan darah.

"Siapa kalian dan siapa saya?" Arkha tidak ingat akan dirinya, benturan keras di kepalanya membuatnya tidak bisa mengingat apapun.

Mutiara dan bapaknya terdiam dan saling menatap. Mereka menyadari pria yang di tolongnya kini mengalami amnesia.

"Kepala saya sakit sekali. Saya tidak tahan!" Arkha mengerang, sakit di kepalanya makin tak tertahankan. Ia berusaha bangun dari bangku itu mencoba untuk duduk namun Mutiara menahannya.

"Jangan bangun kalau masih sakit, tetaplah berbaring aku akan mengompres kepalamu lagi!" cegah Mutiara.

Arkha kembali merebahkan tubuhnya di bangku itu, pandangannya mulai sedikit cerah sehingga dia bisa melihat wajah seorang gadis di hadapannya yang dengan cekatan mengompres keningnya.

"Kasihkan obat ini untuknya, Ra!" Bapaknya menyerahkan obat penghilang rasa sakit yang memang selalu ada di simpannya di dalam kotak P3K.

Mutiara lalu mengambil segelas air dan membantu Arkha meminum obat itu.

"Saya Imran dan ini putri saya Mutiara, saya menemukanmu mengambang di tengah laut lalu saya membawamu kemari!," Pak Imran memperkenalkan dirinya dan juga putrinya.

"Apa kamu sama sekali tidak ingat siapa dirimu dan mengapa kamu bisa ada di tengah laut saat badai seperti itu?" Pak Imran kembali mencoba bertanya, berharap Arkha bisa mengingat sesuatu.

Arkha kembali memegang kepalanya. "Maafkan saya, saat ini saya tidak bisa mengingat apapun dan terimakasih banyak sudah menyelamatkan saya!"

"Ya sudah kamu istirahat dulu, mungkin setelah sakit kepalamu hilang kamu akan mulai mengingat semuanya!"

"Bapak mau memperbaiki jaring ikan Bapak dulu. Mutiara, kamu tolong jaga dia ya! Siapkan makanan untuknya, pasti dia lapar setelah lama terombang-ambing di laut!" perintah Pak Imran kepada Mutiara lalu ia melangkah keluar meninggalkan Mutiara dan Arkha disana.

Mutiara langsung menuju dapur dan memasak bubur untuk Arkha.

"Makan dulu, kamu pasti lapar kan?" Mutiara kembali menghampiri Arkha sambil membawa semangkuk bubur untuknya.

"Terimakasih banyak, aku berhutang budi karena kalian sudah menolongku!"

Setelah meminum obat yang diberikan Imran, Arkha merasakan sakit kepalanya mulai berkurang, ia duduk menyandarkan punggungnya di bangku itu.

Arkha meraih mangkuk bubur yang diberikan oleh Mutiara dan perlahan mulai memakannya. Dia memang sangat lapar ketika itu, karena dari sore sebelum kejadian itu belum sebutir nasi pun masuk ke perutnya. Walau hanya bubur putih dengan garam tapi Arkha makan dengan lahap bubur itu sampai tak tersisa.

Mutiara hanya tersenyum memandangi pria yang tengah makan dengan lahap di hadapannya.

"Kau benar benar tidak ingat siapa dirimu ya?" tanyanya dengan polos kepada Arkha.

Arkha hanya menggeleng.

"Aku sungguh sungguh tidak ingat apapun, kepalaku akan makin sakit kalau aku terus berusaha mengingat siapa diriku!" Arkha memijat keningnya sendiri karena sakit kepalanya masih terasa.

"Kalau kau tidak ingat siapa namamu bagaimana aku harus memanggilmu?" tanya Mutiara lagi sambil menatap Arkha dengan senyum manisnya.

Kembali Arkha hanya menggeleng. "Terserah kamu saja, Mutiara!" jawabnya singkat.

"Sepertinya kau lebih tua dariku, apa aku boleh memanggilmu Abang?" Mutiara masih tersenyum berusaha akrab dengan pria yang baru saja dikenalnya itu.

"Iya boleh!" Arkha ikut tersenyum menanggapi sikap ramah gadis cantik di hadapannya. Gadis itu berpenampilan sangat sederhana, warna kulitnya sawo matang namun terlihat sangat manis saat ia tersenyum.

Terpopuler

Comments

Bie Cayang Cmu

Bie Cayang Cmu

cantikan mutiara dari pada si Vivian jablay...mau aja di tidurin sama laki laki lain

2022-07-28

2

Rizal Zainal

Rizal Zainal

lanjut author

2022-07-24

1

Deka Susanti Santi

Deka Susanti Santi

nextt

2022-07-11

1

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!