Eps. #18 Hari Pernikahan

Seminggu berlalu, hari itu adalah hari pernikahan Segara dan Mutiara. Meski diselenggarakan sangat sederhana, namun acara pernikahan itu berjalan dengan lancar. Segara nampak sangat gagah dengan pakaian pernikahan sederhananya, begitu juga Mutiara terlihat sangat manis dengan balutan kebaya putih dan hiasan bunga melati di kepalanya. Keduanya nampak sangat serasi tatkala duduk bersanding di pelaminan.

Tampan dan cantik, sehingga semua mata memandang takjub kepada keduanya, senyum kebahagiaan juga ditunjukkan warga kampung disana karena setelah Segara dan Mutiara menikah, maka keresahan mereka akan status hubungan keduanya sudah bisa dihilangkan sehingga tidak ada lagi yang ingin mencemooh pasangan itu.

Kendati belum saling mencintai, Segara dan Mutiara sudah memantapkan hati mereka dan berjanji akan berusaha belajar saling mencinta setelah sah menjadi pasangan suami istri, itulah yang membuat mereka bisa ikut selalu tersenyum kepada semua tamu tamu undangan di pernikahan mereka.

Imran juga nampak sangat bahagia, keinginannya menikahkan putri semata wayangnya sudah terwujud hari itu, dan menemukan seorang Segara yang kini jadi menantunya, merupakan anugerah Tuhan yang sangat disyukurinya.

Semua orang mengucapkan selamat, dan tidak ada lagi yang menghujat, hanya senyum kebahagiaan menghiasi suasana di hari pernikahan itu.

"Selamat ya, Ra! Mulai sekarang sudah tidak akan ada lagi yang menyebutmu perawan tua!" Tatin sahabat baik Mutiara memeluknya memberi ucapan selamat.

"Keputusan kalian menikah sangat tepat. Setelah ini warga tidak akan ada yang memfitnah kalian lagi! Selamat ya, Ra! Semoga kebahagiaan selalu bersama kalian!" Mbak Lis tetangga sebelah rumah Mutiara juga memberinya ucapan selamat sambil menjabat tangan Mutiara, Segara dan juga Imran secara bergantian.

Hanya ada sepasang mata yang memandang sinis pernikahan itu. Togar berdecak kesal menyaksikan kebahagiaan Segara dan Mutiara.

Meskipun Togar tetap hadir di acara pernikahan itu, namun hatinya mengumpat kesal.

"Aku hampir saja berhasil mempermalukan dan mengusir mereka dari kampung ini tapi malah mereka beneran nikah dan mereka nampak bahagia! Ah...sial! aku benar benar bodoh!" gumamnya.

Pernikahan Mutiara dan Segara justru membuat kebenciannya terhadap Mutiara semakin memuncak.

"Mutiara tidak bisa jadi milikku maka gadis yang sok suci itu juga tidak boleh berbahagia di atas kebencianku! Tunggu saja, aku akan tetap membalas sakit hatiku ini, Mutiara!" batinnya terus mengumpat dan semakin kesal, penolakan Mutiara sebelumnya membuatnya sakit hati dan semakin membenci.

Menjelang sore, rumah Imran yang sebelumnya ramai dikunjungi para undangan yang sebagian besar adalah warga kampung itu kini nampak mulai sepi.

Upacara pernikahan sudah selesai dan hanya beberapa sahabat baik Imran dan tetangga terdekatnya saja yang masih disana membantu membereskan peralatan yang sudah selesai dipakai di acara hari itu. Meski Mutiara dan Segara adalah pasangan pengantinnya, namun mereka juga terlihat sibuk bekerja membereskan sisa acara, maklum saja, semua persiapan untuk acara itu mereka lah yang mengaturnya sendiri, tanpa bantuan penyelenggara acara apalagi menyewa wedding organizer, dana mereka sangat minim untuk menggelar sebuah acara pernikahan, terlebih dalam waktu yang bisa disebut sangat mendadak.

