Bekerja Di Kota

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Kendaraan yang berbentuk seperti balok itu masih terus berjalan melewati jalanan serta re rumahan yang banyak berdiri dan menghiasi pinggiran jalan yang telah dilalui.

Sepasang bola mata indahnya masih setia menatap tepian jalan dari balik kaca bening yang transparan itu. Ya, saat ini, Nadira sedang dalam perjalanan menuju ibu kota.

Dan sepanjang dirinya berada di dalam bus, ia hanya diam. Terlebih, pikirannya masih terngiang akan ucapan sang mama yang begitu melukai hatinya bahkan hingga sangat membiru.

" Ingat, jangan pernah kembali lagi ke sini, karena keberadaan mu di sini adalah beban untuk kami. Jadi, pergilah entah kemana terserah kamu, yang penting, kamu jangan kembali lagi ke rumah ini ".

Itulah kalimat terakhir yang telah di ke camkan oleh mamanya sendiri, sebuah kalimat yang begitu tak pantas di ucapkan pada anaknya sendiri, sebelum dirinya benar - benar melangkah keluar dan pergi dari rumahnya.

Mengingat akan perlakuan keluarga nya sendiri, sangat membuat hati Nadira menjadi semakin sesak. Hidup dengan keluarga nya bertahun - tahun, sepanjang dirinya dibesarkan, Nadira sangatlah kurang mendapatkan kasih sayang. Andai jika boleh memilih, lebih baik dirinya dilahirkan dari keluarga yang begitu sangat sederhana namun bisa memberikan kasih sayang yang cukup untuknya.

" Ya Allah, sebenarnya apa salahku, kenapa keluarga ku tak pernah mau memberikan kasih sayang tulus mereka untuk ku, sebenarnya apa salah ku pada mereka ya Allah ". Batin Nadira menangis.

" Nak ". Seru seorang wanita paru baya yang saat ini tengah duduk bersama di samping Nadira.

" Eh, iya bu ". Sahut Nadira yang sedikit tersentak.

" Kamu mau kemana, dari tadi ibu perhatikan kamu hanya diam ". Sahut ibu itu bertanya dengan keramahannya.

" Saya, mau pergi ke kota bu, saya mau cari kerja di ibu kota ". Sahut Nadira apa adanya.

" Oh, jadi kamu mau ke ibu kota, kalau begitu sama dong seperti ibu nak, hari ini ibu mau kembali pulang ". Sahut ibu itu.

" Memangnya, ibu tinggal di sana? ". Tanya Nadira.

" Iya, ibu tinggal di sana, lebih tepatnya, ibu ikut suami ke ibu kota dan menetap tinggal di sana, ini ibu baru selesai berkunjung dari kampung, dan sekarang sudah mau pulang ". Sahut ibu itu.

Nadira pun mengangguk paham, ternyata, wanita paru baya yang ada di sampingnya ini memiliki tujuan yang sama dengannya.

" Nama kamu siapa nak, ibu lupa belum berkenalan ". Sahut ibu itu lagi dengan sedikit tersenyum kikkuk.

" Nama saya Nadira bu, sama, saya juga lupa belum berkenalan, nama ibu siapa? ". Tanya Nadira juga pada akhirnya.

" Nama ibu, Dewi nak ". Sahut bu Dewi dengan tersenyum.

" Nadira, kamu kan mau bekerja di kota, memangnya kamu bekerja apa di sana nak? ". Lanjut bu Dewi lagi.

" Dira masih belum bekerja bu, Dira masih akan ke sana, Dira masih mau cari kontrakan dulu sebelum melamar pekerjaan ". Sahut Nadira, karena memang itulah rencananya.

" Oh begitu ya, bagaimana kalau kamu bekerja di kafe ibu saja nak, selain itu kamu juga bisa tinggal di sana sama ibu ". Sahut bu Dewi.

" Benarkah bu, saya boleh bekerja di sana? ". Sahut Nadira yang sedikit tak percaya.

