Bukan Istriku

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Mendapati pandangan sepasang bola mata biru tuan Andra yang masih menyorot tajam dirinya, membuat Nadira pun akhirnya menunduk.

" Bunda, kita duduk yuk ". Ajak Aida.

" Eh, i-iya sayang ". Sahut Nadira yang gugup.

Dan akhirnya setelah cukup lama berdiri, Nadira bersama Aida pun duduk di sana. Dan kini, Andra, Nadira, dan juga si kecil Aida, telah duduk bersama bak sebuah keluarga kecil yang sedang menikmati waktu bersama.

Andra masih diam dengan seribu bahasa. Dan karena sikapnya inilah membuat suasana diantara mereka bertiga menjadi terasa begitu dingin, apalagi bagi Nadira. Entah mengapa berada di dekat tuan Andra ini, membuat suasana yang awalnya canggung, malah berubah menjadi terasa begitu mencekam.

Sementara di sudut ruangan lain, nampak bu Dewi dan juga anak perempuannya Putri, merasakan harap - harap cemas. Mereka berdua sedang mengintip dengan berdiri di dekat dapur. Bu Dewi dan juga Putri merasa sangat khawatir akan kondisi Nadira saat ini. Dapat mereka lihat dengan jelas, jika saat ini, Nadira nampak begitu takut di hadapan tuan Andra.

" Aduh Put, ibu jadi khawatir sama Dira, sebenarnya tuan Andra ada perlu apa sih ingin menemui Dira, kalau hanya putrinya yang ingin bertemu, tapi kenapa tuan Andra serius begitu ya? ". Bisik bu Dewi pada putrinya.

" Putri juga tidak tahu bu, tapi yang pasti, jika tuan Andra sudah dengan sengaja ingin menemui seseorang secara langsung, pasti ada hal yang sangat penting yang ingin disampaikan ". Sahut Putri.

" Semoga saja Dira tidak ada masalah dengan tuan Andra ". Ujar bu Dewi lagi.

Sementara di posisi di mana tiga orang yang sedang dibicarakan masih duduk. Nampak si kecil Aida, menatap dengan senyuman yang seolah tak henti terbit dari kedua sudut bibir mungilnya.

" Bunda, kok bunda diam sih, memangnya bunda tidak lindu sama Aida? ". Seru Aida yang berusaha mengajak berkomunikasi bunda nya.

" Emm iya, bunda, juga rindu sayang ". Sahut Nadira dengan kikkuk.

" Bunda, hali ini Aida sama daddy mau main ke taman, kami ke sini mau ajak bunda juga main di taman, bunda mau ya? ". Seru Aida pada akhirnya, karena memang itulah yang ingin gadis kecil itu lakukan setelah bertemu dengan bunda nya lagi.

Nadira yang mendengar permintaan dari Aida merasa cukup terkejut. Nadira pun menjadi bingung harus menjawab apa. Jika dirinya menolak, pasti hal itu akan sangat melukai hati Aida. Namun jika dirinya menerima, bagaimana dengan daddy dari Aida, sosok manusia dingin bagai kulkas ini.

" Turuti saja keinginan putriku ". Sahut Andra tiba - tiba setelah semenjak dari tadi pria dingin itu diam.

" Apa?, jadi pria kulkas ini bisa juga bicara? ". Batin Nadira yang tak menyangka.

" Bunda, mau ya bunda kalau Aida ajak ke taman? ". Pinta Aida lagi.

" Emm, sebentar dulu ya sayang, bunda mau minta izin pada bu Dewi dulu ". Sahut Nadira.

" Jika masalahnya adalah soal mendapatkan izin, biar aku sendiri yang akan meminta izin ". Sahut Andra lagi. Dan Nadira pun tak menyangka jika tuan Andra akan menjawab seperti itu.

" Tuan Andra ". Sahut bu Dewi tiba - tiba yang ternyata sudah menuju ke dekat mereka.

" Tuan, tuan boleh membawa nak Dira jika memang ingin diajak bermain ke taman, saya sama sekali tidak keberatan tuan ". Tutur bu Dewi.

Deg...

