Manusia Kulkas

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Dua gadis beda generasi itu masih terus berlari demi mempertahankan kemampuannya dalam mengikuti permainan. Mereka berdua terus berlari seolah tak ingin memberikan kelonggaran apapun pada lawannya.

Sementara di posisi lain, Andra masih terus setia memperhatikan dua gadis yang berbeda generasi itu dengan senyumannya, memang senyumannya hampir tak terlihat oleh orang lain, karena Andra pun memang sengaja menutupi senyumannya itu, apalagi hal yang membuatnya tersenyum adalah tingkah putrinya dengan sosok wanita yang dipanggil bunda.

" Heh, kalian lucu sekali ". Batin Andra tersenyum.

Entah Andra menyadarinya atau tidak, pertemuan pertamanya dengan Nadira telah memberikan kesan tak biasa pada perasaannya.

Setelah kepergian dari mendiang istri tercintanya, hingga saat ini, tak ada seorang wanita pun yang berhasil mengisi hati seorang Andra. Banyak wanita di luaran sana yang berlomba - lomba ingin mendapatkan hatinya, namun sayang, Andra adalah sosok pria dingin yang sangat sulit untuk ditaklukkan.

Sementara di posisi di mana kedua bola mata Andra memandang, nampak putri kecilnya Aida masih terus mengejar bunda nya. Baik Nadira maupun Aida masih sama - sama terus berlari. Meski tubuh mereka sudah merasa lelah, namun dari keduanya masih belum ada tanda - tanda akan menyerah.

" Bunda, Aida sudah lelah ". Keluh Aida di tengah - tengah kejaran nya.

" Sama, bunda juga lelah sayang, tapi kalau bunda tidak terus lari, nanti bunda malah ditangkap Aida ". Sahut Nadira dengan masih terus berlari.

Mereka terus berlari dengan sisa tenaga yang masih ada, hingga tak lama dari itu, si kecil Aida berhenti dari larinya, sepertinya gadis kecil itu sudah mulai menyerah.

" Hemm... rupanya putriku sudah menyerah ". Batin Andra tersenyum karena melihat tingkah pasrah putrinya.

" Bunda - bunda, sudah, Aida sudah lelah, Aida nyelah bunda ". Seru Aida pada akhirnya.

" Sudah menyerah sayang? ". Sahut Nadira yang berhenti setelah dirinya sempat lari ke sana ke mari yang melewati area bermain.

" Iya bunda, Aida nyelah, bunda sudah menang, bunda tak jadi cium daddy, tapi Aida yang cium daddy ". Sahut Aida dengan sedikit memanyunkan bibir mungilnya.

Mendengar hal itu, membuat Nadira pun bisa bernafas lega. Akhirnya setelah sekian lama dirinya berlari demi menghindari kejaran Aida serta sanksi yang akan diberikan ketika kalah, tak ada yang perlu dirinya khawatirkan lagi, karena Aida pun sudah menyerah.

" Sayang ". Seru Nadira lembut dengan mendekati Aida.

" Bunda, Aida sudah lelah, Aida boleh minta gendong? ". Pinta si mungil Aida dengan sikap manjanya.

" Jadi putri cantik bunda lelah ini, ya sudah akan bunda gendong ". Sahut Nadira, lalu gadis cantik itupun mulai meraih tubuh mungil Aida.

" Telima kasih bunda, kita langsung ke daddy saja ya, Aida sudah mau pulang, kata daddy Aida tidak boleh lama - lama kalau main di lual ". Sahut Aida dengan segala penjelasannya.

" Aduh, ternyata putri bunda ini anak yang penurut ya ". Puji Nadira.

Dengan perasaan yang telah cukup puas, akhirnya, Aida bersama bunda kesayangannya itu pun menuju ke tempat di mana daddy nya sedang duduk, oh lebih tepatnya, bunda yang menggendongnya lah yang membawanya ke arah sang daddy.

" Daddy ". Seru Aida, lalu gadis kecil itupun mulai turun dari gendongan bunda nya.

" Sayang ". Seru Andra, lalu pria bertubuh kekar itupun mulai merengkuh putrinya.

Cup... cup... Aida pun memberikan ciuman manisnya di pipi kanan dan kiri daddy nya.

" Ada apa putri daddy, sepertinya ada sesuatu yang ingin putri daddy ini buktikan? ". Sahut Andra, karena memang itulah yang dirinya rasakan dari putri kecilnya.