" Iya nak, kalau tidak boleh, untuk apa ibu menawarkan kamu bekerja. Ya itu sih kalau nak Dira mau, daripada nak Dira bekerja di luar, belum lagi masih harus membayar uang kontrakan, kan sayang uangnya nak, apalagi biaya hidup di ibu kota tidaklah murah ". Sahut bu Dewi yang berusaha memberitahu.

Untuk sesaat Nadira terdiam. Pekerjaan yang ditawarkan oleh bu Dewi menurutnya tidaklah sulit, hanya menjadi karyawan kafe, belum lagi bisa menginap di tempat itu, jika dirinya bisa menerima pekerjaan ini, sudah pasti tidak sulit baginya untuk bisa menabung.

" Bagaimana nak Dira, apa kamu mau?, ya namanya juga bekerja di kafe nak. Tapi ibu tutup kafe nya tidak sampai malam kok nak, ibu bukanya dari pukul enam pagi sampai pukul dua sore, setelah itu kafe di tutup nak, ya maklum nak, ibu tidak mau kalau bekerja sampai malam ". Sahut bu Dewi lagi.

" Mau bu, Dira sangat mau ". Sahut Nadira dengan begitu senangnya.

" Hemm... baiklah nak, berarti setelah sampai di kota, kamu bisa langsung tinggal di rumah ibu ". Sahut bu Dewi lagi dengan tersenyum.

" Iya bu terima kasih ". Sahut nya.

Akhirnya sesuatu yang sempat mengganggu pikirannya, kini sudah sedikit berkurang, ya setidaknya satu hal yang membebani pikiran Nadira bisa berkurang meski itu hanya satu. Selain memikirkan akan masalah yang dialami nya, Nadira juga memikirkan tentang pekerjaan apa yang akan dirinya dapatkan setelah sampai di ibu kota. Dan sekarang, tanpa bisa disangka, dengan begitu mudahnya dirinya sudah mendapat pekerjaan dari orang baik.

Nadira begitu sangat senang dan bersyukur, karena dengan dirinya memiliki pekerjaan, bisa menjadi awal yang baik untuk bisa memperbaiki masa depannya.

Kini Nadira dengan bu Dewi kembali melanjutkan perbincangan mereka, dan tak lupa bu Dewi pada akhirnya menawarkan sebungkus roti untuk mereka makan bersama. Maklum jika mereka merasa lapar saat dalam perjalanan, karena waktu menuju ibu kota tidaklah sebentar.

*****

Dua orang wanita berbeda generasi itu, kini telah sampai dan melangkah bersama menuju ke salah satu rumah minimalis namun masih layak di tempati, di mana di samping rumah itu ada sebuah toko yang tak terlalu kecil yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah itu sendiri.

Memang posisi rumahnya tak terlalu dekat dengan jalan raya, namun area di tempat ini cukup strategis karena kondisi lingkungan yang cukup ramai.

" Bu, jadi ini rumah ibu? ". Tanya Nadira setelah ia dan juga bu Dewi hampir mendekati teras rumah itu.

" Iya nak, benar sekali, ya rumah ibu memang tidak sebesar rumah - rumah orang kaya karena ibu memang bukan orang kaya nak ". Sahut bu Dewi dengan tersenyum simpul.

" Tidak masalah bu, mau rumah sederhana sekalipun yang penting kan bisa membuat orang yang tinggal di dalamnya bisa hidup tenang, untuk apa rumah besar jika penghuninya tak bisa memiliki hidup tentram ". Sahut Nadira yang juga tersenyum.

" Iya, kamu benar sekali nak ". Sahut bu Dewi.

Ya, bukan tanpa sebab Nadira berkata seperti itu. Memang benar rumah bu Dewi tak sebesar rumahnya di kampung, namun Nadira bisa melihat jika rumah sederhana ini mampu menampung penghuninya untuk bisa hidup damai, tidak seperti rumahnya sendiri, di mana Nadira begitu tak dianggap sebagai anggota keluarga di sana.

Dan kini, Nadira bersama bu Dewi pun telah berada di dalam rumah. Terawat, itulah yang pertama kali Nadira dapatkan setelah melihat ruangan rumah bu Dewi.

" Nak, di rumah ibu ini hanya ada tiga ruang kamar, satu kamar untuk ibu, satu kamar lagi digunakan menjadi ruang ibadah, dan satunya lagi untuk putri ibu ". Tutur bu Dewi menjelaskan.