Imran merapikan ruang tamu dan ruang tengah dan mengembalikan kursi kursi ke tempat semula. Ia juga menyimpan rapi kasur lipat yang ada di ruang tengah yang sebelumnya biasa dipakai alas tidur oleh Segara setiap harinya.

"Pak, kasur lipatnya kenapa Bapak simpan?" tanya Segara saat melihat Imran memindahkan kasur lipat itu dan ditaruhnya di gudang kecil yang ada di belakang rumah.

"Segara dengar, Nak! kau dan Mutiara sudah sah menjadi suami istri sekarang, jadi kamu nggak perlu tidur di luar lagi. Mulai malam ini kamu tidur bersama Mutiara di kamarnya!" ucap Imran sambil tersenyum kepada Segara.

Segara langsung gugup dan salah tingkah melihat senyum Imran yang terlihat menggodanya.

Mendengar kalimat yang diucapkan Bapaknya, Mutiara juga tersipu malu, dia tidak bisa membayangkan bahwa malam itu dia akan berbagi kamar dan ranjang yang sama dengan seorang laki laki yang kini sudah sah menjadi suaminya.

"Sudah! Sekarang kalian mandi dulu, ganti pakaian kalian! Setelah itu istirahat lah, Bapak tahu kalian pasti sangat lelah setelah acara ini!" Imran duduk menyelonjorkan kakinya di bangku panjang dan memberi isyarat jelas, agar Segara dan Mutiara segera masuk ke kamar mereka karena itu adalah malam pertama mereka.

Mutiara dan Segara makin tersipu malu mendengar perintah Imran, walau merasa canggung, keduanya tetap masuk ke kamar Mutiara.

"Kamu silahkan mandi duluan, Ra! setelah itu baru aku yang akan mandi!" ucap Segara saat mereka sudah berdua di dalam kamar Mutiara.

Segara membuka jas pernikahannya dan dikaitkannya pada gantungan di belakang pintu.

Kamar Mutiara memang tidak terlalu luas, selain sebuah ranjang berukuran queen size, hanya ada sebuah lemari kayu kecil disana, namun kamar itu sangat bersih dan rapi karena Mutiara memang selalu menjaganya seperti itu. Tidak ada hiasan kamar pengantin di kamar itu, karena mereka berdua memang tidak ingin menghias kamar itu secara berlebihan.

"Iya, Bang! sebentar ya, aku mau lepas sanggul dulu." Mutiara berdiri di depan cermin yang tertempel di dinding kamarnya sambil melepaskan riasan rambutnya.

Segara lalu mendekatinya dan membantu Mutiara melepaskan riasan bunga yang sedari tadi mempercantik sanggul rambut Mutiara. Dari pantulan cermin keduanya saling bertatapan. Senyum kikuk terulas di bibir tipis Mutiara begitu juga Segara, mereka sama sama merasa sangat canggung meski hari itu mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri.

"Aku mandi duluan ya, Bang!" Mutiara mengalihkan tatapannya dari Segara lalu secepatnya menyambar handuk yang tergantung di pintu dan segera melangkah ke kamar mandi.

Segara duduk di tepi ranjang, pikirannya menerawang, entah apa yang ada di benaknya saat itu. Bagaimana mereka akan melewati malam pertama mereka bersama malam itu, sementara getaran cinta itu belum ada dirasakan dihatinya. Mutiara juga belum mencintainya, apa mungkin ia akan melakukan kewajibannya sebagai seorang suami bersama Mutiara malam itu. Segara menghela nafas datar, dia berusaha menormalkan semua kegalauan dalam hatinya dan menghapus semua beban pikirannya.

Malam semakin larut, Segara dan Mutiara sudah sama sama merebahkan tubuh mereka di atas ranjang yang sama. Keduanya tidur menengadah menatap langit langit kamar itu, namun suasana sangat hening, tidak ada sepatah katapun terdengar dari mulut keduanya, padahal mereka masih sama sama belum bisa memejamkan mata.