" Iya, daddy benal sekali, sehalusnya bunda lah yang cium daddy, bukan Aida, tapi kalna Aida yang kalah, jadinya Aida deh yang cium daddy ". Sahut Aida yang menjelaskan.

Mendengar pernyataan dari putrinya, membuat Andra pun menjadi mengernyit bingung. Andra merasa bingung dengan aduan dari putrinya yang terdengar absurd itu, hingga Andra pun mulai mengarahkan pandangannya pada sosok wanita yang menjadi bunda bagi putrinya itu.

Mendapati tatapan tuan Andra yang tak biasa pada dirinya, membuat Nadira pun menjadi merasa khawatir. Nadira khawatir jika tuan Andra akan salah paham dengannya.

" Daddy, tadi itu, Aida sama bunda main kejal - kejalan, bagi yang kalah akan dapat hukuman, dan hukumannya ya halus mencium daddy, kalna Aida yang kalah, jadinya Aida deh yang cium daddy ". Tutur Aida pada akhirnya.

Setelah Aida menjelaskan semuanya, Nadira pun sudah bisa bernafas lega. Beruntung Aida melanjutkan penjelasannya, jika tidak, sudah pasti si tuan Andra ini, akan salah paham pada dirinya.

Tanpa ada seorangpun yang menyadarinya, sebuah senyuman kecil yang nyaris tak terlihat, kini telah muncul di kedua sudut bibir Andra.

" Heh, sekarang aku tahu, kenapa gadis ini berlari kencang untuk menghindari putriku, jadi karena ini alasannya, dia takut mendapat sanksi mencium ku, heh, lucu sekali dia ". Batin Andra tersenyum.

" Daddy ". Panggil Aida.

" Iya sayang ". Sahut Andra.

" Inikan sudah sole, memangnya daddy tidak mau pulang? ". Sahut Aida, ternyata Aida mengingatkan daddy nya.

" Ya sudah ayo kita pulang, daddy memang sudah ingin segera pulang ". Sahut Andra, lalu pria bertubuh tinggi dan kekar itupun mulai beranjak dari posisinya.

" Daddy, Aida mau gendong sama bunda ". Seru Aida, dan tiba - tiba dengan langsung mengulurkan kedua tangan mungilnya pada sang bunda.

Andra sendiri yang pada saat sang putri langsung ingin berpindah pada bunda nya, begitu sangat tersentak sehingga tubuhnya pun menjadi tak siap dalam menghadapi ingin pindahnya tubuh sang putri, sehingga akibatnya, tubuh Andra pun menjadi condong dan terpaksa harus mengenai tubuh bunda putrinya. Dan akhirnya, tubuh kekar Andra itu benar - benar telah menerpa tubuh mungil Nadira.

" Astaghfirullah ". Pekik Nadira kala tubuh mungilnya yang tak siap menerima ambrukan dari tubuh Andra.

Hingga disaat tubuh Nadira hampir terjatuh menyentuh tanah, dengan sigapnya Andra pun merengkuh tubuh Nadira dan langsung berbalik badan hingga akhirnya...

Bugh...

Andra pun terjatuh dalam keadaan terlentang di mana putrinya dengan Nadira sedang berada di atas tubuhnya.

Deg...

Tatapan dari kedua insan yang sudah dewasa itupun menjadi saling bertemu. Andra dengan Nadira menjadi saling menatap.

Dalam pandangan Andra, kedua bola mata dari sosok wanita yang telah menjadi bunda bagi putrinya ini, terlihat begitu sendu yang memancarkan ketenangan, seolah menunjukkan jika sosok wanita yang telah menjadi bunda bagi putrinya ini adalah wanita yang berhati baik dan juga lemah lembut.

" Aduh, ayo bangun, jangan tidul di sini ". Protes Aida tiba - tiba.

Sontak saja rengekan dari Aida pun membuat Andra dan juga Nadira menjadi tersadar.

Mereka bertiga pun akhirnya sama - sama berdiri dari kecelakaan yang tak sengaja sempat terjadi itu.

" Ma-maafkan saya tuan, saya tak sengaja ". Seru Nadira takut - takut lantaran tubuhnya sempat menindih tubuh tuan Andra nya.

" Hemm... ". Sahut Andra yang hanya dengan deheman saja.

" Maafkan Aida ya bunda daddy, gala - gala Aida daddy sama bunda sampai teljatuh ". Seru Aida yang memahami kesalahannya.

" Tak apa sayang, apa kamu masih ingin bergendong pada bunda mu? ". Sahut Andra.

" Tidak daddy, Aida mau jalan saja ". Sahut Aida pada akhirnya.

