Hari berlalu begitu cepat, Arkha masih belum bisa menemukan bukti bahwa Alfin dan istrinya tengah bermain curang di belakangnya, sementara Alfin dan Livina masih asyik dengan hubungan terlarangnya, dan pastinya juga Alfin sudah mempersiapkan sebuah rencana untuk balas dendam terhadap Arkha.
Suatu sore di kantor Arkha.
"Dasar bodoh! kalian semua tidak berguna! apa saja yang kalian kerjakan, hah! bagaimana bisa kapal kapal ikan kita terus terusan dibajak oleh perampok?" Arkha berteriak berang.
Hari itu Arkha nampak begitu marah. Iya sangat gusar kepada dua orang asisten kepercayaannya yaitu Genta dan Rendy. Arkha membanting semua benda yang ada di hadapannya sambil terus mengumpat kesal.
Sebagai pemilik sebuah perusahan besar tentu saja persaingan bisnis harus dihadapi Arkha dari berbagai hal termasuk juga kriminalitas. Perampokan, penipuan dan juga persaingan lainnya sudah menjadi problema sehari hari yang dihadapinya. Namun kali ini perampokan sudah terjadi berulang ulang yang membuat perusahaannya merugi cukup besar.
"Maaf, Bos! kami sudah melakukan semua pengamanan dengan baik, tapi perampok kali ini sepertinya tahu letak kelemahan kita, saya curiga ada orang dalam yang terlibat!" sahut Genta dengan suara bergetar menahan takut akan kemarahan Arkha, Genta mencoba memberi alasan untuk meredam kemarahan atasannya itu.
"Orang dalam? tapi siapa? jangan hanya bisa cari alasan kamu, Genta! bilang saja kalau kamu dan Rendy memang tidak becus mengurus semua ini! percuma aku menjadikan kalian asisten kepercayaanku!" decak Arkha semakin marah dan tidak bisa menerima alasan yang diberikan Genta.
"Benar kata Genta, Bos! perampok kali ini sangat lihai, mereka merusak mesin kapal kita di tengah laut sehingga tidak bisa kembali ke darat membawa hasil tangkapannya. Dan hanya orang dalam yang tahu bagaimana cara melakukan semua itu!" sahut Rendy ikut menimpali, ia pun terlihat sama takutnya dengan Genta.
Ketika sedang marah Arkha memang terlihat sangat menakutkan bagi semua anak buahnya, tatapan mata iblisnya mampu membuat semua kepala tertunduk karenanya. Dia adalah seorang pemimpin bertangan dingin yang tidak segan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Namun kecakapan dan kemampuannya dalam mengelola perusahaannya membuat ia sangat disegani oleh semua anak buahnya.
"Jadi, apa harus aku yang turun langsung ke lapangan untuk menyelesaikan semua ini?!" bentak Arkha berkacak pinggang sambil mendengus kesal.
Meski sudah biasa menghadapi kemarahan Arkha, saat itu Genta dan Rendy langsung terdiam dan tak berani berkata kata lagi, kecerobohan mereka kali ini sudah menyulut kemarahan Arkha makin membara.
Meskipun sering menjadi sasaran kemarahan Arkha, Genta dan Rendy adalah asisten yang paling dipercaya oleh Arkha. Genta adalah seorang pemikir yang hebat dan banyak memberi ide ide dalam mengembangkan perusahaan Arkha, sedangkan Rendy adalah seorang pekerja keras dan sangat berpengalaman dalam urusan permesinan kapal. Kedua asistennya inilah yang selalu setia bersama Arkha dalam menjalankan usahanya.
"Genta, Rendy, sekarang kalian ikut aku! Kita akan ke tengah laut untuk menyelesaikan semua ini!" tegas Arkha memberi perintah kepada dua asistennya itu.
"Tapi, Bos! saat ini sedang hujan deras dan terjadi badai di laut, bagaimana kita bisa kesana?" tanya Rendy penuh kekhawatiran, karena saat itu memang hujan deras tengah turun disertai badai petir dan angin yang bertiup sangat kencang.
"Pengecut....!"
"Hanya karena hujan saja kalian sudah gentar? apa aku harus menyuruh kalian pulang dan memakai daster lalu tinggal saja di rumah?" sindir Arkha berang.
Genta dan Rendy kembali diam dan sejenak saling menatap. Dari balik kata sindiran Arkha tersirat perintah yang mau tidak mau harus Genta dan Rendy laksanakan.
"Tapi, Bos...?" Randy kembali berusaha menolak dan mencari alasan.
"Tidak ada tapi tapi... kita harus kesana sekarang juga! suruh anak buahmu segera menyiapkan jetski di pelabuhan, kita akan segera menyusul ke tengah laut!" seru Arkha langsung memotong kalimat Randy dan kembali mempertegas perintahnya.