Nadira yang mendengar jawaban tak terduga dari bu Dewi nya pun menjadi sedikit tertegun. Bahkan bu Dewi mengizinkannya tanpa bertanya pada dirinya terlebih dahulu apakah dirinya benar - benar bersedia ikut bersama tuan Andra atau tidak.

" Ya Allah, ibu, ibu benar - benar mengizinkannya? ". Batin Nadira.

" Ya sudah Dira, sebaiknya kamu ikut tuan Andra sekarang nak, coba kamu temani putrinya tuan Andra, ibu dengan Putri tidak apa - apa kok membereskan apa yang masih belum selesai di sini berdua saja dengan Putri ". Seru bu Dewi dengan mengedipkan sebelah mata kirinya sebagai kode pemberitahuan jika sebaiknya Nadira menurut saja pada keinginan tuan Andra.

" Baik bu ". Sahut Nadira pada akhirnya, karena ia pun juga tak bisa berbuat apa - apa untuk menolak.

" Yeay asyiiik, ahilnya bunda mau ikut juga, Aida senang sekali ". Seru Aida dengan begitu girangnya, lalu gadis kecil itupun memeluk bunda Nadira nya.

Aida si gadis kecil itu benar - benar sangat senang, karena akhirnya, keinginannya untuk bisa bermain bersama daddy dan juga bunda nya akan segera terwujud. Sungguh, Aida merasa benar - benar sangat senang.

Dan akhirnya, sang tuan Andra bersama putri kecilnya Aida serta Nadira telah beranjak pergi dari kafe itu untuk menuju taman. Dan disaat mereka melangkah bersama ternyata tak lepas dari tingkah menggemaskan Aida.

Aida, gadis kecil itu malah menggelantungkan kedua tangannya pada tangan sang daddy dan juga bunda nya. Gadis kecil itu bergelantungan manja layaknya anak - anak kecil pada umumnya yang begitu sangat suka bermanja - manja pada kedua orang tuanya. Dan tanpa mereka sadari, kebersamaan mereka bertiga bagai sebuah keluarga kecil yang terlihat begitu bahagia.

*****

Senyum kebahagiaan semakin terpancar di wajah imut Aida kala gadis kecil itu bersama sang daddy dan juga bunda nya telah sampai di sebuah taman yang dilengkapi dengan area bermain anak - anak.

Aida begitu sangat merasakan kebahagiaan karena dirinya bisa merasakan kehidupan layaknya anak - anak yang lainnya. Ya, Aida merasa sangat bahagia karena kali ini dirinya bisa bermain dengan mengajak daddy dan juga bunda nya.

" Ayo bunda, daddy, kita belmain di sana ". Seru Aida dengan menunjuk area bermain anak - anak yang ada di taman itu.

Mendapat ajakan bermain bersama di area bermain itu, membuat Nadira menjadi tersenyum canggung. Bisa berada di dekat tuan Andra benar - benar membuat Nadira bagai orang yang berenang di sebuah kolam mandi, yang di mana dirinya harus pandai mengatur nafas saat berenang sebelum akhirnya menuju ke tepi kolam.

Sedangkan Andra sendiri, pria itu masih setia dengan sikap dinginnya tanpa sama sekali mau memulai pembicaraan pada Nadira. Andra, pria yang sudah berusia matang itu hanya terus melangkah dengan kedua tangannya yang masih setia dimasukkan diantara saku celananya. Dan gaya seorang tuan Andra ini, benar - benar semakin menonjolkan betapa berkelasnya dirinya.

" Ya Allah, apa orang ini tidak tahu caranya berinteraksi dengan orang lain, kenapa dia begitu terlihat sangat kaku dan acuh? ". Batin Nadira berbicara. Entah sudah berapa sekian pertanyaan yang terus bermunculan dalam batinnya.

Setelah berada di area bermain itu, Aida pun mengajak bunda nya untuk menemaninya bermain, sedangkan sang daddy sendiri Andra, lebih memilih untuk duduk di sebuah kursi panjang yang ada di sana.