Malam pertama bagi pasangan yang baru menikah harusnya sangatlah hangat namun sangat berbeda dengan Mutiara dan Segara, suasana menjadi sangat dingin, rasa canggung memenuhi hati mereka. Sesekali Mutiara menatap ke arah Segara namun Segara memalingkan wajahnya. Segara juga mencuri curi kesempatan memandangi wajah Mutiara, namun ia akan segera memalingkan wajahnya saat Mutiara menoleh ke arahnya, begitu saja seterusnya, hanya ada rasa kikuk dan canggung, seolah tidak ada kedekatan lebih diantara mereka.

"Ra...!" Segara memanggil Mutiara dengan suara lirih, ia ingin sedikit mencairkan suasana diantara mereka malam itu.

"Iya, Bang!" jawab Mutiara singkat.

"Aku mau bicara!" keduanya spontan mengucapkan kalimat yang sama dan juga secara bersamaan, lalu keduanya terkekeh.

"Hehe... kamu mau bilang apa, Bang?" tanya Mutiara mendahului.

"Kamu aja duluan, Ra! sepertinya kamu mau bicara hal penting!" ujar Segara.

"Abang aja duluan, ini nggak terlalu penting sih!" kilah Mutiara.

"Aku cuma mau minta maaf sama kamu, Ra!"

"Memangnya Abang salah apa, kenapa harus minta maaf, Bang?"

"Aku minta maaf karena aku...., aku.. belum bisa menjalankan kewajibanku sebagai suamimu sekarang, Ra. Aku belum berani melakukannya kalau belum ada rasa cinta diantara kita." Segara memberanikan dirinya mengungkapkan kegelisahannya.

"Aku juga minta maaf, Bang! aku juga sama sepertimu, aku belum berani memberikan hak mu sebagai suamiku saat ini, aku belum siap, Bang!" ucap Mutiara jujur.

Kembali suasana menjadi hening diantara mereka, keduanya terdiam tanpa bicara lagi.

Mutiara dan Segara sama sama membalikkan badannya dengan posisi tidur saling berlawan arah, mereka saling memunggungi dan keduanya hanya sibuk dengan perasaannya masing masing hingga kantuk pun menyerang keduanya. Setelah sangat lelah mempersiapkan acara pernikahannya  keduanya akhirnya tidur dan terlelap hingga pagi menyapa.

Terpopuler

Comments

Rosdiana Niken

Rosdiana Niken

simpan dulu MP nya ya

2022-08-08

1

Lyna Alyna

Lyna Alyna

Jangan buka pusa dulu mutigar (mutiara & sagara)

2022-06-24

2

Lyna Alyna

Lyna Alyna

Jangan buka pusa dulu mutigar (mutiara & sagara)