" Untuk kamarmu sebentar dulu ya nak, biar ibu rapikan dulu kamar yang untuk beribadah itu menjadi kamarmu, jadi, kalau kita mau sholat, sholat nya di kamar masing - masing saja ". Tutur bu Dewi yang menjelaskan.

" Maafkan Dira ya bu, kedatangan Dira kemari menjadi merepotkan ibu ". Sahut Nadira yang merasa tak enak hati.

" Kata siapa yang merepotkan, tidak, kamu sama sekali tidak merepotkan nak, justru ibu sangat senang kalau kamu tinggal di sini, karena suasana rumah menjadi bertambah agak ramai karena penghuninya bertambah, ya maklumlah nak, kan ibu tinggalnya hanya berdua dengan putri ibu ". Sahut bu Dewi.

" Hah, jadi ibu hanya tinggal berdua dengan anak ibu, lalu di mana suami ibu? ". Tanya Nadira yang merasa heran, pasalnya Nadira masih ingat betul dari pengakuan buka Dewi jika bu Dewi tinggal memetap di daerah ini karena ikut suaminya.

Bu Dewi pun tersenyum pada Nadira.

" Suami ibu sudah meninggal nak, suami ibu sudah meninggal semenjak tujuh tahun yang lalu ". Sahut bu Dewi dengan sedikit tersenyum hambar.

" Ya Allah, bu, maafkan Dira, Dira tidak tahu jika suami ibu sudah meninggal, maafkan Dira ". Sahut Nadira dengan rasa bersalah.

" Tidak apa - apa nak, tidak perlu meminta maaf, semua sudah menjadi kehendak Tuhan ". Sahut bu Dewi tersenyum agar Nadira tak merasa bersalah.

Masih belum selesai dua wanita berbeda generasi itu mengobrol, tanpa mereka sadari, nampak ada seseorang yang sampai di teras rumah.

" Assalamualaikum ". Seru dalam seorang gadis yang hendak memasuki pintu rumahnya.

" Waalaikumsalam ". Sahut Nadira dan bu Dewi.

" Ibu, ibu kapan datang, kenapa tidak menelfon Putri ". Tanya gadis itu yang bernama Putri sebelum ia mencium tangan ibunya.

" Baru saja nak, tidak sampai sepuluh menit, bagaimana kamu sudah pulang kuliah? ". Sahut bu Dewi setelah menerima uluran tangan dari putrinya.

" Sudah bu ". Sahut Putri, lalu gadis itupun memandang sosok wanita yang ada di depan ibunya.

" Bu, dia siapa? ". Tanya Putri.

" Oh, ini nak kenalkan, gadis ini namanya Nadira, Dira akan tinggal di sini dengan kita nak ". Sahut bu Dewi.

Putri yang melihat sosok Nadira menjadi tersenyum, sepertinya gadis di depannya ini adalah gadis baik - baik.

" Hai, aku Putri, senang bisa mengenalmu ". Sapa Putri dengan mengulurkan tangannya pada Nadira.

" Saya, Nadira mbak ". Sahut Nadira dengan sopan dengan menerima uluran tangan dari Putri.

" Kok kamu panggil aku dengan sebutan mbak sih, memangnya aku ini seperti mbak - mbak apa, jangan panggil mbak ya, panggil saja aku Putri ". Sahut Putri dengan sedikit meledek Nadira.

" Eh, i-iya Put ". Sahut Nadira sedikit kikkuk.

" Sudah, santai saja, jangan terlalu kaku di depan ku, aku ini orangnya santai kok ". Sahut Putri dengan gayanya yang memang sedikit humoris.

" Ya sudah, kalau begitu ibu mau menepikan ranjang sholat dulu ya nak, soalnya nak Dira akan tidur di sana ". Seru bu Dewi pada putrinya.

" Loh, untuk apa Dira tidur di sana bu, lebih baik Dira tidur di kamar Putri saja bu, kan kamar Putri lebih luas daripada kamar yang lain ". Sahut Putri.

" Iya, benar juga kamu nak ".