Cukup banyak orang di area itu, bahkan saat ini, di sebelah Andra telah duduk seorang ibu - ibu yang berusia sekitar lima puluh tahunan yang sepertinya juga ikut mendampingi anaknya.

" Bunda, coba lihat, Aida sudah mau melosot ". Seru Aida yang ingin menunjukkan aksinya pada sang bunda.

" Hati - hati sayang ". Sahut Nadira.

" Pasti bunda ". Sahut Aida mantap dengan menunjukkan jempol tangannya.

Lalu gadis kecil itupun mulai terjun melewati perosotan itu.

" Yeay, Aida belhasil ". Seru Aida senang kala dirinya telah berhasil mendarat.

Dengan Nadira yang masih setia mendampingi Aida, membuat Aida si gadis kecil itu terus bermain dengan mencoba berbagai macam alat bermain yang ada di sana. Aida begitu sangat senang dan begitu menikmati kegiatan bermain ini, karena kegiatan bermain yang dirinya lakukan kali benar - benar terasa begitu berbeda, yaitu ditemani dengan hadirnya seorang bunda di dekatnya.

Kedekatan antara sang putri dengan sosok wanita yang putrinya anggap bunda itu, tentunya tak terlepas dari perhatian Andra.

Sepanjang dirinya melihat kedekatan putrinya dengan sosok yang dipanggilnya bunda itu, sebenarnya telah membuat hati Andra begitu terkagum dan sangat merasa senang. Andra merasa sangat senang karena putri semata wayangnya Aida, akhirnya bisa tertawa lepas bahkan memiliki rasa kepercayaan diri yang penuh di mana Andra sendiri begitu sangat jarang melihatnya.

" Bunda, Aida kan sudah main semuanya, sekalang Aida mau ajak bunda ikut belmain juga ". Seru Aida.

" Bermain apa sayang?, di sini kan hanya ada alat bermain untuk anak - anak?, tidak mungkin bunda bisa bermain di sini ". Sahut Nadira.

" Iya bunda benal, tapi bukan belmain itu yang Aida maksud, Aida mau kita main kejal - kejalan bunda ". Jelas Aida.

" Kejar - kejaran?, kejar - kejaran bagaimana sayang? ". Sahut Nadira yang merasa bingung.

" Ya kejal - kejalan bunda. Kalau bunda belhasil kejal Aida, belalti Aida yang kalah, tapi kalau Aida yang belhasil kejal bunda, belalti bunda yang kalah, dan sebagai hukumannya, maka yang kalah halus melakukan satu hal ". Jelas Aida lagi agar bunda nya menjadi paham.

" Melakukan satu hal?, memangnya apa itu sayang? ". Tanya Nadira yang ternyata menjadi penasaran.

" Hal yang halus dilakukan oleh yang kalah adalah yang kalah halus mencium daddy ". Sahut Aida pada akhirnya.

Deg....

Nadira begitu sangat terkejut setelah mendengar jawaban dari Aida. Ia membelalakkan kedua bola matanya tak percaya. Yang benar saja jika yang kalah harus mencium daddy nya Aida. Bagaimana jika dirinya yang kalah, maka itu artinya dirinyalah yang harus mencium tuan Andra. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

" Sayang, Aida, kenapa harus hukuman seperti itu yang harus diterima bagi yang kalah, hukumannya yang lain saja ya sayang ". Sahut Nadira yang berusaha untuk memberikan tawaran pada gadis kecil itu.

" Tidak ada bunda, mencium daddy itu adalah hukuman yang paling lingan dan juga mudah, kan bagus kalau misalnya yang kalah halus cium daddy ". Sahut Aida dengan begitu polosnya.

" Tapi sayang, kalau misalnya bunda yang kalah, itu artinya bunda yang harus mencium daddy kamu, tidak, itu tidak boleh Aida, itu tidak sopan sayang ". Sahut Nadira yang menolak.

" Tenang saja bunda, daddy tidak akan menolak kalau Aida yang memintanya, jadi bunda tenang saja ". Sahut Aida lagi.

Nadira sudah tak bisa berbuat apa - apa lagi. Tak ada pilihan untuk membatasi permainan ini. Dan jika dirinya terus menolak, bukan tidak mungkin jika Aida akan kecewa.