Setelah kejadian yang baru saja menimpa sang daddy dan juga bunda nya, membuat Aida berubah pikiran dan tak memiliki niatan lagi untuk bergendong pada bunda nya.

Dan akhirnya, mereka bertiga pun kembali melangkah menuju mobil, dan seperti biasa, si kecil Aida memang tak pernah lepas dari bunda nya. Sepanjang sepasang kaki mungilnya melangkah menuju mobil, Aida seolah tak membiarkan tangan mungil terlepas untuk terus menggenggam tangan bunda nya.

Hingga tak lama mereka bertiga melangkah, kini sampailah mereka di dekat mobil. Nadira bersama Aida pun sudah akan memasuki mobil itu.

" Mau duduk di mana kamu? ". Seru Andra tiba - tiba karena Nadira mulai membuka pintu mobilnya.

" Duduk di belakang tuan ". Sahut Nadira.

" Kamu ini benar lupa atau pura - pura lupa sih?, ayo duduk di depan, jangan duduk di belakang, aku bukan supirmu ". Sahut Andra ketus.

Ya, sebelumnya disaat akan pergi ke taman, Andra sudah mengingatkan pada Nadira agar dirinya duduk di kursi depan bukan di kursi belakang, namun entah apa yang terjadi pada Nadira sehingga dirinya malah ingin duduk di kursi belakang. Dan hal itu tentu saja Andra melarangnya, karena Andra tak ingin dianggap sebagai supir Nadira.

" Baik tuan ". Lirih Nadira.

Dan akhirnya, mereka pun telah sama - sama masuk dan berada di dalam mobil dengan Aida yang masih setia duduk di pangkuan bunda nya.

Dalam perjalanan, Aida nampak begitu senang, bahkan dirinya memang akan selalu senang. Dan sepanjang berada di dalam mobil, tak jarang tangan mungilnya itu memainkan tangan bunda nya. Dan apa yang dilakukan oleh gadis kecil itu, pastilah tak luput dari perhatian sang daddy, meski daddy nya tak menatapnya, oh lebih tepatnya, sang daddy Andra berpura - pura tak melihat dengan apa yang dilakukan oleh dirinya.

" Bunda ". Seru Aida.

" Iya sayang ". Sahut Nadira.

" Dua bulan lagi adalah hali ulang tahun Aida yang ke empat tahun, bunda datang ya ke acala ulang tahunnya Aida, Aida ingin bunda datang ". Seru Aida yang begitu berharap.

Mendengar penuturan dari Aida, membuat Nadira tak tahu harus menjawab apa, bukan tak tahu sih, hanya saja dirinya merasa tak enak hati jika harus datang sedangkan daddy dari Aida sendiri tak mengundangnya.

" Bagaimana bunda, bunda mau ya datang ke ulang tahunnya Aida? ". Seru Aida lagi, Aida begitu sangat berharap jika bunda nya akan benar - benar hadir di ulang tahunnya.

" Emm sayang, memangnya bunda boleh datang ke acara ulang tahunmu? ". Sahut Nadira takut - takut.

" Tentu boleh bunda, kenapa halus tidak boleh?, bunda kan bunda nya Aida, iya kan daddy? ". Sahut Aida yang membenarkan bahkan daddy nya pula sampai ditanyai.

" Ehemm iya boleh ". Sahut Andra bahkan tanpa menoleh sedikitpun.

" Tuh kan bunda, bunda boleh datang, mau ya bunda datang ke ulang tahunnya Aida ". Pinta Aida lagi.

" Baiklah sayang bunda akan datang ". Sahut Nadira dengan tersenyum kecut.

" Asyiiik, telima kasih bunda ". Seru Aida yang begitu senangnya.

Nadira merasa sangat senang karena dirinya secara tidak langsung sudah memberikan kebahagiaan untuk Aida, namun hatinya juga merasa sangat miris lantaran sang daddy dari Aida sendiri, nampak begitu tak mempedulikan apakah dirinya boleh hadir ke acara ulang tahun putrinya atau tidak.

Namun ya sudahlah, yang penting dirinya akan hadir ke acara ulang tahun Aida karena dirinya ingin membuat Aida bisa bahagia. Jika tuan Andra tak mempedulikannya, Nadira pun juga tak mempermasalahkan hal itu.

*****

Bremmm....

Deru suara mobil itupun nampak terdengar jelas di indera pendengaran pemilik rumah, sehingga membuat mereka pun berinisiatif ingin keluar.

" Bu, itu pasti Dira ". Seru Putri dan langsung berlalu menuju teras rumah.