" Bagaimana nak Dira, apa kamu mau tidur sekamar dengan Putri? ". Tawar bu Dewi.

" Dira sebenarnya kalau tidur di kamar manapun tidak masalah bu, tapi, kalau tidur di kamar Putri, rasanya itu tidak pantas ". Sahut Nadira yang merasa tak enak hati.

" Apanya yang tidak pantas sih, sudah, kamu tidur di kamar aku saja Dira, kan lumayan aku ada temannya ". Sahut Putri.

" Mana koper mu, ayo bawa saja masuk ke kamar ku ". Putus Putri pada akhirnya, lalu gadis itupun melenggang pergi begitu saja menuju kamar nya.

Bu Dewi yang melihat tingkah putrinya hanya bisa menggeleng. Bukan Putri namanya jika tak seperti itu.

" Ayo nak Dira, bawa koper mu ke kamar Putri, turuti saja apa mau dia, Putri memang seperti itu anaknya nak ". Sahut bu Dewi dengan mengelus bahu Nadira.

" Baiklah bu ". Sahut Nadira pada akhirnya, lalu gadis itupun mulai menggiring koper nya menuju kamar Putri.

Nadira sangat beruntung bisa bertemu dengan bu Dewi dan juga Putri jika tidak bertemu dengan mereka, entahlah bagaimana nasibnya saat ini.

Bersambung..........

🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤

🌿🌿🌿🌿🌿

Terpopuler

Comments

Efrida

Efrida

hemmm mulai dpt nasib baik

2023-09-28

1

Efrida

Efrida

salah kan autor nya yg jht ke km....msh komen jengkel aku, jengkel krn ada peran cwe bego bgt

2023-09-28

1

Arin

Arin

sykurlh Dira ktmu orng baik,Oya smngt Dira...