" Pokoknya aku tidak boleh kalah, iya, hanya itu satu - satunya cara agar aku terhindar dari hukuman mencium tuan Andra ". Batin Nadira.

" Ayo bunda kita suit dulu ". Ajak Aida.

" Ayo siapa takut? ". Tantang Nadira.

" Tapi suit nya satu kali loh, kalau Aida yang menang, belalti bunda yang akan Aida kejal ". Sahut Aida yang tak kalah menantang.

" Oke, siapa takut? ". Sahut Nadira lagi.

Sebenarnya Nadira merasa takut, ia takut jika kalah dengan si kecil Aida. Namun, Nadira tetap berusaha bersikap setenang mungkin. Jika dirinya sampai kalah suit, itu artinya dirinyalah yang akan menjadi sasaran dari kejaran Aida.

" Oke bunda, kita hitung ya, satu dua tiga suit ". Seru Aida, hingga akhirnya...

" Yeay, Aida yang menang ". Seru Aida kegirangan, bahkan gadis kecil itu sampai meloncat - loncat senang.

" Ya Allah, kenapa jadi aku yang kalah?, ini gawat ". Batin Nadira yang sudah merasa cemas.

" Bagaimana bunda, apa bunda sudah siap? ". Tanya Aida.

" Sebentar sayang, kita buat jarak terlebih dahulu, Aida coba mundur dulu sedikit sayang ". Pinta Nadira, dan Aida pun tak masalah dengan permintaan bunda nya.

Dan kini, Nadira bersama Aida telah berada pada perbandingan jarak sekitar hampir dua meter untuk memulai permainan yang telah mereka sepakati.

" Bagaimana bunda, bisa dimulai sekalang? ".Tanya Aida yang sudah begitu tak sabar ingin segera memulai permainan.

" Huft... iya sayang, bisa dimulai sekarang ". Sahut Nadira.

" Oke, siap - siap bunda, satu dua tiga... ". Lalu Aida pun mulai mengejar bunda nya.

Nadira sudah berlari melewati area bermain anak - anak yang ada di sana. Ia berlari dengan kecepatan di mana Aida tak bisa meraih tubuhnya.

Si kecil Aida masih terus mengejar bunda nya, sepasang kaki mungilnya nampak begitu gesit membawa tubuhnya agar bisa segera mengenai tubuh sang bunda.

" Aduh Ya Allah, Aida larinya kencang juga ternyata ". Batin Nadira cemas disaat dirinya masih terus berlari.

" Ayo bunda, lali telus, kemanapun bunda lali, akan tetap Aida kejal ". Peringat Aida di tengah - tengah kejarannya.

Sementara di posisi lain, di mana sang daddy dari Aida duduk, yaitu sang tuan Andra, masih memandangi putri kecilnya yang saat ini sedang bermain kejar - kejaran bersama sosok yang dipanggil putrinya bunda.

Andra masih terus memandangi interaksi antara dua orang wanita yang berbeda generasi itu dengan perasaan yang sulit untuk diartikan. Bisa Andra lihat dengan jelas, bagaimana tingkah lucu dari keduanya. Hingga tanpa Andra sadari, telah terbit sebuah senyuman kecil diantara kedua sudut bibirnya. Ya, Andra tersenyum melihat hubungan yang terjalin antara putrinya dengan wanita yang dikejarnya. Jujur saja, hatinya merasa sangat senang karena tingkah keduanya.

" Nak ". Seru seorang wanita tua yang sudah sedari tadi duduk di kursi yang sama dengan Andra.

" Iya ". Sahut Andra.

" Kamu tidak ikut bermain bersama istri dan juga anakmu? ". Tanya ibu itu.

Deg...

Andra begitu sangat tertegun dengan pertanyaan dari wanita yang sudah lanjut usia ini. Siapa wanita yang ibu tua ini anggap sebagai istrinya.

" Istri?, siapa orang yang ibu maksud sebagai istriku? ". Tanya Andra.

" Ya wanita itu nak, wanita cantik yang sedang bermain kejar - kejaran bersama putrimu, istrimu cantik sekali nak ". Sahut ibu itu dengan memberikan pujiannya juga.