Meski dengan terpaksa Genta dan Rendy bersedia mengikuti perintah Arkha. Mobil mereka kemudian meluncur di tengah derasnya hujan menuju pelabuhan pribadi milik perusahaan Arkha.
Sesampainya di pelabuhan, Arkha, Genta dan juga Rendy langsung mengambil jetski. Mereka menuju ke tengah laut dengan jetski masing masing satu orang sendiri dan berpencar. Badai petir terus menggelegar namun Arkha sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia dengan cepat melajukan jetski menuju kapal pembawa ikan mereka yang masih kandas di tengah lautan.
****
Di saat yang sama, Alfin dan Livina sedang berduaan berada di sebuah kamar hotel. Mereka baru saja menyelesaikan pergulatan panasnya dan Livina nampak tertidur pulas di samping Alfin karena kelelahan.
Alfin menyandarkan punggungnya di headboard ranjang sambil menghisap sebatang rokok.
Drrrtttt....!
Ponsel Alfin bergetar, dan seseorang menelponnya.
"Semua beres, Bos, target kita sudah tewas! jetski yang dikendarainya sudah meledak bersama kapal ikannya dan dia sudah tenggelam ke tengah laut."
Terdengar suara di seberang sana yang memberi kabar baik untuknya.
"Kerja yang bagus, sangat bagus! sesuai janjiku aku akan membayar kalian sangat tinggi untuk hasil kerja kalian ini!" jawab Alfin sambil tersenyum licik.
"Tapi maaf, Bos, dua asistennya selamat, mereka tertinggal di belakang saat kapal itu meledak, dan mereka berhasil menyelamatkan diri!" sahut suara diseberang dan kembali memberi penjelasan.
"Ahh, dasar bodoh, menyingkirkan dua kecoa itu saja kalian tidak bisa!" kesal Alfin membentak keras dan ia menjadi sangat marah mendengar penjelasan terakhir orang suruhannya itu.
Alfin lalu perlahan menarik nafas dalam dalam, "ya sudah yang penting target utama kita sudah mampus!" ucap Alfin kembali tersenyum penuh kemenangan lalu menutup teleponnya.
Livina yang terkejut mendengar suara bentakan keras dari Alfin perlahan membuka matanya.
"Ada apa, Al? siapa yang menelepon sampai kamu berbicara sekeras itu?" tanya Livina terlihat bingung.
"Ee.. aa... anu... bukan siapa siapa, Vin. Hanya urusan pekerjaan!" sahut Alfin berbicara terbata karena dia terkejut dan tidak menduga Livina tiba tiba terbangun gara gara mendengar suara bentakannya.
Livina lalu segera beranjak dari ranjang itu dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai karena dia tertidur tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.
"Kamu mau kemana, Vin?" Alfin bertanya sambil mendekati Livina dan ikut beranjak dari tempat tidur.
"Aku harus segera pulang, Arkha pasti sudah pulang kalau aku terlambat sampai di rumah dia pasti akan curiga terhadapku!" sahut Livina dan mulai mengenakan pakaian dalamnya.
"Malam ini suamimu tidak akan pulang, Vin! kau tidak perlu buru buru meninggalkanku. Aku ingin kita melakukannya sekali lagi!" pinta Alfin, ia memeluk Livina sambil memberi beberapa kecupan di punggung Livina berusaha mencegahnya memakai pakaiannya.
"Dari mana kau tahu Arkha tidak akan pulang malam ini, dan sepertinya kau yakin sekali dengan ucapanmu, Al?" tanya Livina merasa sangat penasaran dengan apa yang diyakinkan Alfin kepadanya.
"Eee... aku... aku hanya menduganya saja Vin, hari ini dia sangat sibuk di kantor jadi aku yakin dia akan pulang terlambat malam ini!" sahut Alfin kembali terbata lkarena ia tengah berbohong.
Livina hanya menggelengkan kepalanya. "walaupun begitu, aku tetap harus segera pulang, Al! kalau tidak, mertuaku yang cerewet itu akan sangat rese' melihatku pulang terlambat lagi!"
Livina tetap melanjutkan memakai pakaiannya dan Alfin pun tidak ingin menahannya lagi.
Rasa senang memenuhi jiwanya karena sudah berhasil menjalankan rencananya untuk menyingkirkan Arkha. Kabar baik dari orang suruhannya membuat endorfin nya meningkat drastis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Rosdiana Niken
sahabat yg jahat 😡
2022-08-08
1
Bie Cayang Cmu
semoga arkha membenci Livina cewe bego karna cinta menghianati suami
2022-07-28
2
Ririn Nursisminingsih
2 penghianat..duh baru baca bkin emosi thir
2022-06-26
3