Sementara Nadira sendiri sudah keluar dari mobil mewah tuan Andra.

" Bunda, telima kasih ya kalna hali ini sudah mau menemani Aida ". Seru Aida dari tepi kaca mobilnya.

" Iya, sama - sama sayang ". Sahut Nadira tersenyum.

Lalu Nadira pun menatap pada tuan Andra nya.

" Emm... tuan, terima kasih karena tuan sudah mengantar saya sampai rumah ". Lanjut Nadira.

" Iya ". Sahut Andra singkat namun masih bisa di dengar oleh Nadira.

" Ayo putri daddy kita pulang sekarang ". Putus Andra pada akhirnya.

Dan dengan tanpa aba - aba, Andra pun mulai menutup secara otomatis kaca jendela di pintu mobilnya itu, hingga membuat Nadira tak lagi dapat melihat Aida. Lalu mobil mewah yang baru saja mengantarkan dirinya itu telah kembali melaju dan meninggalkannya dalam keadaan mematung.

Mendapati perlakuan yang begitu tak mengenakkan, membuat hati Nadira menjadi tergores. Entah mengapa setelah mendapati sikap tuan Andra yang baru saja dirinya alami membuat hati Nadira menjadi sakit. Apa yang dilakukan oleh tuan Andra sama sekali tak menunjukkan sikap menghargai orang lain. Namun ya sudahlah, Nadira tak ingin memperpanjang apa yang dirasakannya, membuang rasa sakit hatinya karena sikap tuan Andra, mungkin itulah satu - satunya cara untuk menghilangkan rasa sakit hatinya.

" Dira ". Seru suara seorang wanita yang sangat Nadira kenal siapa pemilik suara itu.

Nadira pun langsung menoleh, dan benar saja, nampak bu Dewi dan juga Putri sedang menuju ke arahnya.

" Dira, kamu sudah pulang, wah... enak sekali ya kamu, bisa diajak jalan - jalan sama tuan Andra ". Seru Putri yang menggoda sahabatnya itu.

" Enak apanya sih, bukan makanan juga ". Sahut Nadira.

" Nak, apa tuan Andra sedang membicarakan hal yang penting sama kamu? ". Tanya bu Dewi.

" Tidak bu, tidak ada pembicaraan yang penting antara Dira dengan tuan Andra, tuan Andra hanya ingin agar Dira menemani putrinya bermain di taman, sudah itu saja ". Jelas Nadira.

" Ini dia yang menjadi persoalannya, kamu masih belum cerita sama aku Dir, kok putrinya tuan Andra bisa mau main sama kamu, memangnya di mana kamu kenal? ". Tanya Putri karena memang inilah yang dirinya ingin tanyakan sedari awal.

" Sudahlah, dibahasnya di dalam saja nak, ayo sebaiknya kita masuk, ini sudah sangat sore ". Putus bu Dewi pada akhirnya.

Dan setelah obrolan singkat itu, ketiga wanita itupun telah masuk ke rumah mereka sebelum malam benar - benar tiba.

*****

Waktu sudah memasuki malam hari. Segala persiapan untuk masuk kuliah yang akan dimulai beberapa minggu lagi, telah Nadira siapkan dengan lengkap, dan hanya tinggal menunggu waktu masuk saja.

Malam ini tak begitu banyak aktivitas yang dilakukan baik Putri maupun Nadira. Kedua gadis itu baru saja selesai membaca beberapa lembar buku sebelum akhirnya beristirahat.

" Dira ". Panggil Putri.

" Iya ". Sahut Nadira.

" Besok, sekitar pukul sembilan akan ada rapat di kampus ku, dan dosen ku sudah memesan menu makanan untuk orang - orang yang rapat besok, besok kamu antar ya makanannya ". Jelas Putri.

" Oh itu, iya akan aku antar, tadi ibu juga sudah bilang kalau dosen kamu memesan makanan ". Sahut Nadira.

" Baguslah kalau kamu sudah tahu ". Sahut Putri.

Dan setelah obrolan terakhir itu, kedua gadis cantik itupun sudah mulai mengistirahatkan diri mereka sebelum aktivitas yang baru di keesokan harinya kembali akan mereka lakukan.

*****

Pagi hari yang sudah begitu sangat cerah, nampak masih banyak pembeli yang masih mengantri untuk sarapan pagi.