2023-08-23

0

lihat semua
Episodes
1 Harus Menikah
2 Kedatangan Calon Mama Mertua
3 Menikah
4 Merawat Bayi
5 Alvin Mirip Dani
6 Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7 Siapa Wanita Ini ?
8 Hanya Bunda Dila
9 Surat Cerai
10 Janda?!
11 Bekerja Di Kota
12 Masih Perawan!
13 Bertemu Gadis Kecil
14 Kabar Gembira
15 Andra Becham Salim
16 Bukan Istriku
17 Manusia Kulkas
18 Dira Janda
19 Dira Itu Adalah Pacarku
20 Panggil Aku Mas
21 Tetap Merahasiakannya
22 Merasakannya
23 Keluar Dari Kamarku
24 Bunda Menangis
25 Dasar Matre
26 Persiapan Hadiah Untuk Aida
27 Kedatangan Firly Adam Cholic
28 Pergi Ke Mall
29 Wanita Sederhana
30 Menyukai Tawanya
31 Memanggil Sayang
32 Bundanya Aida
33 Kenyataan Pahit
34 Jangan Terulang Kembali
35 Mengakhiri Hubungan
36 Merasa Gugup
37 Memandangnya Dari Jauh
38 Mengharapkan Kesempatan Kedua
39 Meraih Cinta Nadira
40 Hari Ulang Tahun Aida
41 Bunda Datang
42 Akan Berdansa
43 Berdansa
44 Setia Menunggu
45 Menunggu Undangan
46 Menikah Itu Apa Daddy?
47 Cup... Cup... Cup...
48 Aneh
49 Istimewa Di Hatiku
50 Lindu Bunda
51 Ketetapan Andra
52 Terbiasa Dicium
53 Ungkapan Perasaan Firly
54 Cekcok Andra Dan Firly
55 Bunda
56 Alpin Lindu Bunda
57 Ingin Menyusul
58 Ikut Berkemah
59 Cinta Bersemi Kembali
60 Nadira Terluka
61 Tidur Bersama
62 Ciuman Pertama
63 Aku Akan Datang
64 Memanggil Andra
65 Kedatangan Celine Anastasya
66 Aku Mencintai Dira
67 Celine Sakit
68 Celine Menginap Di Rumah Andra
69 Merasakan Kebohongannya
70 Terkejut
71 Berdarah
72 Sesak
73 Merasa Cemburu
74 Tertangkap Basah
75 Kebohongan Celine
76 Dani Lumpuh
77 Keterlaluan
78 Rasa Bersalah Daniel
79 Melepas Rindu
80 Rengekan Aida
81 Pertemuan Tak Terduga
82 Anak Nadira
83 Sudah Berakhir
84 Kebenaran Yang Tertunda
85 Pengakuan Daniel
86 Tak Ingin Bertemu
87 Maafkan Aku Sayang
88 Akhirnya Bertemu
89 Sudah Berakhir
90 Jalani Masing - masing
91 Frustasi
92 Kecelakaan
93 Sedih
94 Merasa Bersalah
95 Andra Sadar
96 Halus Menikah
97 Bersedia Menikah
98 Sebulan Lagi
99 Menemui Orang Tua
100 Anak Pembantu
101 Ikatan Suci
102 Masa Tenggang
103 Tak Bisa Berkutik
104 Kenapa Sempit? (21+)
105 Masih Perawan (21+)
106 Daddy Culang
107 Daddy Jangan Nakal
108 Masih Pengantin Balu?
109 Bunda Pilihan
110 Ke Kamar Sebelah
111 Nadira Demam (21+)
112 Akibat Kuda - kudaan
113 Nadira Sadar
114 Mendadak Tempramental
115 Marah Berujung Nikmat
116 Andra Yang Tak Disiplin
117 Sate Bumbu Semangka
118 Peringatan Aida
119 Bernasib Malang
120 Peringatan Andra
121 Bahaya Mengancam Aida
122 Aida Tenggelam
123 Pertolongan Untuk Aida
124 Nona Nadira Hamil
125 Adik Untuk Aida
126 Pemecatan Ria
127 Masih Belum Memaafkan
128 Ngidam Yang Mengerikan
129 Persiapan Ulang Tahun Aida
130 Memilih Gaun Ulang Tahun
131 Aida Cemburu
132 Maafkan Bunda Sayang
133 Sampai Punya Anak Kembar
134 Ulang Tahun Aida
135 Sorry
136 Jagalah Nadira
137 Inin Ninap Di Lumah Bunda
138 Merasa Bersalah
139 Perhatian Aida
140 Panggil Aku Daddy
141 Sudah Boleh Sayang
142 Ingin Makan Bakso
143 Makan Bakso Bersama
144 Memakai Masker Wajah
145 Tujuh Bulanan
146 Hilangnya Aida
147 Ancaman Celine
148 Kekejaman Ria
149 Nyawa Aida Terancam
150 Menyelamatkan Aida
151 Perawatan Untuk Aida
152 Balasan Yang Setimpal
153 Ingin Masuk Kampus
154 Kejadian Tak Mengenakkan
155 Kemarahan Andra
156 Alvin Datang
157 Memaafkan
158 Kebersamaan Di Malam Hari
159 Alpin Malu Daddy
160 Lahirnya Malaikat Kecil
161 Terima Kasih Sayang
162 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Harus Menikah