2022-06-24

2

lihat semua
Episodes
1 Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2 Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3 Eps. #3 Hubungan Terlarang
4 Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5 Eps. #5 Tragis
6 Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7 Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8 Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9 Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10 Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11 Eps. #11 Cibiran Warga
12 Eps. #12 Kakak Dan Adik
13 Eps. #13 Salah Paham
14 Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15 Eps. #15 Keputusan Terakhir
16 Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17 Eps. #17 Memantapkan Hati
18 Eps. #18 Hari Pernikahan
19 Eps. #19 Pergi Ke Kota
20 Eps. #20 Melawan Perampok
21 Eps. #21 Ciuman Pertama
22 Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23 Eps. #23 Semakin Mesra
24 Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25 Eps. #25 Sekali Lagi
26 Eps. #26 Ditunda Dulu
27 Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28 Eps. #28 Pertemuan
29 Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30 Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31 Eps. #31 Niat Balas Dendam
32 Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33 Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34 Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35 Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36 Eps. #36 Bujukan
37 Eps. #37 Kepergian Segara
38 Eps. #38 Tiba Di Kota
39 Eps. #39 Warisan
40 Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41 Eps. #41 Bos Bucin
42 Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43 Eps. #43 Dua Garis Merah
44 Eps. #44 Gara Gara Foto
45 Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46 Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47 Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48 Eps. #48 Dunia Berguncang
49 Eps. #49 Tsunami
50 Eps.#50 Pasca Tsunami
51 Eps. #51 Berubah Pikiran
52 Eps. #52 Kesedihan Arkha
53 Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54 Eps. #54 Penyerangan
55 Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56 Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57 Eps. #57 Kebohongan
58 Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59 Eps. #59 Nafkah Batin
60 Eps. #60 Baruna
61 Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62 Eps. #62 Tantrum
63 Eps. #63 Penyekapan
64 Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65 Eps. #65 Di Pelabuhan
66 Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67 Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68 Eps. #68 Takut Ketahuan
69 Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70 Eps. #70 Baruna Hilang
71 Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72 Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73 Eps. #73 Masih Koma
74 Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75 Eps. #75 Hampir Saja
76 Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77 Eps. #77 Tujuan Rahasia
78 Eps. #78 Semakin Membaik
79 Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80 Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81 Eps. #81 Kecurigaan
82 Eps. #82 Pertengkaran
83 Eps. #83 Mulai Sadar
84 Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85 Eps. #85 Mulai Terungkap
86 Eps. #86 Memilih Pergi
87 Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88 Eps. #88 Terungkap Lagi
89 Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90 Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91 Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92 Eps. #92 Berbagi Cerita
93 Eps. #93 Nasehat Mama
94 Eps. #94 Mulai Di Make Over
95 Eps. #95 Merubah Penampilan
96 Eps. #96 Kecemasan Livina
97 Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98 Eps. #98 Melarikan Diri
99 Eps. #99 Ditangkap Polisi
100 Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101 Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102 Eps. #102 Hari Bahagia