" Tapi wanita itu bukan istriku ". Sahut Andra telak.

Wanita tua itu pun begitu terkejut setelah mendengar jawaban tak terduga dari Andra. Jadi wanita cantik yang dirinya kira adalah istri dari pemuda ini ternyata bukanlah istrinya.

" Oooh, bukan istrimu ya nak, ibu kira wanita cantik itu adalah istrimu, maklum ibu salah nak, soalnya putrimu memanggil wanita cantik itu dengan sebutan bunda, jadinya ibu malah mengira jika dia adalah istrimu, maafkan ibu ya nak ". Sahut ibu itu meminta maaf dengan senyuman tak enaknya.

Andra pun hanya menanggapi permintaan maaf dari wanita tua yang ada di sampingnya dengan anggukan. Ia sama sekali tak mempermasalahkannya.

Hanya saja, Andra menjadi merasa aneh dengan anggapan ibu tua ini. Hanya karena putrinya memanggil wanita itu dengan panggilan bunda, lantas wanita itu dianggap sebagai istrinya?, tidak mungkin, itu sama sekali tidak mungkin.

Nadira Ayu.

Andra Becham Salim

Aida Becham Salim

Bersambung..........

🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤

🌿🌿🌿🌿🌿

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

visualny suk bngt...🥰

2023-08-23

1

heti lestari

heti lestari

visualnya cantik & ganteng, apalagi si kecil Aida. imut & unyu bgt....😘😘😘😘😘

2023-01-01

1

Pipit Sopiah

Pipit Sopiah

cantik dan ganteng visualnya thor 👍

2022-05-24

1

lihat semua
Episodes
1 Harus Menikah
2 Kedatangan Calon Mama Mertua
3 Menikah
4 Merawat Bayi
5 Alvin Mirip Dani
6 Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7 Siapa Wanita Ini ?
8 Hanya Bunda Dila
9 Surat Cerai
10 Janda?!
11 Bekerja Di Kota
12 Masih Perawan!
13 Bertemu Gadis Kecil
14 Kabar Gembira
15 Andra Becham Salim
16 Bukan Istriku
17 Manusia Kulkas
18 Dira Janda
19 Dira Itu Adalah Pacarku
20 Panggil Aku Mas
21 Tetap Merahasiakannya
22 Merasakannya
23 Keluar Dari Kamarku
24 Bunda Menangis
25 Dasar Matre
26 Persiapan Hadiah Untuk Aida
27 Kedatangan Firly Adam Cholic
28 Pergi Ke Mall
29 Wanita Sederhana
30 Menyukai Tawanya
31 Memanggil Sayang
32 Bundanya Aida
33 Kenyataan Pahit
34 Jangan Terulang Kembali
35 Mengakhiri Hubungan
36 Merasa Gugup
37 Memandangnya Dari Jauh
38 Mengharapkan Kesempatan Kedua
39 Meraih Cinta Nadira
40 Hari Ulang Tahun Aida
41 Bunda Datang
42 Akan Berdansa
43 Berdansa
44 Setia Menunggu
45 Menunggu Undangan
46 Menikah Itu Apa Daddy?
47 Cup... Cup... Cup...
48 Aneh
49 Istimewa Di Hatiku
50 Lindu Bunda
51 Ketetapan Andra
52 Terbiasa Dicium
53 Ungkapan Perasaan Firly
54 Cekcok Andra Dan Firly
55 Bunda
56 Alpin Lindu Bunda
57 Ingin Menyusul
58 Ikut Berkemah
59 Cinta Bersemi Kembali
60 Nadira Terluka
61 Tidur Bersama
62 Ciuman Pertama
63 Aku Akan Datang
64 Memanggil Andra
65 Kedatangan Celine Anastasya
66 Aku Mencintai Dira
67 Celine Sakit