Seperti biasa, di pagi ini, Nadira sedang membantu bu Dewi untuk melayani banyak pembeli. Namun setelah ini, nampaknya Nadira harus menghentikan bantuan nya sejenak di kafe yang cukup ramai ini, lantaran sudah mendapat kabar jika pesanan makanan yang akan dibawa ke kampus Putri, meminta untuk diserahkan lebih awal. Akibatnya ya seperti inilah, Nadira harus sesegera mungkin mengantarkan makanan pesanan itu.

" Bu, ibu tidak apa - apa Dira tinggal sendiri di sini, apalagi ini masih ramai? ". Seru Dira.

" Tak apa nak, cepat bawalah makanan itu, pasti orang - orang di kampus pada menunggu ". Sahut bu Dewi.

Nadira pun akhirnya pasrah, mau tak mau dirinya memang harus mengantarkan makanan pesanan itu.

Tak ingin berlama - lama, dengan langkah cepat pun Nadira membawa makanan itu dengan menaiki motor matic nya.

Gadis cantik yang masih belum genap berusia dua puluh satu tahun itu terus melajukan motor matic nya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Mengingat jika para dosen telah menunggu pesanannya, membuat Nadira tak ingin kehilangan banyak waktu lagi.

Dan akhirnya setelah hampir sepuluh menit lamanya mengendara, Nadira pun telah sampai di halaman kampus di mana sahabatnya Putri kuliah. Dengan langkah cepat gadis cantik itu mulai masuk dan melewati lorong kampus.

Dalam langkahnya, Nadira memperhatikan setiap pintu ruangan yang ada di sana, Nadira mencari ruangan kantor di kampus itu, namun dirinya masih belum menemukannya.

" Permisi mbak, ruangan kantor khusus para dosen ada di mana ya mbak? ". Tanya Nadira disaat bertemu dengan salah seorang mahasiswi yang sedang duduk.

" Ruangan para dosen?, semua dosen di sini punya ruangannya masing - masing mbak, tapi kalau ada rapat, biasanya para dosen kumpul di ruangan khusus rapat ". Sahut mahasiswi itu.

" Saya juga kurang tahu ya mbak, tapi yang pasti, saya di suruh mengantarkan makanan untuk para dosen yang sedang ada rapat ". Sahut Nadira.

" Oooh, berarti itu di ruang rapat mbak, hari ini semua dosen, rektor, termasuk pemilik kampus sedang rapat, kalau mbak mau ke sana, ya mbak tinggal jalan lurus dan setelah itu belok ke kiri, nanti di sana mbak akan menemukan ruangan khusus rapat ". Jelas mahasiswi itu.

" Kalau begitu terima kasih mbak, saya mau ke sana dulu ". Sahut Nadira pada akhirnya.

Lalu Nadira pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan rapat sesuai dengan yang diberitahu oleh mahasiswi tadi.

" Sepertinya ini ruangannya... aduh, kenapa aku jadi gugup ya ". Gumam Nadira setelah dirinya berada di depan pintu.

" Ayo Dira jangan gugup, kamu ke sini untuk mengantar makanan ". Gumamnya lagi, lalu dengan perasaan yang dibuat setenang mungkin, Nadira pun mulai akan masuk ke ruangan itu.

Tok... tok... tok... ceklek....

Pintu ruangan itupun telah berhasil Nadira buka.

" Permisi, bapak, ibu, saya kemari ingin mengan... ". Seketika itu kalimat Nadira menjadi terhenti.

Nadira terdiam membeku bak sebuah patung. Satu hal yang begitu mengejutkan telah dirinya alami. Nadira begitu sangat tertegun kala dirinya dengan tak sengaja melihat sosok yang dingin bak sebuah kulkas.

Ya, di ruangan ini, Nadira bertemu dengan tuan Andra, sosok tuan yang begitu dingin itu. Kini tatapan keduanya malah saling bertemu. Dan Nadira masih terdiam membeku di tempat.

" Tuan Andra ada di sini? ". Batin Nadira.

" Ada apa mbak? ". Seru suara seseorang sehingga membuyarkan lamunan Nadira.

" Eh, ini, saya mau mengantar makanan yang dari kafe nya bu Dewi ". Sahut Nadira gugup.

" Oh, baiklah, sini Dira mana makanannya ". Seru salah seorang dosen wanita yang ada di sana.

Lalu Nadira pun mendekat ke arah dosen wanita itu dan menyerahkan pesanan makanan yang dibawanya.

" Uang nya ditunggu dulu sebentar ya, kami masih mau rapat, kamu tunggu dulu di luar, sebentar lagi rapat akan selesai kok ". Sahut ibu dosen itu.