2
Kedatangan Calon Mama Mertua
3
Menikah
4
Merawat Bayi
5
Alvin Mirip Dani
6
Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7
Siapa Wanita Ini ?
8
Hanya Bunda Dila
9
Surat Cerai
10
Janda?!
11
Bekerja Di Kota
12
Masih Perawan!
13
Bertemu Gadis Kecil
14
Kabar Gembira
15
Andra Becham Salim
16
Bukan Istriku
17
Manusia Kulkas
18
Dira Janda
19
Dira Itu Adalah Pacarku
20
Panggil Aku Mas
21
Tetap Merahasiakannya
22
Merasakannya
23
Keluar Dari Kamarku
24
Bunda Menangis
25
Dasar Matre
26
Persiapan Hadiah Untuk Aida
27
Kedatangan Firly Adam Cholic
28
Pergi Ke Mall
29
Wanita Sederhana
30
Menyukai Tawanya
31
Memanggil Sayang
32
Bundanya Aida
33
Kenyataan Pahit
34
Jangan Terulang Kembali
35
Mengakhiri Hubungan
36
Merasa Gugup
37
Memandangnya Dari Jauh
38
Mengharapkan Kesempatan Kedua
39
Meraih Cinta Nadira
40
Hari Ulang Tahun Aida
41
Bunda Datang
42
Akan Berdansa
43
Berdansa
44
Setia Menunggu
45
Menunggu Undangan
46
Menikah Itu Apa Daddy?
47
Cup... Cup... Cup...
48
Aneh
49
Istimewa Di Hatiku
50
Lindu Bunda
51
Ketetapan Andra
52
Terbiasa Dicium
53
Ungkapan Perasaan Firly
54
Cekcok Andra Dan Firly
55
Bunda
56
Alpin Lindu Bunda
57
Ingin Menyusul
58
Ikut Berkemah
59
Cinta Bersemi Kembali
60
Nadira Terluka
61
Tidur Bersama
62
Ciuman Pertama
63
Aku Akan Datang
64
Memanggil Andra
65
Kedatangan Celine Anastasya
66
Aku Mencintai Dira
67
Celine Sakit
68
Celine Menginap Di Rumah Andra
69
Merasakan Kebohongannya
70
Terkejut
71
Berdarah
72
Sesak
73
Merasa Cemburu
74
Tertangkap Basah
75
Kebohongan Celine
76
Dani Lumpuh
77
Keterlaluan
78
Rasa Bersalah Daniel
79
Melepas Rindu
80
Rengekan Aida
81
Pertemuan Tak Terduga
82
Anak Nadira
83
Sudah Berakhir
84
Kebenaran Yang Tertunda
85
Pengakuan Daniel
86
Tak Ingin Bertemu
87
Maafkan Aku Sayang
88
Akhirnya Bertemu
89
Sudah Berakhir
90
Jalani Masing - masing
91
Frustasi
92
Kecelakaan
93
Sedih
94
Merasa Bersalah
95
Andra Sadar
96
Halus Menikah
97
Bersedia Menikah
98
Sebulan Lagi
99
Menemui Orang Tua
100
Anak Pembantu
101
Ikatan Suci
102
Masa Tenggang
103
Tak Bisa Berkutik
104
Kenapa Sempit? (21+)
105
Masih Perawan (21+)
106
Daddy Culang
107
Daddy Jangan Nakal
108
Masih Pengantin Balu?
109
Bunda Pilihan
110
Ke Kamar Sebelah
111
Nadira Demam (21+)
112
Akibat Kuda - kudaan
113
Nadira Sadar
114
Mendadak Tempramental
115
Marah Berujung Nikmat
116
Andra Yang Tak Disiplin
117
Sate Bumbu Semangka
118
Peringatan Aida
119
Bernasib Malang
120
Peringatan Andra
121
Bahaya Mengancam Aida
122
Aida Tenggelam
123
Pertolongan Untuk Aida
124
Nona Nadira Hamil
125
Adik Untuk Aida
126
Pemecatan Ria
127
Masih Belum Memaafkan
128
Ngidam Yang Mengerikan
129
Persiapan Ulang Tahun Aida
130
Memilih Gaun Ulang Tahun
131
Aida Cemburu
132
Maafkan Bunda Sayang
133
Sampai Punya Anak Kembar
134
Ulang Tahun Aida
135
Sorry
136
Jagalah Nadira
137
Inin Ninap Di Lumah Bunda
138
Merasa Bersalah
139
Perhatian Aida
140
Panggil Aku Daddy
141
Sudah Boleh Sayang
142
Ingin Makan Bakso
143
Makan Bakso Bersama
144
Memakai Masker Wajah
145
Tujuh Bulanan
146
Hilangnya Aida
147
Ancaman Celine
148
Kekejaman Ria
149
Nyawa Aida Terancam
150
Menyelamatkan Aida
151
Perawatan Untuk Aida
152
Balasan Yang Setimpal
153
Ingin Masuk Kampus
154
Kejadian Tak Mengenakkan
155
Kemarahan Andra
156
Alvin Datang
157
Memaafkan
158
Kebersamaan Di Malam Hari
159
Alpin Malu Daddy
160
Lahirnya Malaikat Kecil
161
Terima Kasih Sayang
162
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!