68 Celine Menginap Di Rumah Andra
69 Merasakan Kebohongannya
70 Terkejut
71 Berdarah
72 Sesak
73 Merasa Cemburu
74 Tertangkap Basah
75 Kebohongan Celine
76 Dani Lumpuh
77 Keterlaluan
78 Rasa Bersalah Daniel
79 Melepas Rindu
80 Rengekan Aida
81 Pertemuan Tak Terduga
82 Anak Nadira
83 Sudah Berakhir
84 Kebenaran Yang Tertunda
85 Pengakuan Daniel
86 Tak Ingin Bertemu
87 Maafkan Aku Sayang
88 Akhirnya Bertemu
89 Sudah Berakhir
90 Jalani Masing - masing
91 Frustasi
92 Kecelakaan
93 Sedih
94 Merasa Bersalah
95 Andra Sadar
96 Halus Menikah
97 Bersedia Menikah
98 Sebulan Lagi
99 Menemui Orang Tua
100 Anak Pembantu
101 Ikatan Suci
102 Masa Tenggang
103 Tak Bisa Berkutik
104 Kenapa Sempit? (21+)
105 Masih Perawan (21+)
106 Daddy Culang
107 Daddy Jangan Nakal
108 Masih Pengantin Balu?
109 Bunda Pilihan
110 Ke Kamar Sebelah
111 Nadira Demam (21+)
112 Akibat Kuda - kudaan
113 Nadira Sadar
114 Mendadak Tempramental
115 Marah Berujung Nikmat
116 Andra Yang Tak Disiplin
117 Sate Bumbu Semangka
118 Peringatan Aida
119 Bernasib Malang
120 Peringatan Andra
121 Bahaya Mengancam Aida
122 Aida Tenggelam
123 Pertolongan Untuk Aida
124 Nona Nadira Hamil
125 Adik Untuk Aida
126 Pemecatan Ria
127 Masih Belum Memaafkan
128 Ngidam Yang Mengerikan
129 Persiapan Ulang Tahun Aida
130 Memilih Gaun Ulang Tahun
131 Aida Cemburu
132 Maafkan Bunda Sayang
133 Sampai Punya Anak Kembar
134 Ulang Tahun Aida
135 Sorry
136 Jagalah Nadira
137 Inin Ninap Di Lumah Bunda
138 Merasa Bersalah
139 Perhatian Aida
140 Panggil Aku Daddy
141 Sudah Boleh Sayang
142 Ingin Makan Bakso
143 Makan Bakso Bersama
144 Memakai Masker Wajah
145 Tujuh Bulanan
146 Hilangnya Aida
147 Ancaman Celine
148 Kekejaman Ria
149 Nyawa Aida Terancam
150 Menyelamatkan Aida
151 Perawatan Untuk Aida
152 Balasan Yang Setimpal
153 Ingin Masuk Kampus
154 Kejadian Tak Mengenakkan
155 Kemarahan Andra
156 Alvin Datang
157 Memaafkan
158 Kebersamaan Di Malam Hari
159 Alpin Malu Daddy
160 Lahirnya Malaikat Kecil
161 Terima Kasih Sayang
162 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Harus Menikah
2
Kedatangan Calon Mama Mertua
3
Menikah
4
Merawat Bayi
5
Alvin Mirip Dani
6
Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7
Siapa Wanita Ini ?
8
Hanya Bunda Dila
9
Surat Cerai
10
Janda?!
11
Bekerja Di Kota
12
Masih Perawan!
13
Bertemu Gadis Kecil
14
Kabar Gembira
15
Andra Becham Salim
16
Bukan Istriku
17
Manusia Kulkas
18
Dira Janda
19
Dira Itu Adalah Pacarku
20
Panggil Aku Mas
21
Tetap Merahasiakannya
22
Merasakannya
23
Keluar Dari Kamarku
24
Bunda Menangis
25
Dasar Matre
26
Persiapan Hadiah Untuk Aida
27
Kedatangan Firly Adam Cholic
28
Pergi Ke Mall
29
Wanita Sederhana
30
Menyukai Tawanya
31
Memanggil Sayang
32
Bundanya Aida
33
Kenyataan Pahit
34