" Baik bu ". Sahut Nadira, lalu ia pun segera bergegas keluar dari ruangan itu.

*****

Rapat di kampus itupun telah usai. Dan dari ruangan khusus rapat itu, nampak semua dosen serta orang - orang penting lainnya sudah mulai keluar.

Setelah hampir tiga puluh menit lamanya Nadira menunggu, akhirnya dosen perempuan yang akan membayar pesanan makanannya sudah datang mendekatinya.

" Maaf ya Dira, kamu lama menunggunya ya nak? ". Seru dosen wanita itu.

" Tidak apa - apa bu, namanya juga rapat ". Sahut Nadira dengan tersenyum.

" Ayo ". Ajak dosen itu, lalu Nadira pun benar ikut untuk mengambil uang nya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya dengan di dampingi oleh ibu dosen yang tadi, Nadira pun keluar dari ruangan.

" Kalau begitu Dira pamit dulu ya bu ". Seru Nadira.

" Iya ". Sahut sang ibu dosen.

Nadira pun mulai melangkah kembali untuk menuju halaman kampus, namun, baru saja beberapa kali dirinya melangkah, mendadak langkahnya itu menjadi terhenti.

Deg... rasa keterkejutan ini kembali terjadi. Sungguh tak disangka, kali ini Nadira bertemu lagi dengan tuan Andra.

Andra yang menyadari adanya seseorang yang menghentikan langkahnya mendadak, membuatnya pun menoleh.

Dan kini pandangan Andra dan juga Nadira kembali saling bertemu. Namun setelah itu, Andra pun kembali fokus pada handphone pintarnya.

" Heh, manusia kulkas, bahkan dia bersikap seolah tak mengenalku ". Batin Nadira.

Lalu dengan tanpa mempedulikan keadaan di sekelilingnya, Nadira pun kembali melangkah bahkan melewati tuan Andra nya begitu saja. Nadira terus melangkah hingga akhirnya tubuh mungilnya itu benar - benar hilang dibalik tembok.

" Siapa wanita itu? ". Tanya Andra pada sang dosen.

" Oh, perempuan yang baru saja lewat itu tuan?, dia itu Dira tuan, salah satu karyawan di kafe nya bu Dewi ". Sahut dosen wanita itu.

Setelah pernyataan sang dosen, tak ada lagi sahutan dari Andra. Ya, Andra memang sengaja menanyakan tentang Nadira, karena semenjak dari kemarin, Andra masih belum mengetahui nama Nadira, lebih tepatnya bukan tidak mengetahui, hanya saja Andra kurang begitu memperhatikan nama Nadira sendiri.

Bersambung..........

🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤

🌿🌿🌿🌿🌿

Terpopuler

Comments

Pipit Sopiah

Pipit Sopiah

bongkahan es di kutub utara

2022-05-24

2

Sukliang

Sukliang

manusia kullkas

2022-05-18

1

Wulan Guritno

Wulan Guritno

Nexttttt kilattttt

2022-03-13

2

lihat semua
Episodes
1 Harus Menikah
2 Kedatangan Calon Mama Mertua
3 Menikah
4 Merawat Bayi
5 Alvin Mirip Dani
6 Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7 Siapa Wanita Ini ?
8 Hanya Bunda Dila
9 Surat Cerai
10 Janda?!
11 Bekerja Di Kota
12 Masih Perawan!
13 Bertemu Gadis Kecil
14 Kabar Gembira
15 Andra Becham Salim
16 Bukan Istriku
17 Manusia Kulkas
18 Dira Janda
19 Dira Itu Adalah Pacarku
20 Panggil Aku Mas
21 Tetap Merahasiakannya
22 Merasakannya
23 Keluar Dari Kamarku
24 Bunda Menangis
25 Dasar Matre
26 Persiapan Hadiah Untuk Aida
27 Kedatangan Firly Adam Cholic
28 Pergi Ke Mall
29 Wanita Sederhana
30 Menyukai Tawanya
31 Memanggil Sayang
32 Bundanya Aida
33 Kenyataan Pahit
34 Jangan Terulang Kembali
35 Mengakhiri Hubungan
36 Merasa Gugup
37 Memandangnya Dari Jauh
38 Mengharapkan Kesempatan Kedua
39 Meraih Cinta Nadira
40 Hari Ulang Tahun Aida
41 Bunda Datang
42 Akan Berdansa
43 Berdansa
44 Setia Menunggu
45 Menunggu Undangan
46 Menikah Itu Apa Daddy?
47 Cup... Cup... Cup...
48 Aneh
49 Istimewa Di Hatiku
50 Lindu Bunda
51 Ketetapan Andra
52 Terbiasa Dicium
53 Ungkapan Perasaan Firly
54 Cekcok Andra Dan Firly
55 Bunda
56 Alpin Lindu Bunda
57 Ingin Menyusul
58 Ikut Berkemah
59 Cinta Bersemi Kembali
60 Nadira Terluka
61 Tidur Bersama
62 Ciuman Pertama
63 Aku Akan Datang
64 Memanggil Andra
65 Kedatangan Celine Anastasya
66 Aku Mencintai Dira
67 Celine Sakit
68 Celine Menginap Di Rumah Andra
69 Merasakan Kebohongannya
70 Terkejut
71 Berdarah
72 Sesak
73 Merasa Cemburu
74 Tertangkap Basah
75 Kebohongan Celine
76 Dani Lumpuh
77 Keterlaluan
78 Rasa Bersalah Daniel
79 Melepas Rindu
80 Rengekan Aida
81 Pertemuan Tak Terduga
82 Anak Nadira
83 Sudah Berakhir
84 Kebenaran Yang Tertunda
85 Pengakuan Daniel
86 Tak Ingin Bertemu
87 Maafkan Aku Sayang
88 Akhirnya Bertemu
89 Sudah Berakhir
90 Jalani Masing - masing
91 Frustasi
92 Kecelakaan
93 Sedih
94 Merasa Bersalah
95 Andra Sadar
96 Halus Menikah
97 Bersedia Menikah
98 Sebulan Lagi
99 Menemui Orang Tua
100 Anak Pembantu
101 Ikatan Suci
102 Masa Tenggang
103 Tak Bisa Berkutik
104 Kenapa Sempit? (21+)
105 Masih Perawan (21+)
106 Daddy Culang
107 Daddy Jangan Nakal
108 Masih Pengantin Balu?
109 Bunda Pilihan
110 Ke Kamar Sebelah
111 Nadira Demam (21+)
112 Akibat Kuda - kudaan
113 Nadira Sadar
114 Mendadak Tempramental
115 Marah Berujung Nikmat
116 Andra Yang Tak Disiplin
117 Sate Bumbu Semangka
118 Peringatan Aida
119 Bernasib Malang
120 Peringatan Andra
121 Bahaya Mengancam Aida
122 Aida Tenggelam
123 Pertolongan Untuk Aida
124 Nona Nadira Hamil
125 Adik Untuk Aida
126 Pemecatan Ria
127 Masih Belum Memaafkan
128 Ngidam Yang Mengerikan
129 Persiapan Ulang Tahun Aida
130 Memilih Gaun Ulang Tahun
131 Aida Cemburu
132 Maafkan Bunda Sayang
133 Sampai Punya Anak Kembar
134 Ulang Tahun Aida
135 Sorry
136 Jagalah Nadira
137 Inin Ninap Di Lumah Bunda
138 Merasa Bersalah
139 Perhatian Aida
140 Panggil Aku Daddy
141 Sudah Boleh Sayang
142 Ingin Makan Bakso
143 Makan Bakso Bersama
144 Memakai Masker Wajah
145 Tujuh Bulanan
146 Hilangnya Aida
147 Ancaman Celine
148 Kekejaman Ria
149 Nyawa Aida Terancam
150 Menyelamatkan Aida
151 Perawatan Untuk Aida
152 Balasan Yang Setimpal
153 Ingin Masuk Kampus
154 Kejadian Tak Mengenakkan
155 Kemarahan Andra
156 Alvin Datang
157 Memaafkan