103 Eps. #103 Penyatuan
104 Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105 Eps. #105 Gairah Sang Segara
106 Ada Yang Baru
107 Bonus Part #1
108 Bonus Part #2
109 Bonus Part #3
110 Close 2 You
111 Bonus Part #4
112 Bonus Part #5
113 Bonus Part #6
114 Bonus Part #7
115 Bonus Part #8
116 Bonus Part #9
117 BARUNA
118 Muara Hasrat Baruna
119 Pengumuman Karya Baru
120 Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Eps. #1 Pendahuluan (Awal Kisah)
2
Eps. #2 Sahabat Tapi Menikam
3
Eps. #3 Hubungan Terlarang
4
Eps. #4 Berhasil Menjalankan Rencana Licik
5
Eps. #5 Tragis
6
Eps. #6 Terdampar Entah Dimana
7
Eps. #7 Namamu Adalah Segara
8
Eps. #8 Siapa Aku Sebenarnya?
9
Eps. #9 Belum Mendapat Informasi
10
Eps. #10 Akal Busuk Alfin
11
Eps. #11 Cibiran Warga
12
Eps. #12 Kakak Dan Adik
13
Eps. #13 Salah Paham
14
Eps. #14 Pilihan Yang Sulit
15
Eps. #15 Keputusan Terakhir
16
Eps. #16 Terima Aku Apa Adanya
17
Eps. #17 Memantapkan Hati
18
Eps. #18 Hari Pernikahan
19
Eps. #19 Pergi Ke Kota
20
Eps. #20 Melawan Perampok
21
Eps. #21 Ciuman Pertama
22
Eps. #22 Bukan Hanya Sebatas Nafsu
23
Eps. #23 Semakin Mesra
24
Eps. #24 Dibalik Suara Deburan Ombak
25
Eps. #25 Sekali Lagi
26
Eps. #26 Ditunda Dulu
27
Eps. #27 Kedatangan Kapal Asing
28
Eps. #28 Pertemuan
29
Eps. #29 Yakin Tapi Ragu
30
Eps. #30 Mutiara Kamu Dimana?
31
Eps. #31 Niat Balas Dendam
32
Eps. #32 Ingatan Yang Sudah Kembali
33
Eps. #33 Sudah Dianggap Mati
34
Eps. #34 Kedatangan Genta dan Rendy
35
Eps. #35 Menyembunyikan Kebenaran
36
Eps. #36 Bujukan
37
Eps. #37 Kepergian Segara
38
Eps. #38 Tiba Di Kota
39
Eps. #39 Warisan
40
Eps. #40 Setelah Dua Hari Berpisah
41
Eps. #41 Bos Bucin
42
Eps. #42 Apa Aku Hamil?
43
Eps. #43 Dua Garis Merah
44
Eps. #44 Gara Gara Foto
45
Eps. #45 Kebenaran Yang Terungkap
46
Eps. #46 Diajak Ikut Ke Kota
47
Eps. #47 Membutuhkan Sosok Ayahnya
48
Eps. #48 Dunia Berguncang
49
Eps. #49 Tsunami
50
Eps.#50 Pasca Tsunami
51
Eps. #51 Berubah Pikiran
52
Eps. #52 Kesedihan Arkha
53
Eps. #53 Kesulitan Keuangan
54
Eps. #54 Penyerangan
55
Eps. #55 Akhir Dari Sebuah Kejahatan
56
Eps. #56 Sosok Yang Sudah Kembali
57
Eps. #57 Kebohongan
58
Eps. #58 Tiga Tahun Kemudian
59
Eps. #59 Nafkah Batin
60
Eps. #60 Baruna
61
Eps. #61 Mencoba Membuka Hati
62
Eps. #62 Tantrum
63
Eps. #63 Penyekapan
64
Eps. #64 Menyusul Ke Kota
65
Eps. #65 Di Pelabuhan
66
Eps. #66 Pertemuan Yang Tidak Disadari
67
Eps. #67 Tidak Tahu Harus Kemana
68
Eps. #68 Takut Ketahuan
69
Eps. #69 Terungkap Satu Rahasia
70
Eps. #70 Baruna Hilang
71
Eps. #71 Nyaris Tertabrak
72
Eps. #72 Ditawari Pekerjaan Baru
73
Eps. #73 Masih Koma
74
Eps. #74 Merasa Punya Ikatan
75
Eps. #75 Hampir Saja
76
Eps. #76 Mulai Ada Perselisihan
77
Eps. #77 Tujuan Rahasia
78
Eps. #78 Semakin Membaik
79
Eps. #79 Kabur Dari Rumah Sakit
80
Eps. #80 Tempat Tinggal Baru
81
Eps. #81 Kecurigaan
82
Eps. #82 Pertengkaran
83
Eps. #83 Mulai Sadar
84
Eps. #84 Mengungkap Kebenaran
85
Eps. #85 Mulai Terungkap
86
Eps. #86 Memilih Pergi
87
Eps. #87 Perkelahian Awal Sebuah Pertemuan
88
Eps. #88 Terungkap Lagi
89
Eps. #89 Pertemuan Penuh Haru
90
Eps. #90 Membongkar Satu Kebohongan
91
Eps. #91 Pengakuan Mama Yuna (Flash Back Akal Busuk Alfin dan Livina)
92
Eps. #92 Berbagi Cerita
93
Eps. #93 Nasehat Mama
94
Eps. #94 Mulai Di Make Over
95
Eps. #95 Merubah Penampilan
96
Eps. #96 Kecemasan Livina
97
Eps. #97 Kebesaran Hati Genta
98
Eps. #98 Melarikan Diri
99
Eps. #99 Ditangkap Polisi
100
Eps. #100 Menjelang Hari Bahagia 1
101
Eps. #101 Menjelang Hari Bahagia 2
102
Eps. #102 Hari Bahagia
103
Eps. #103 Penyatuan
104
Eps. #104 Hadiah Dari Mama Yuna
105
Eps. #105 Gairah Sang Segara
106
Ada Yang Baru
107
Bonus Part #1
108
Bonus Part #2
109
Bonus Part #3
110
Close 2 You
111
Bonus Part #4
112
Bonus Part #5
113
Bonus Part #6
114
Bonus Part #7
115
Bonus Part #8
116
Bonus Part #9
117
BARUNA
118
Muara Hasrat Baruna
119
Pengumuman Karya Baru
120
Karya Baru: Janda Bolong Tak Lagi Trending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!