Jangan Terulang Kembali
35
Mengakhiri Hubungan
36
Merasa Gugup
37
Memandangnya Dari Jauh
38
Mengharapkan Kesempatan Kedua
39
Meraih Cinta Nadira
40
Hari Ulang Tahun Aida
41
Bunda Datang
42
Akan Berdansa
43
Berdansa
44
Setia Menunggu
45
Menunggu Undangan
46
Menikah Itu Apa Daddy?
47
Cup... Cup... Cup...
48
Aneh
49
Istimewa Di Hatiku
50
Lindu Bunda
51
Ketetapan Andra
52
Terbiasa Dicium
53
Ungkapan Perasaan Firly
54
Cekcok Andra Dan Firly
55
Bunda
56
Alpin Lindu Bunda
57
Ingin Menyusul
58
Ikut Berkemah
59
Cinta Bersemi Kembali
60
Nadira Terluka
61
Tidur Bersama
62
Ciuman Pertama
63
Aku Akan Datang
64
Memanggil Andra
65
Kedatangan Celine Anastasya
66
Aku Mencintai Dira
67
Celine Sakit
68
Celine Menginap Di Rumah Andra
69
Merasakan Kebohongannya
70
Terkejut
71
Berdarah
72
Sesak
73
Merasa Cemburu
74
Tertangkap Basah
75
Kebohongan Celine
76
Dani Lumpuh
77
Keterlaluan
78
Rasa Bersalah Daniel
79
Melepas Rindu
80
Rengekan Aida
81
Pertemuan Tak Terduga
82
Anak Nadira
83
Sudah Berakhir
84
Kebenaran Yang Tertunda
85
Pengakuan Daniel
86
Tak Ingin Bertemu
87
Maafkan Aku Sayang
88
Akhirnya Bertemu
89
Sudah Berakhir
90
Jalani Masing - masing
91
Frustasi
92
Kecelakaan
93
Sedih
94
Merasa Bersalah
95
Andra Sadar
96
Halus Menikah
97
Bersedia Menikah
98
Sebulan Lagi
99
Menemui Orang Tua
100
Anak Pembantu
101
Ikatan Suci
102
Masa Tenggang
103
Tak Bisa Berkutik
104
Kenapa Sempit? (21+)
105
Masih Perawan (21+)
106
Daddy Culang
107
Daddy Jangan Nakal
108
Masih Pengantin Balu?
109
Bunda Pilihan
110
Ke Kamar Sebelah
111
Nadira Demam (21+)
112
Akibat Kuda - kudaan
113
Nadira Sadar
114
Mendadak Tempramental
115
Marah Berujung Nikmat
116
Andra Yang Tak Disiplin
117
Sate Bumbu Semangka
118
Peringatan Aida
119
Bernasib Malang
120
Peringatan Andra
121
Bahaya Mengancam Aida
122
Aida Tenggelam
123
Pertolongan Untuk Aida
124
Nona Nadira Hamil
125
Adik Untuk Aida
126
Pemecatan Ria
127
Masih Belum Memaafkan
128
Ngidam Yang Mengerikan
129
Persiapan Ulang Tahun Aida
130
Memilih Gaun Ulang Tahun
131
Aida Cemburu
132
Maafkan Bunda Sayang
133
Sampai Punya Anak Kembar
134
Ulang Tahun Aida
135
Sorry
136
Jagalah Nadira
137
Inin Ninap Di Lumah Bunda
138
Merasa Bersalah
139
Perhatian Aida
140
Panggil Aku Daddy
141
Sudah Boleh Sayang
142
Ingin Makan Bakso
143
Makan Bakso Bersama
144
Memakai Masker Wajah
145
Tujuh Bulanan
146
Hilangnya Aida
147
Ancaman Celine
148
Kekejaman Ria
149
Nyawa Aida Terancam
150
Menyelamatkan Aida
151
Perawatan Untuk Aida
152
Balasan Yang Setimpal
153
Ingin Masuk Kampus
154
Kejadian Tak Mengenakkan
155
Kemarahan Andra
156
Alvin Datang
157
Memaafkan
158
Kebersamaan Di Malam Hari
159
Alpin Malu Daddy
160
Lahirnya Malaikat Kecil
161
Terima Kasih Sayang
162
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!