158 Kebersamaan Di Malam Hari
159 Alpin Malu Daddy
160 Lahirnya Malaikat Kecil
161 Terima Kasih Sayang
162 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Harus Menikah
2
Kedatangan Calon Mama Mertua
3
Menikah
4
Merawat Bayi
5
Alvin Mirip Dani
6
Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7
Siapa Wanita Ini ?
8
Hanya Bunda Dila
9
Surat Cerai
10
Janda?!
11
Bekerja Di Kota
12
Masih Perawan!
13
Bertemu Gadis Kecil
14
Kabar Gembira
15
Andra Becham Salim
16
Bukan Istriku
17
Manusia Kulkas
18
Dira Janda
19
Dira Itu Adalah Pacarku
20
Panggil Aku Mas
21
Tetap Merahasiakannya
22
Merasakannya
23
Keluar Dari Kamarku
24
Bunda Menangis
25
Dasar Matre
26
Persiapan Hadiah Untuk Aida
27
Kedatangan Firly Adam Cholic
28
Pergi Ke Mall
29
Wanita Sederhana
30
Menyukai Tawanya
31
Memanggil Sayang
32
Bundanya Aida
33
Kenyataan Pahit
34
Jangan Terulang Kembali
35
Mengakhiri Hubungan
36
Merasa Gugup
37
Memandangnya Dari Jauh
38
Mengharapkan Kesempatan Kedua
39
Meraih Cinta Nadira
40
Hari Ulang Tahun Aida
41
Bunda Datang
42
Akan Berdansa
43
Berdansa
44
Setia Menunggu
45
Menunggu Undangan
46
Menikah Itu Apa Daddy?
47
Cup... Cup... Cup...
48
Aneh
49
Istimewa Di Hatiku
50
Lindu Bunda
51
Ketetapan Andra
52
Terbiasa Dicium
53
Ungkapan Perasaan Firly
54
Cekcok Andra Dan Firly
55
Bunda
56
Alpin Lindu Bunda
57
Ingin Menyusul
58
Ikut Berkemah
59
Cinta Bersemi Kembali
60
Nadira Terluka
61
Tidur Bersama
62
Ciuman Pertama
63
Aku Akan Datang
64
Memanggil Andra
65
Kedatangan Celine Anastasya
66
Aku Mencintai Dira
67
Celine Sakit
68
Celine Menginap Di Rumah Andra
69
Merasakan Kebohongannya
70
Terkejut
71
Berdarah
72
Sesak
73
Merasa Cemburu
74
Tertangkap Basah
75
Kebohongan Celine
76
Dani Lumpuh
77
Keterlaluan
78
Rasa Bersalah Daniel
79
Melepas Rindu
80
Rengekan Aida
81
Pertemuan Tak Terduga
82
Anak Nadira
83
Sudah Berakhir
84
Kebenaran Yang Tertunda
85
Pengakuan Daniel
86
Tak Ingin Bertemu
87
Maafkan Aku Sayang
88
Akhirnya Bertemu
89
Sudah Berakhir
90
Jalani Masing - masing
91
Frustasi
92
Kecelakaan
93
Sedih
94
Merasa Bersalah
95
Andra Sadar
96
Halus Menikah
97
Bersedia Menikah
98
Sebulan Lagi
99
Menemui Orang Tua
100
Anak Pembantu
101
Ikatan Suci
102
Masa Tenggang
103
Tak Bisa Berkutik
104
Kenapa Sempit? (21+)
105
Masih Perawan (21+)
106
Daddy Culang
107
Daddy Jangan Nakal
108
Masih Pengantin Balu?
109
Bunda Pilihan
110
Ke Kamar Sebelah
111
Nadira Demam (21+)
112
Akibat Kuda - kudaan
113
Nadira Sadar
114
Mendadak Tempramental
115
Marah Berujung Nikmat
116
Andra Yang Tak Disiplin
117
Sate Bumbu Semangka
118
Peringatan Aida
119
Bernasib Malang
120
Peringatan Andra
121
Bahaya Mengancam Aida
122
Aida Tenggelam
123
Pertolongan Untuk Aida
124
Nona Nadira Hamil
125
Adik Untuk Aida
126
Pemecatan Ria
127
Masih Belum Memaafkan
128
Ngidam Yang Mengerikan
129
Persiapan Ulang Tahun Aida
130
Memilih Gaun Ulang Tahun
131
Aida Cemburu
132
Maafkan Bunda Sayang
133
Sampai Punya Anak Kembar
134
Ulang Tahun Aida
135
Sorry
136
Jagalah Nadira
137
Inin Ninap Di Lumah Bunda
138
Merasa Bersalah
139
Perhatian Aida
140
Panggil Aku Daddy
141
Sudah Boleh Sayang
142
Ingin Makan Bakso
143
Makan Bakso Bersama
144
Memakai Masker Wajah
145
Tujuh Bulanan
146
Hilangnya Aida
147
Ancaman Celine
148
Kekejaman Ria
149
Nyawa Aida Terancam
150
Menyelamatkan Aida
151
Perawatan Untuk Aida
152
Balasan Yang Setimpal
153
Ingin Masuk Kampus
154
Kejadian Tak Mengenakkan
155
Kemarahan Andra
156
Alvin Datang
157
Memaafkan
158
Kebersamaan Di Malam Hari
159
Alpin Malu Daddy
160
Lahirnya Malaikat Kecil
161
Terima Kasih Sayang
162
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!